Warn! Baca sesuai sama nomor, karena urutan bab teracak oleh WP.
Serena dengan obsesinya menginginkan seorang anak dari seseorang yang dia anggap bisa memberikannya keturunan yang sempurna. Sosok laki-laki itu adalah saingan bisnisnya sejak 10 tahun...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
*** S💙J ***
Dan benar saja, Jeno tetap ikut Serena pulang walaupun wanita itu cemberut selama perjalanan pulang. Serena yang biasanya kalau di rumah sendiri sudah seperti orang tidak punya uang yang sayang membeli pakaian karena ada keperluan lain yang lebih penting daripada berbelanja pakaian untuk hari-hari di rumah. Kalau sekarang Jeno ikut ke rumah bersamanya, mana bisa dia seperti itu lagi. Jeno itu pria normal yang jika disuguhi terus menerus dia pasti akan hilaf, dan Serena belum siap jika pria itu menggila misalkan.
"Kenapa kau harus ikut aku sih, Jen? Sana pulang saja, kerjaanmu banyak begitu. Kalau nanti perusahaan mu gulung tikar bagaimana kau mau memberikan biaya untuk anak ini." Alasan Serena masih mencoba menggoyahkan niat Jeno.
"Tidak ke kantor selama 2 Minggu tidak akan membuatku gulung tikar. Kau saja yang hampir 2 bulan lebih meninggalkan klinik tidak terjadi apa-apa." Balas Jeno yang membuat Serena terdiam. Kalau dipikir-pikir benar juga, Serena hanya mendelik tidak merespon lagi.
"Aku malas kalau di rumah masih siang begini. Kita main saja yuk, Jen." Celetuk Serena tiba-tiba.
"Hm. Kita pulang dulu baru nanti pergi lagi." Balas Jeno tanpa melihat Serena. Dia masih sibuk dengan ponselnya mengurus pekerjaan.
Serena mengangguk tanpa mengeluarkan protesan lagi.
Tidak lama kemudian mobil mereka memasuki pekarangan rumah. Serena membeli rumah yang tidak terlalu besar dengan pekarangan yang cukup luas dan hijau. Lagipula Serena pikir dia hanya sendiri jadi tidak perlu rumah yang luas, pun bukan untuk ditinggali dengan waktu yang lama.
"Dandan yang cantik sana. Aku mau mengerjakan sesuatu." Suruh Jeno yang kini duduk di sofa ruang tengah. Di sana sudah ada laptop yang entah Serena tidak ingat sama sekali kalau di sana ada laptop sebelum dia pergi ke rumah sakit. "Dan pakai ini. Pemberian dari mommy." Jeno menyodorkan paper bag kepada Serena.
Serena yang penasaran langsung membukanya di sana. "Wah~" Seakan mata Serena berbinar-binar. "Ini seleraku sekali." Ujar Serena kelewat senang. "Sampaikan terima kasih ku kepada mommymu."
"Hm." Jeno menanggapi singkat.
Setelahnya Serena melenggang pergi ke kamarnya. Dia memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sebelum bersiap-siap. Namun satu hal yang membuat Serena terkejut, ketika dia membuka lemari pakaiannya, disebelah pakaiannya sudah ada pakaian orang lain yang bisa dipastikan kalau itu milik Jeno. Serena yang penasaran kapan Jeno memasukkan barang-barangnya ke dalam rumah bahkan sebelum pemilik rumah mengetahuinya.
"Sebelumnya kau sudah pernah masuk ke dalam rumahku, ya?" Serena berkacak pinggang menatap Jeno dengan menuntut jawaban dari pria itu.
Jeno yang tadinya fokus dengan laptopnya mengalihkan atensi sepenuhnya kepada Serena. Dia menyerengit heran melihat keadaan Serena yang cukup mengganggu matanya. "Dapat motivasi dari mana menggunakan handuk sesingkat itu dihadapanku?"
"Hah?" Serena sontak menunduk melihat apa yang dipakainya. Dalam hati Serena merutuki dirinya yang kepalang penasaran tanpa memperhatikan apa yang dia pakai. Tidak menjawab pernyataan yang Jeno lontarkan, Serena langsung pergi dari sana.
"Belum ada satu jam Jeno di sini, aku sudah lupa." Rutuk Serena kesal. Tidak lucu jika dia masih menggunakan pakaian dalam dihadapan Jeno. "Mau ditaruh dimana wajahku nanti."
Kurang lebih 2 jam lamanya Serena bersiap-siap sesuai apa yang dikatakan Jeno tadi di mobil. Dia sekarang sudah terlihat cantik dengan balutan pakaian yang diberikan oleh ibunya Jeno. Serena memadukan dengan rok juga tas berwarna sama dengan pita yang menghiasi pakaian atasnya. Merasa sudah cukup, Serena keluar dari kamar menghampiri Jeno.
"Apa kau sudah selesai?" Tanya Serena.
"Hm. Tunggu sebentar." Gantian Jeno yang masuk ke dalam kamar yang merupakan kamar Serena. Serena yang melihat itu cuma menggaruk lehernya yang bahkan tidak gatal sama sekali. Dia hanya merasa heran terhadap pria itu.
"Bisa dia seperti itu? Padahal biasanya wajah datarnya itu sangat mengesalkan." Serena bersandar di sofa sembari bertukar kabar dengan Winda. Lalu pikiran Serena tiba-tiba melayang pada ingatan bahwa sekarang di dalam rahimnya ada calon bayi yang berasal dari bagian si pria Lee. Serena tidak menyangka dia sudah mendapatkannya walaupun dia sempat tidak terima cara yang Jeno sekeluarga lakukan.
"Ayo."
Serena melihat Jeno yang menggunakan pakaian cukup santai tetapi hal itu malah membuatnya semakin tampan saja.
*** S💙J ***
Jeno tidak tahu saja akibat dia memposting foto Serena di akunnya yang cukup berdebu itu membuat sekantor ricuh. Tentu saja itu akan menjadi buah bibir karena jelas para karyawan tahu tentang Serena, lalu tanpa aba-aba direktur mereka memposting foto rival perusahaan mereka, jelas itu sangat mengejutkan.
"Memangnya Sajang-nim ada hubungan spesial dengan Serena? Padahal selama ini kami semua tahu kamu yang paling dekat dengan Sajang-nim, Sya."
Stella tersenyum tipis menanggapi perkataan teman kantornya itu. "Memangnya sudah pasti mereka punya hubungan kalau memposting foto orang satu kali?" Stella malah bertanya balik.
"Ya memang belum pasti sih. Tapikan ini Sajang-nim, kita tahu semua seperti apa Sajang-nim. Dia tidak mungkin asal kalau tidak ada hubungan apa-apa."
Stella mengidikkan bahunya. "Kita lihat saja nanti Sajang-nim akan berakhir dengan siapa."
*** S💙J ***
Sepertinya ini akan sampai pada chapter 30. Dan seperti biasa juga, akan ada bab berbayar yang bisa diakses gratis bagi yang sudah pernah beli bab berbayar sebelumnya dengan mendapatkan voucher langsung dariku nanti.