Ex Bab - II (Lee)

1.4K 122 6
                                    

Hari Minggu sudah tiba, itu artinya jadwal jalan-jalan keluarga kecil Lee. Ini semua ide dari Serena dan disetujui oleh kedua laki-laki berbeda usia itu. Bukan tanpa alasan Serena sampai membuat jadwal seperti ini, baik dirinya mau pun Jeno sibuk dengan pekerjaan mereka, jadi waktu dengan Arjisa tentu saja berkurang.

Walaupun Arjisa sudah sibuk dengan dua hewan peliharaan, bermain di rumah kakek neneknya, atau bermain dengan putra paman Na, Arjisa tampak biasa saja dan terlihat selalu senang. Tapi bukan itu poinnya, Serena tidak ingin anak mereka jadi jauh dan canggung dengan orangtuanya sendiri, Serena ingin anak mereka dekat selayaknya teman, tidak, tapi sahabat.

Sebenernya jadwal rutin keluarga kecil Lee sudah berlangsung sekitar 5 tahun, sejak Arjisa berusia 9 tahun, dan sekarang Arjisa sudah berusia 13 tahun.

Jadi di sinilah mereka sekarang, di dalam mobil dan berencana untuk piknik. Sebenarnya tema piknik agak tidak benar, pasalnya mereka bertiga bertolak ke villa dan melakukan ritual piknik di halaman belakang villa. Sejatinya sih tidak beda jauh dengan di rumah, kata Arjisa sih biar lebih kelihatan kalau kita mau pergi jalan-jalan, dan bersenang-senang.

"Mau jalan-jalan ke mana hari ini?" Tanya seseorang diseberang sana.

"Ke villa, Uncle, mau piknik."

"Oh ya? Villa yang mana?"

"Villa yang menjadi lokasi resepsi dad mom."

"Hoo ...."

"Uncle Chan mana?" Arjisa tidak melihat paman lucunya, biasanya ikut menempel dengan paman Mark.

"Masih tidur tuh. Nanti kalau sudah bangun pasti menelpon Jisa kok."

"Hum." Arjisa mengangguk. Memang benar kok, setiap hari paman Haechan pasti menelponnya walupun hanya sebentar.

"Sa, itu Cimol mau jatuh lho." Jeno memberitahu putranya.

"Eh?" Arjisa menunduk, segera membenarkan posisi tidur si hamster yang siap menggelinding kalau tidak segera dibenarkan.

Serena menoleh ke belakang, melihat posisi hewan bulat itu. "Jangan di letakkan di atas tubuh Awan,  letakkan di depan perut Awan saja." Suruhnya. "Nanti kalau tiba-tiba dad ngerem mendadak, terus Cimol jatuh, bisa syok dia. Bagus kalau tidak mati."

"Ih, Mom. Jangan bilang begitu." Arjisa kan jadi takut.

"Mom itu hanya mengatakan kemungkinan yang memang mungkin terjadi."

"Cimol sudah mendekati obes apa memang bulat begitu?" Tanya Mark setelah wajah keponakannya kembali terlihat di layar ponselnya.

"Berat badannya memang naik Hyung, Cimol agak susah mengontrol nafsu makannya." Timbal Jeno.

Sedangkan Serena hanya menjadi pendengar obrolan ketiganya, dia kembali fokus dengan ponselnya melanjutkan diskusi yang sempat tertunda. Dalam hati Serena bersyukur karena Arjisa tidak menghindar dan berkomentar buruk tentang sesuatu yang berbeda yang seharusnya tidak terjadi. Sebelum bertemu dulu, Serena sempat menjelaskan kepada Arjisa dari beberapa sudut pandang termasuk medis. Sampai sekarang Arjisa tidak pernah menyinggung soal hubungan yang tidak seharusnya itu, ia bersikap seperti tidak terjadi apa-apa.

Dari kejauhan Jeno menatap curiga dua mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi. Dirasa ada yang tidak benar, Jeno menurunkan kecepatan laju mobilnya, ia melirik kaca spion untuk melihat adakah kendaraan lain di belakang.

Merasa laju mobil melambat, Serena menegakkan kepalanya. "Kenapa——Eh!" Serena terkejut tiba-tiba mobil mereka bergerak mundur, lalu disusul dengan hantaman keras pada bagian depan mobil. "Jisa!" Serena menoleh ke belakang melihat putranya.

The Baby of a Business Rival ^ Revisi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang