Sore itu keadaan kediaman keluarga kecil Lee tampak tenang, tumben sekali. Di luar tengah gerimis membuat hawa semakin dingin. Serena duduk di sofa berjarak cukup jauh dari anak-anak dan suaminya yang tiduran di bawah selimut sambil menonton animasi anak-anak di tv ruang keluarga. Sedangkan kedua hewan berbeda jenis itu menggelung di samping Arjisa, tengah tertidur pulas.
Akhirnya setelah hampir 4 bulan lamanya, keluarga Lee bertambah satu anggota keluarga lagi. Batita perempuan menggemaskan itu kini telah resmi menyandang marga Lee, lalu dengan nama baru sebagai identitas barunya. Batita cantik itu tidak rewel walaupun sekarang terpisah jarak jauh dengan kedua orang tua kandungnya, ia bukan tipe anak yang rewel, ia sangat pengertian dan dewasa, pikir Serena.
Ingatkan siapa ibunya? Heejin, mantan sekretaris Jeno yang hampir meregang nyawa di rooftop perusahaan Lee Inc Group. Serena melepaskannya karena bukan Heejin dalangnya, Jeno juga tetap berada disisinya dan anak-anak. Lalu bagaimana dengan keadaan Sera? Wanita itu sekarang berada di tangan Hendery, teman Serena yang mengatakan bahwa ia telah jatuh cinta. Serena melepaskannya dengan sebuah perjanjian dengan Hendery.
"Kalau kau tidak bisa mengendalikannya, dan jika kau yang kini dikendalikannya karena rasa cinta yang kau rasakan sekarang, aku akan mengambil Sera tanpa memandang mu lagi, Hen. Jadi kau harus berhati-hati, peringatkan Sera untuk tidak banyak tingkah, karena keinginanku untuk mengambil organ tubuhnya masih sama bersemangatnya seperti dulu." Serena duduk di sofa dengan laptop yang menyala, ia tengah melakukan video call dengan temannya. Bukan untuk mengobrol santai, tapi sebagian peringatan.
"Katakan padanya bahwa Heejin dan suaminya ada dibawah perlindunganku. Jika masih berani mengusik mereka, berarti mengusik ku juga, termasuk batita yang ingin dilenyapkan oleh Sera, batita itu sudah menjadi anak kami."
Semenjak Sera resmi menyandang status sebagai seorang istri sejak 5 tahun yang lalu, jelas saja kekuasaan Hendery juga menjadi kekuasaannya, tapi tetap saja di bawah kuasa Hendery. Semua yang dilakukan oleh istrinya itu menjadi tanggung jawabnya, karena itu Serena memperingatinya atas tindakan Sera.
Jelas saja Serena ikut campur masalah Sera dan Heejin, karena perlakuan mengerikan Sera terhadap Heejin bentuk dari balas dendam atas ketidakberhasilan Heejin memisahkannya dengan Jeno dulu. Kalau sudah terobsesi sulit, memang. Jika saja ia tidak bersama dengan Jeno sekarang, besar kemungkinan hidup Jeno tidak akan setenang ini, karena ia akan mengganggu Jeno hingga mendapatkan keturunan Lee sesuai keinginannya.
Dirinya dan Sera itu sama, walau berbeda sedikit ditujuan awal. Serena mengerti rasanya, tapi ia egois ingin Jeno hanya untuk dirinya. "Mengerti kan teman? Aku semangat sekali memburu istrimu." Ujar Serena menyeringai mendapati atensi Sera di samping Hendery.
Setelahnya panggilan itu berakhir, Serena menyudahinya. Sebelum ikut bergabung di bawah selimut, Serena harus menyelesaikan agendanya terlebih dahulu. Lalu ia menekan tombol panggilan, tak lama muncul wajah seorang pria di layar laptopnya.
"Halo, Chan."
"Halo~"
"Di mana Mark oppa?"
"Sedang ada urusan di luar, baru saja pergi."
Serena menipiskan bibirnya sesaat sebelum melontarkan pertanyaan kembali. "Jadi kapan? Mumpung beliau sedang berada di Korea. Memang masih lama sih, tapi lebih cepat lebih, kan?"
"Kenapa tidak di sini saja?" Tutur Haechan ragu. Saat ini di dalam pikirannya tidak terlintas untuk menginjakkan kaki di negara kelahirannya untuk kedua kali setelah kejadian yang menimpa dirinya.
"Karena beliau tidak bekerja di sana tentu saja. Aku merekomendasikan karena beliau psikiater yang menangani aku, hingga aku bisa berdamai dengan keadaan saat ini. Lihat, sekarang aku sudah menikah. Walau didasari banyak faktor yang membuat aku berani mengambil keputusan ini, tetap saja saat itu ke psikiater lah sebagai pondasinya. Aku ingin kamu juga bisa berdamai, tidak perlu sampai kamu mempunyai keberanian membangun sebuah hubungan lagi, hanya sampai kamu menerima keadaanmu saja."
"Setelah aku, Mark oppa juga telah berdamai dengan dirinya. Tidak lagi menyalahkan dirinya tentang ia yang tak bisa merasakan apa itu cinta, ingin membangun hubungan tetapi ia merasa hampa. Setelah berdamai, Mark oppa terlihat bahagia bukan? Lalu setelahnya tetaplah tinggal di sana dengan Mark oppa, kalian bisa mengadopsi anak kok, atau jika kamu ingin anak kandung bisa menggunakan jasa ibu pengganti, tapi itu cukup berisiko."
Serena mengamati keterdiaman Haechan yang tampak berpikir keras. Dia tahu menghilangkan rasa trauma memang sulit, apalagi pelakunya adalah keluarga sendiri, sama seperti dirinya. Bedanya dirinya sempat bermasalah dengan sang ayah, sedangkan Haechan seluruh anggota keluarganya, lalu penghianatan oleh tunangannya sebagai puncak masalah. Serena berkeinginan kuat merangkul Haechan karena latar kehidupan mereka berdua juga sama, sama-sama hampir menjadi korban pelecehan.
"Selama masa pengobatan kamu tinggal di sini saja. Kami pastikan keluarga mu tidak akan tahu jika kamu di Korea. Di sini akan Arjisa, Jisung, juga putri kecil kami. Mau ya?" Serena masih tidak menyerah membujuk Haechan.
"Aku akan berdiskusi dengan Mark hyung dulu kurasa." Timbal Haechan setelah cukup lama terdiam.
"Hum, aku tunggu kabarnya, ya. Titip salam buat Mark oppa juga. Jangan lupa jaga kesehatan kalian berdua."
"Kalian juga di sana jaga kesehatan. Sampai bertemu lagi, Serena."
Jeno menoleh mendengar langkah kaki mendekat kearahnya. Ia merentangkan kedua tangannya menyambut sang istri ikut masuk ke dalam selimut. "Bagaimana?" Tanya Jeno ketika Serena sudah bergelung nyaman dalam pelukannya.
"Mungkin kali ini berhasil. Setidaknya Haechan tidak langsung menolak seperti yang terakhir kali." Ucap Serena dengan nada sendu.
"Kamu sudah melakukan yang terbaik. Jangan sedih, Sayang. Haechan akan baik-baik saja, Mark hyung selalu mendukungnya di sana." Ujar Jeno lembut seraya mengelus surai halus sang istri.
"Hum." Serena mengangguk, lalu menenggelamkan wajahnya pada dada sang suami, agaknya ia merasa mengantuk sekarang.
Setelah beberapa saat berlalu. "Pstt! Dad." Arjisa sepelan mungkin memanggil daddynya itu. Jeno yang mendengar segera menoleh kearah putranya, kemudian ia memasang ekspresi bertanya. "Aku mau ke toilet." Ujar Arjisa lagi, jarinya menunjuk batita cantik yang kini bergelung di sampingnya, lengan kecil batita itu melingkar di lengannya, bak bantal guling milik mommy Serena.
Jeno yang mengerti langsung melingkarkan lengannya di tubuh gadis kecilnya, memindahkan ke atas tubuhnya. Serena yang terbangun dengan sigap mengelus punggung Chelsea agar kembali jatuh terlelap, gadis kecil itu hampir terbangun karena berpindah posisi tidur tiba-tiba.
"Gih, tidur lagi, Mom." Ucapnya pelan mengambil alih mengelus punggung gadis kecilnya.
***S💙J***
Note
Chapter depan bakal aku kasih alasan berupa rangkuman atas keterlibatan beberapa cast tambahan di cerita ini. Kalau semisal merasa tidak suka, berhenti aja bacanya, anggap hanya sampai chapter 45 saja. Lebihnya ini hanya sebagai bonus kok, sekaligus menyelesaikan bagian yang bolong.
Untuk yang masih setia membaca aku ucapkan terima kasih banyak. Semoga kalian suka dan tidak kecewa, ya~ 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baby of a Business Rival ^ Revisi
FanfictionWarn! Baca sesuai sama nomor, karena urutan bab teracak oleh WP. Serena dengan obsesinya menginginkan seorang anak dari seseorang yang dia anggap bisa memberikannya keturunan yang sempurna. Sosok laki-laki itu adalah saingan bisnisnya sejak 10 tahun...