*** S💙J ***
Sesuai sama yang sudah menjadi rencana sejak awal, Jeno akan pulang ke Korea jika sudah mendapatkan hasil dari program yang Serena jalani, dia tidak bisa terlalu lama meninggalkan perusahaan, jadi dengan berat hati Jeno akan meninggalkan Serena untuk beberapa hari, kemudian akan kembali lagi menemani wanita Kim yang keras kepala dan ceroboh itu.
"Aku tidak mau mama atau papa yang menemani. Mereka kan tidak suka dengan rencanaku, dan aku tidak mendapatkan benih dari orang lain selain Lee. Jadi aku tidak ingin ditemani mereka." Tolak Serena atas saran Jeno pada malam harinya sebelum Jeno pulang hari ini. "Aku janji tidak akan ceroboh." Lanjut Serena menyakinkan Jeno.
"Aku pasang CCTV saja kalau begitu." Ide Jeno yang tetap tidak percaya atas perkataan Serena.
"Hei! Kamu secara tidak langsung menjadi penguntit ulung kalau begitu. Bagaimana kalau tiba-tiba handukku lepas, kamu pasti melihatnya." Cerca Serena.
"Tentu saja, karena aku punya mata." Balas Jeno.
"Berarti kamu mengakui kalau itu terjadi akan melototi melihatnya, kan?" Delikan tajam Serena layangkan. "Ngomong-ngomong, kenapa kau memanggil dengan embel aku kamu sih?! Kan aku jadi ikutan. Untuk rival itu terlalu akrab."
"Apa itu perlu diperdebatkan sekarang?"
"Oh, tentu saja."
"Dasar Kim tidak jelas." Ejek Jeno.
"Kim memang tidak jelas. Mau apa kau?" Tantang Serena.
"Tidak boleh marah-marah. Kau sedang hamil." Jeno menepuk-nepuk kepala Serena seolah tengah menenangkan seekor kucing.
Untungnya setelah perdebatan semalam, siangnya Serena sudah bersikap biasa saja. Jeno jadi tenang untuk meninggalkannya sendiri.
"Gambaran ku sudah selesai, Jen. Jangan lupa katakan kepada nyonya Lee. Oh, satu lagi, ambil pakaianmu di rumahku, jangan lupa bawa ke sini, ya."
"Apa lagi?" Tanya Jeno sembari mencatat apa yang Serena minta di catatan ponselnya.
"Sepertinya hanya itu saja untuk sekarang. Nanti kalau ada lagi aku beritahu." Jeno mengangguk sebagai jawaban. "Seharusnya kau jangan menggunakan pakaian formal begini, nanti para wanita menggoda kau karena terlalu tampan." Ujar Serena yang sibuk memasang dasi untuk melengkapi penampilan Jeno.
"Kau mengakui kalau aku tampan?"
"Tentu saja. Tidak mungkin aku mengakui kau cantik."
"Semakin terlatih ya mulutnya untuk berdebat."
"Itu keahlianku, Tuan Lee." Serena menepuk dada Jeno pelan, ia mendongak untuk menatap ke wajah pria Lee. "Sebelum kau pergi, mari aku perjelas lagi, bahwa anak ini akan bermarga Kim, bukan Lee."
Jeno tersenyum tipis menanggapi ucapan serius Serena. "Kita lihat saja nanti marga siapa yang akan tersemat di nama anak kita, Serena Kim."
*** S💙J ***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baby of a Business Rival ^ Revisi
FanfictionWarn! Baca sesuai sama nomor, karena urutan bab teracak oleh WP. Serena dengan obsesinya menginginkan seorang anak dari seseorang yang dia anggap bisa memberikannya keturunan yang sempurna. Sosok laki-laki itu adalah saingan bisnisnya sejak 10 tahun...