Sekarang Axezi sudah sampai di mansion, ia keluar dari mobil, begitu juga dengan Agrevan dan yang lainnya.
Agrevan dan Affandra berdiri di samping Axezi, dengan Axezi yang di apit di tengah mereka.
Axezi menatap malas mansion besar di hadapannya ini, ingin sekali ia membom mansion ini, entah kenapa ia sangat kesal dengan kedua pria tua Bangka bau tanah itu.
Ingin sekali ia meminta kepada penulis untuk membuat Agrevan dan Affandra mati, kalau perlu hilangkan semua musuhnya, agar dia bisa hidup tenang, damai, dan tentram.
Mereka berjalan memasuki mansion Marquez, mereka berkumpul di ruang tengah.
Sedangkan Galan yang mengerti akan kondisi Axezi, ia langsung pergi untuk menelpon dokter kepercayaan mereka.
Axezi mengambil laptop yang entah itu milik siapa, kebetulan laptop itu berada di meja ruang tengah. Mereka hanya diam membiarkan hal itu.
Jari jemarinya mulai mengetik dengan cepat dan lihai di keyboard laptopnya.
Drap
Drap
Drap
Terdengar suara langkah kaki yang tergesa-gesa dan tidak beraturan, itu adalah dokter Aron. Bertepatan dengan kedatangan dokter Aron, Axezi juga selesai dengan laptopnya. Ia menatap dingin layar laptopnya, namun dalam hati ia menyeringai.
“Oh, itu dia?” batin Axezi menyeringai.
Agrevan yang duduk di samping kanan Axezi, langsung menarik laptop yang berada di pangkuan Axezi.
"Obati dulu lukamu" Ucap Agrevan dengan nada datarnya. Marah? Tentu saja ia marah, siapa yang tidak marah jika Axezi kabur dari rumah sakit, setelah di nyatakan kondisinya stabil dua hari yang lalu.
Axezi menatap datar Agrevan, si tua Bangka ini masih merajuk?, sungguh kekanak-kanakan.
Axezi memilih diam, membiarkan dokter Aron mengobati lukanya. Sedangkan dokter Aron yang mengobati Axezi berkeringat dingin, bagaimana tidak?, sedari tadi ia selalu merasakan hawa dingin dan membunuh.
“Sial!, seandainya aku mempunyai kekuatan dan kuasa, ingin sekali aku menghancurkan mereka semua” Batin Aron menjerit.
Aron mengobati luka Axezi dengan telaten, ia mulai menjahit luka sobek yang di dapatkan Axezi tanpa obat bius.
Sedangkan Axezi hanya diam, menatap malas dokter Aron yang nampak hati-hati, itu benar-benar lambat.
"Lebih cepat bisa?" Tanya Axezi dengan nada dinginnya. Membuat dokter Aron semakin berkeringat dingin.
"Ba-baik" Ucap Dokter Aron gelagapan. Lalu menatap kearah Agrevan dan yang lainnya.
Agrevan hanya menganggukkan kepalanya, tanda ia memberi izin, begitu juga dengan yang lainnya.
Aron mulai mengobati Axezi dengan sedikit cepat, namun masih berhati-hati, ia bisa mati jika terjadi sesuatu dengan kesayangan mereka.
Setelah beberapa menit kemudian, akhirnya Dokter Aron sudah selesai mengobati Axezi. Dengan segera ia merapikan peralatannya kembali pada tempat yang seharusnya.
"Lukanya untuk sementara jangan sampai terkena air, agar lukanya cepat mengering dan pulih" Jelas dokter Aron di angguki oleh mereka semua, kecuali Axezi yang menatap malas dokter Aron. Lagipula ia tidak akan mati kehabisan darah.
"Kalau begitu saya permisi" Ucap Dokter Aron menenteng tasnya yang berisikan alat medisnya, lalu melangkah pergi meninggalkan orang-orang.
Setelah kepergian dokter Aron, Axezi menatap kearah laptop yang di letakkan di atas meja. Ia ingin meraihnya, tapi tiba-tiba sebuah tangan menahannya, itu adalah Affandra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Axezi [End]
Teen Fiction[Part Tidak Lengkap❗] ⚠️TETAP VOTE WALAU UDAH END⚠️ "Sialan!, bertransmigrasi ke tokoh novel bocah bodoh ini!" "kenapa gak mati aja sih!?" Axezi Alvarez Leonal seorang CEO yang berumur 28 tahun bertransmigrasi ke dalam cerita novel menempati raga se...