*** S💙J ***
"Ini pakaian edisi musim panas. Aku sudah menyesuaikan ukurannya dengan Serena." Nyonya Lee menyodorkan paper bag kepada nyonya Kim.
"Harusnya tidak perlu repot-repot, biarkan anak itu berjuang sendiri kalau dia ingin." Nyonya Kim terlihat tidak enak hati.
"Kenapa tidak, hitung-hitung ini hadiah untuknya." Ucap nyonya Lee tidak keberatan sama sekali. "Oh ya, apa Serena bisa memilih opsi lain untuk keinginannya?"
"Entahlah. Kurasa Serena tidak akan luluh. Aku hanya takut apabila dia tetap pada keinginannya, malah mendapatkan donor dari pria lain. Harusnya aku mengatakan lebih awal kepada kalian, Serena mewarisi darah kental kakeknya, dia memiliki sifat keras kepala yang cukup ekstrim. Jika kamu mendengar kabar Suho dirawat dengan luka cukup serius beberapa tahun lalu, itu ulah Serena. Dia akan seperti kehilangan kesadarannya hingga tidak pandang bulu untuk melukai orang lain. Itulah kenapa aku ragu kalau dia diam saja untuk saat ini." Nyonya Kim menyampaikan kekhwatirannya.
"Kalau boleh tahu, kenapa Serena sampai melukai ayahnya?" Tanya nyonya Lee hati-hati takut menyinggung.
Nyonya Kim tersenyum tipis, "dia memergoki Suho dengan perempuan lain waktu itu. Dia marah, lalu melukai keduanya. Itulah kenapa dia tidak terlalu suka berhubungan dengan laki-laki. Dimatanya semua laki-laki sama saja, jadi dia enggan untuk berhubungan serius, termasuk menikah. Aku mengatakan ini alasan atas keinginan Serena yang sangat menolak diberikan langsung tanpa adanya perantara, agar kalian tidak salah paham. Dan aku mengerti juga posisi kalian yang memang perlu hati-hati. Seharusnya jika tidak ada latar belakang masa lalu seperti ini, dengan mudah kita sudah berbesan." Nyonya Kim sangat menyayangkan hal ini.
Nyonya Lee tidak bisa berkomentar banyak. Ya, masing-masing memiliki masa lalu yang masih membekas sehingga patut untuk waspada agar tidak terulang kembali. Kebetulan masalah kedua keluarga mereka ternyata saling mempengaruhi sehingga sulit untuk mengalah salah satunya.
"Di mana Serena sekarang? Aku lihat kalian mengeluarkan produk baru."
"Aku tidak yakin, mungkin saja dia masih berada di Jeju. Aku sudah bertanya kepada asisten maupun karyawan dibawah naungannya, mereka terlalu setia untuk buka mulut tentang keberadaan Serena."
"Tapi ini tidak akan terjadi hal yang tidak diinginkan, kan?" Nyonya Lee tiba-tiba khawatir.
"Selagi asistennya santai-santai saja, berarti Serena baik-baik saja."
"Apa perlu kita meminta bantuan Jeno?"
*** S💙J ***
Serena hampir menghabiskan waktu musim seminya untuk mengurus produk baru mereka, lalu sibuk di klinik hampir 2 Minggu penuh, sebelum dia akan cuti selama musim panas atau bisa kembali lebih cepat apabila urusannya lancar. Serena benar-benar membuat rencana dengan serapi mungkin demi keberhasilan dan juga balasan kekesalannya atas tidak ada dukungan dari keluarganya. Dia masih marah, dan dirasa rasa marah itu tidak akan mudah mereda.
Serena akan menunjukkan hasil dari tidak adanya dukungan dari keluarganya, dia akan membuat mereka menyesal. Dia mengusahakan yang terbaik walaupun dia tidak bisa menikah, tetapi tetap bisa memberikan cucu sehat demi hidupnya dan kedua orangtuanya. Tapi itu sebelum sang mama merusak rencananya, maka sekarang Serena akan memberikan hasil dari akibatnya. Lalu apakah Serena menyerah atas obsesinya terhadap Jeno? Tidak! Dia bahkan sudah menyiapkan rencana untuk tetap mewujudkan keinginannya. Dengan tidak membiarkan Jeno memiliki penerus, atau dengan mengambil keturunan Lee. Ntahlah, Serena akan melihat keadaannya.
"Kamu harus memiliki asisten sepertinya, Win. Aku akan pergi cukup lama, nanti kamu kewalahan."
"Itu ide yang bagus. Aku memang cukup kewalahan." Aku Winda.
Serena mengangguk, "biar aku yang posting lowongannya nanti."
"Tapi ngomong-ngomong, kamu memangnya sudah yakin dengan keputusanmu?"
"Kenapa aku harus tidak yakin? Itukan yang diinginkan mamaku. Dia benar, aku seperti wanita tidak tahu malu. Coba kamu katakan padaku, apa ada wanita yang memohon kepada pria lain untuk meminta spermanya? Kurasa hanya aku."
"Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin, kita saja yang tidak tahu. Jika kamu yakin ya itu pilihanmu, aku hanya bisa mendukung dan memberikanmu semangat, Rin."
"Terima kasih." Serena menepuk pucuk kepala Winda pelan.
"Apa tidak sebaiknya minta temani Vivian saja selama kamu di sana?"
"Tidak bisa. Takutnya Renjun nanti memaksa Vivian menanyakan keberadaanku. Aku tidak ingin rencanaku gagal. Aku akan memberi tahunya jika sudah selesai menjalani operasi."
"Memang cukup beresiko." Winda mengerti. "Semangat, ya. Aku akan membantumu mengurusnya nanti." Winda menggeser duduknya mendekati Serena. Dia memeluk temannya itu dari samping, menyalurkan rasa nyaman dan kebahagiaannya untuk mendukung temannya yang sekilas dia terlihat berjuang sendiri.
"Tentu saja aku semangat. Aku titip klinik ditanganmu."
"Serahkan padaku, kamu tidak akan kecewa." Winda menepuk dadanya dengan sangat percaya diri.
"Ku doa kan semoga kamu bisa membuat si buaya Na kapok main-main." Celetuk Serena.
"Lho, kenapa jadi Na?" Tanya Winda bingung.
"Jangan kamu kira aku tidak tahu kalau Jaemin sering mengganggumu akhir-akhir ini ya, Win." Perkataan Serena membuat Winda membeku. "Sadarkan dia kalau kamu mau. Bagus lagi kalau kamu bisa membuat dia bertekuk lutut." Lanjut Serena yang sangat mengapresiasi temannya.
*** S💙J ***
*** S💙J ***
Sebentar lagi adik bayi bakal launching 💃
Kenal tidak produk diatas? Sayang sekali sekarang tidak produksi lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baby of a Business Rival ^ Revisi
FanfictionWarn! Baca sesuai sama nomor, karena urutan bab teracak oleh WP. Serena dengan obsesinya menginginkan seorang anak dari seseorang yang dia anggap bisa memberikannya keturunan yang sempurna. Sosok laki-laki itu adalah saingan bisnisnya sejak 10 tahun...