Bab 22[Terevisi]✓

33.7K 2.8K 106
                                    

Follow sebelum membaca hargai author!!

Jangan lupa votenya woy 🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟

Happy Reading

.

.

.


"Hm" Axezi hanya berdeham singkat sebagai jawabannya, ia tidak perduli, bahkan jika ia di keluarkan dari sekolah, ia juga tak peduli, bukankah dulu ia sudah lulus dan ia juga pintar, jika membuat ijazah tinggal ujian dan minta di buatin ijazah selesai, mudah bukan?.

"Baiklah sekarang kamu ambil tas mu dan pulang" ucap kepala sekolah berat.

Axezi menurut, ia berdiri berjalan meninggalkan ruangan itu dengan ekspresi datarnya.

Sesampainya ia di kelas ia langsung di tatap semua orang dan siswa atau siswi di kelas itu juga terang terangan mengatai dan memakinya.

"Wow pembunuh datang"

"Dasar pembunuh!"

Namun Axezi hanya acuh tak acuh, ia tak memperdulikan cacian dari para siswa dan siswi itu, ia berjalan ke bangkunya dan mengambil tasnya, tanpa pikir panjang ia berjalan meninggalkan kelas itu.

Sesampainya Axezi di parkiran, ia langsung memasuki mobilnya, dan menjalankan mobilnya keluar dari lingkungan sekolah, ia tidak kembali ke mansion, melainkan ke apartemennya.

~~~~


20:08 p.m

Di rumah sakit, terlihat seorang gadis terbaring lemah di atas brankar dan wanita paruh baya yang masih terlihat muda di samping gadis itu. Wanita itu adalah Villain, terlihat wajahnya sangat khawatir kepada gadis itu, gadis itu adalah Auris.

Di ruangan itu bukan hanya ada Villain, melainkan juga ada keluarga besar Brahmana, Gerland, dan geng Black Moon.

Perlahan kelopak mata Auris terbuka, Auris mengerjab ngerjabkan matanya, untuk menyesuaikan cahaya.

Mereka yang melihat itu mendekat ke arah brankar Auris, Villain yang berada di samping Auris begitu senang melihat Auris sadar.

"Sayang kamu udah sadar" ucap Villain dengan nada lembut, tangannya mengelus Surai rambut Auris.

Auris menatap Villain dengan tatapan lemahnya, yang membuat Villain dan mereka semua yang melihatnya sakit. Namun yang tak mereka ketahui dalam hati, Auris terus bersorak kegirangan, karena ia berhasil membuat keluarga Axezi berpaling kembali kepadanya.

"Sangat mudah ternyata" batin Auris menyeringai, ia sangat puas, tidak sia sia, ia menjadikan nyawanya sebagai taruhan.

Gerland juga mengelus Surai rambut Auris dengan kelembutan dan kehangatan.

"Istirahat ya" Ucap Gerland dengan nada lembut.

Auris sedikit mengangguk, ia sangat kesulitan untuk bergerak, tubuhnya terasa sakit dan remuk.

"Gerland, Gustav, ayo kita pergi" Ucap Hendra datar, Gerland dan Gustav mengangguk.

"Kalian tetap di sini, kami cuman pergi sebentar" ucap Gustav dengan nada datarnya.

Axezi [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang