Setelah kejadian beberapa hari yang lalu tidak semata-mata membuat hubungan keduanya lebih baik. Bahkan pagi ini Serena sudah mencak-mencak mengetahui kalau perusahaan rivalnya itu baru saja menyebarkan sampel produk baru mereka, sebagai rivalnya jelas saja ada bagian dalam dirinya menggebu-gebu tidak terima.
“Serum apa itu coba, dengan ingredient umum saja bangga. Lihat saja nanti, akan kubuat serum baru dengan tidak kalah menggiurkan.”
Winda yang sudah terbiasa melihatnya tidak ingin untuk memberikan tanggapan lebih untuk mendukung aksi temannya itu.
“Eh, sudah membicarakan keinginanmu kepada Jeno belum?” Winda mengalihkan pembicaraan.
“Oh, belum.” Jawab Serena santai.
“Kok belum sih? Mau nunggu sampai kapan lagi coba, menunggu Jeno menikah baru mau memintanya, yang ada kamu perang sama istrinya nanti.”
Serena mengerutkan alisnya menatap Winda bingung. “Memangnya Jeno mau menikah?”
“Kabarnya sih dia punya hubungan spesial dengan sekretarisnya. Jeno juga terlihat tidak menyangkal.”
“Tahu dari mana kamu?”
“Temanku lah. Dia kan kerja di Lee Inc. Pokoknya itu bukan perbincangan rahasia lagi deh. Mending kamu bergerak cepat.”
Serena menganggukan kepalanya mendengar hal itu. “Menurutmu katakan secara frontal atau tersirat?”
“Melihat dari tingkahmu sih, lebih baik katakan secara frontal saja.”
“Hm, begitu, ya. Baik, aku akan membuat janji untuk bertemu dengan Jeno.” Tutur Serena.
Dan benar saja, besoknya Serena menampakkan batang hidungnya di perusahaan Lee Inc, yang mana membuat para karyawan di sana terkejut sekaligus bingung. Sejatinya permusuhan keduanya tidak ditutup-tutupi oleh pihak keduanya, lagipula para karyawan cukup tahu batasan untuk tidak membicarakan atasan mereka kepada orang luar. Biarkan masalah hanya akan berputar di dalam. Selain terkejut atas kehadiran Serena di sana, para karyawan Lee Inc yang berpapasan juga dilanda iri melihat betapa cantiknya wanita berdarah Kim itu. Sebagai seseorang pemilik klinik kecantikan, tentu saja gambar tersebut sangat pas. Lalu, mata para karyawan pria jelas saja melotot tidak menyia-nyiakan kesempatan langka tersebut.
Serena sampai pada lantai yang diberitahukan oleh sekretaris Jeno. Ternyata di lantai tersebut dengan sangat mudah Serena menemukan ruangan Jeno, hanya terdiri dari beberapa ruangan luas dengan masing-masing tulisan yang terpampang di atas pintu memberitahukan masing-masing fungsi ruangan. Lalu Serena mendekati ruangan lainnya, tampak seorang wanita sibuk dengan komputernya, tanpa mengenalkan diri, Serena sudah tahu betul dia adalah sekretaris Jeno.
"Jeno ada di dalam?" Tanya Serena, membuat sang sekretaris sontak mendongak, lalu dia berdiri menampilkan senyum sebagaimana mestinya.
"Bapak sudah menunggu Anda, Nona Serena. Silahkan masuk." Ucapnya ramah.
"Terima kasih." Serena membalas dengan senyuman tipis.
Begitu Serena masuk, dia dihadapkan dengan Jeno yang tengah sibuk di kursi kebesarannya. Kemudian pandangan keduanya bertemu manakala Jeno menyadari kehadiran orang lain dalam ruangannya. Begitu mendapati bahwa itu Serena, Jeno mengisyaratkan Serena untuk duduk di sofa. Tidak lama Stella masuk ke dalam ruangan menyajikan teh masing-masing untuk pimpinan dan tamu pimpinannya, lalu beberapa kudapan untuk menemani minum teh. Setelahnya Stella pamit undur diri.
Jeno yang sudah kepalang penasaran atas tujuan rivalnya itu memutuskan untuk meninggalkan sebentar pekerjaannya yang sudah berteriak untuk segera diselesaikan. Jeno duduk di seberang Serena, dia menatap lamat-lamat wanita yang kini malah sibuk memperhatikan ruang kerjanya. Jeno berdehem singkat menarik fokus Serena kembali padanya.
