Serena - 010 (SJ)

2.6K 250 1
                                    

Sudah dikatakan, Serena tidak pernah tidak melakukan apa yang diinginkannya. Maka dari itu, di sinilah dia sekarang, di ruang operasi dengan beberapa orang yang sudah tidak sadarkan diri. Dua diantaranya memang tidak sadarkan diri karena akibat dari kecelakaan, dan satunya karena efek bius total. Serena memang tidak memiliki bekal untuk melakukan pembedahan, itu bukan urusannya, dia di sini hanya untuk memisahkan semua organ yang masih berfungsi dengan baik, dan hati-hati. Masalah keselamatan, itu bukan perdulinya. Jika meninggal dunia, itu sudah resiko, siapa suruh bermain-main dengannya.

Waktu sudah menunjukkan tengah malam, tetapi Serena masih sibuk dengan urusannya, dan dia tampak bersemangat. Namun rasa semangatnya memudar kala mendapati seseorang memasuki ruang operasi, seorang wanita paru baya yang menatapnya terkejut. Serena merasa sangat terganggu dengan kehadiran wanita itu, dengan tampang tak berdosa dia pergi meninggalkan pekerjaannya yang masih setengah jalan.

"Serena."

Serena berhenti melangkah, dia melirik wanita paru baya itu lewat ujung matanya. "Seharusnya penjahat kelamin memang diperlakukan begitu. Hidup sudah tidak berguna, masih untung ada organ yang berguna untuk orang lain. Jika tidak, hidupnya hanya seperti hama yang memenuhi bumi." Setelah mengatakan itu, Serena pergi dari sana, enggan untuk berlama-lama karena jelas dia tidak suka untuk saat ini. Salah siapa menentang.

Serena pulang ke rumahnya, tidak, bukan rumah tempat tinggal bersama kedua orangtuanya, tetapi rumahnya sendiri yang sudah sejak lama Serena membuatnya. Ya, Serena tidak membeli rumah jadi, tetapi Serena membeli lahan kosong lalu membangun rumah dengan gayanya sendiri. Sebelum mengurus beberapa pekerjaannya, Serena memutuskan untuk mandi terlebih dahulu, sangat tidak etis jika harus berdiam diri dengan tubuh berbau darah dan daging.

Selesai dengan mandinya, Serena mengambil ponselnya, yang baru. Asistennya itu tidak mengantarkan ponselnya ke rumah. Jadi Serena mengirimkan email kepada asistennya untuk menggantikan dirinya selama beberapa hari. Seperti biasa, jika sudah seperti ini, sudah saatnya Serena berdiskusi dengan apoteker maupun asisten apoteker untuk membuat formal baru. Tak lupa Serena juga mengabarkan kepada orang-orang yang bekerja di Jeju bahwa dia akan datang ke sana besok. Serena tidak akan menepati perkataannya untuk tidak mengganggu Jeno lagi, dia tidak mendapatkan apa yang diinginkannya, jadi Jeno harus dengan lapang dada jika mereka kembali menjadi rival.

*** S💙J ***

Pagi hari menjelang siang Jeno kedatangan tamu di saat dia bahkan belum menarik napas lega dari meeting barusan, walau sebenarnya bukan karena itu, dia kepikiran sesuatu hal saja.

"Mommy sudah mengatasi rencana Serena untuk program bayi tabung. Jadi Mommy rasa tidak perlu ada yang dikhawatirkan lagi."

Jeno menyerengit heran mendengar penuturan mommynya. "Mommy berbicara langsung kepada Serena?"

"Tidak, Mommy meminta tolong kepada nyonya Kim. Serena kan belum atau mungkin tidak akan masuk dalam anggota keluarga inti kita, jadi Mommy tidak bisa berbicara hal seperti itu padanya. Biarkan mereka berbicara secara kekeluargaan, ya, walaupun ada calon cucu Mommy di sana."

Jeno mengabaikan pekerjaannya, memilih lebih fokus kepada mommynya yang mampir ke ruangannya. "Mommy tidak menanyakan alasan Serena mau program kepada nyonya Kim?"

"Sudah Mom tanyakan kok. Hanya saja sepertinya nyonya Kim tidak mengetahui niat Serena ingin program, tapi Mom rasa nyonya Kim pasti tahu alasannya. Hal seperti ini memang harus dipertanyakan, Jen, karena tidak seperti biasanya. Selama ini sudah banyak wanita yang melemparkan diri padamu, bahkan mereka yang datang untuk mengajakmu menikah. Sedangkan Serena bahkan tidak ingin ada hubungan intim antara kalian, dia hanya ingin anak dengan kualitas hidup yang sehat."

The Baby of a Business Rival ^ Revisi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang