"Bersihkan dirimu, ku antar pulang nanti." Setelah mengatakan itu Jeno pergi ke luar kamar hotel yang mereka gunakan sejak kemarin.
Serena melihat paper bag juga pot kecil yang sudah terisi seperti yang diinginkannya. Serena tidak merasa senang sama sekali, bahkan air matanya kembali turun dengan sendirinya. Dia bahkan belum bertanya alasan apa yang membuat Jeno seakan enggan jika harus melakukan program bayi tabung, tapi Jeno tetap memberikan apa yang diinginkannya, itu yang membuat Serena tidak bahagia. Terlebih wajah kecewanya tergambar jelas dalam ingatan Serena.
Wanita berdarah Kim itu beranjak tidak semangat ke arah kamar mandi. Dia lelah dengan segala pikirannya. Selesai mandi Serena menggunakan pakaian yang entah kapan Jeno membelinya, jelas itu bukan pakaian yang ada di rumahnya jika saja orang rumah atau Winda yang memberikannya. Serena mengemasi pakaian mereka kemarin, memasukkannya ke dalam paper bag, tak lupa membawa benda kecil itu untuk ikut serta pulang.
*** S💙J ***
"Kau tidak memberi tahu Serena kalau itu rawan? Bagaimana jika ada yang menyalahgunakannya demi keuntungan pribadi? Bukankah itu sudah pernah terjadi." Jaemin memijat pelipisnya frustasi.
"Mudah sekali kau bicara. Jeno bukan seperti kau yang mudah bermain dengan banyak wanita." Balas Renjun yang membuat Jaemin terdiam.
"Tapikan aku main bersih."
"Bukan berarti kau bisa bebas. Tidak ada hari sial di tanggal. Kau mau apa jika ada wanita datang dengan perut besar? Bisa-bisa Keluarga Na memotong kemaluanmu."
"Kau kejam sekali." Jaemin menatap Renjun tak habis pikir. Mulutnya pedas sekali seperti perempuan.
"Biarkan saja. Aku sudah mengirim orang untuk mengawasi pergerakannya."
"Di mana Serena sekarang?"
"Dia ada di kamar, dan barusan dia pergi." Jeno menjawab pertanyaan Renjun.
"Kalau saja Serena menargetkanku, maka aku akan dengan senang hati memberikannya." Jaemin dengan bangganya berkata seperti itu, sampai-sampai kedua temannya menatapnya aneh.
"Serena mana mau anaknya memiliki ayah yang suka celup sana sini, apalagi kau suka mabuk-mabukkan. Kau tidak akan ada di list Serena." Perkataan pedas namun fakta dari Jeno membuat Jaemin mendelik kesal.
"Malas sekali aku berkumpul dengan kalian berdua. Dasar para pria tidak tahu cara menikmati dunia. Pergi sajalah aku."
Renjun hanya menggeleng menanggapi Jaemin yang suka sekali merajuk. "Semoga dia cepat kena karma."
"Hampir kurasa. Selama ini para wanita dengan suka rela melemparkan diri kepada Jaemin, tapi lihat saja nanti, akan ada wanita yang menolak Jaemin secara terang-terangan."
*** S💙J ***
Serena sampai ke rumah dalam keadaan yang sepi, jelas saja kedua orangtuanya sedang bekerja saat ini. Ia berjalan gontai menuju kamarnya, hari ini dia tidak ingin melakukan apa pun. Melemparkan tubuhnya di atas ranjang, mencoba tidur untuk mengembalikan suasana hatinya yang tidak baik-baik saja.
"Pemiliknya tidak ikhlas seharusnya itu hal yang bagus, berarti dia tidak akan merecoki nanti. Tapi kenapa aku tidak merasa demikian?" Serena bingung dengan dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baby of a Business Rival ^ Revisi
Fiksi PenggemarWarn! Baca sesuai sama nomor, karena urutan bab teracak oleh WP. Serena dengan obsesinya menginginkan seorang anak dari seseorang yang dia anggap bisa memberikannya keturunan yang sempurna. Sosok laki-laki itu adalah saingan bisnisnya sejak 10 tahun...