"Ada kepentingan apa gerangan sehingga kau sudi menginjakkan kaki di kantorku?" Tanya Jeno tanpa basa basi.
"Aku akan mengatakan hal yang sangat penting padamu. Dan setelah aku mengatakan hal ini aku tidak perduli kau mau setuju atau tidak, toh aku akan menggunakan segala cara untuk bisa mendapatkannya. Jadi, Tuan Lee yang terhormat, dengarkan ini dengan baik. Aku, Serena Kim, berharap bahwa kau tidak keberatan untuk memberikanku setengah dari bagian hidupmu." Jelas Serena singkat atas maksud dari kedatangannya.
Jeno mengerutkan alisnya mencerna apa yang dibicarakan oleh Serena. "Setengah dari hidupku? Apa kau akhirnya tertarik kepada rivalmu ini, Nona Serena?"
Serena sontak menggeleng, "aku tidak menginginkanmu, aku hanya ingin meminta benih darimu secara baik-baik." Dia menatap Jeno dengan ekspresi tengah berbisnis menandakan bahwa dia serius saat ini.
Jeno terdiam sesaat sebelum akhirnya tawanya meledak mengisi ruang kerja yang sunyi. Hal itu membuat Serena mendengus sebal. Dia tengah berbicara serius, kenapa juga pria bermulut pedas ini tertawa? Apa dia sudah gila?
"Kau tidak menginginkanku, tetapi dengan gamblangnya kau meminta sperma dariku. Untuk apa? Untuk kau jadikan skin care alami atau kau ingin memiliki seorang bayi?"
Serena mengidikkan bahunya, "kurasa kau tidak sebodoh itu untuk mengerti."
Jeno menyilangkan kedua tangannya di dada. Dia menatap Serena Dengan pandangan seolah mengatakan kalau dia jelas sempurna dimata rivalnya itu. "Kenapa tidak meminta kepada orang lain, atau kau bisa mendapatkan dengan mudah di bank sperma, untuk apa susah-susah meminta langsung. Atau, kau mengakui aku memang sesempurna itu hingga kau menginginkan keturunan dariku, iyakan?"
Sebenarnya keduanya sama-sama memiliki pemikiran yang patut dipertanyakan akal sehatnya. Untuk ukuran orang normal apa umumnya, harusnya reaksi Jeno marah atau bahkan memandang Serena sebagai wanita tidak tahu malu. Jelas, mereka adalah musuh sejak lama, seperti baru saja Serena melemparkan diri ke dalam rumah musuhnya, kemudian lenyap.
"Untuk ukuran seorang ayah kau memang sosok sempurna karena riwayatmu yang bersih. Tapi untuk sosok sempurna sebagai seorang pasangan hidup, kurasa kau sangat ketertinggalan, dengan kata lain monoton, kau tahu." Ujar Serena tanpa pikir panjang.
"Begitu caramu bersikap kepada calon ayah dari anakmu? Kau memang wanita spesies langka."
"Kau bukan calon ayah dari anakku. Hanya akan ada ibu, tidak akan ada ayah." Tegas Serena yang menolak langsung andil Jeno dalam perkembangan anaknya nanti.
"Oh, tidak semudah itu, Cantik. Semua yang bersangkutan denganku, adalah milikku."
Sudah dikatakan, mereka berdua sama-sama tidak waras. Jika satunya keras kepala, maka satunya lagi akan lebih keras kepala.
*** S💙J ***
Aku ucapkan terima kasih banyak untuk kalian yang mau membaca ceritaku secara online. Aku tidak tahu kalau WP sekarang setiap berganti chapter akan ada iklan, dan itu lumayan lama. Karena biasanya aku membaca cerita dengan akun satunya yang premium, jadi aku kaget baca di akun ini, separah itu iklannya. Wajar banyak yang komentar tidak puas untuk rating WP sekarang. Sekali lagi aku ucapkan terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baby of a Business Rival ^ Revisi
FanfictionWarn! Baca sesuai sama nomor, karena urutan bab teracak oleh WP. Serena dengan obsesinya menginginkan seorang anak dari seseorang yang dia anggap bisa memberikannya keturunan yang sempurna. Sosok laki-laki itu adalah saingan bisnisnya sejak 10 tahun...