Bab 49

15K 885 202
                                    

Keesokan harinya..

Sekarang jam menunjukkan pukul 05:10 a.m, Axezi baru terbangun dari tidurnya, tumben sekali ia baru bangun pukul lima pagi, biasanya ia bangun pukul empat, jika tidak pukul tiga dini hari.

Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, masih di tempat yang sama, yaitu rumah sakit. Perlahan ia bangkit dan mengubah posisinya untuk bersandar di sandaran brankar.

Dapat ia lihat di samping kiri yang cukup berjarak dengan brankarnya Vita berbaring di brankar yang satunya. Ruang rawatnya luas, tampaknya ini ruang rawat VVIP.

Sibuk melamun dan bergelayut dengan pikirannya, tanpa di sadari seseorang sudah duduk di kursi samping brankarnya.

"Apa yang kau pikirkan?" Tanya orang itu membuyarkan lamunannya, Axezi menatap datar orang itu, Khansa.

"Bukan apa-apa" Jawab Axezi dengan nada datarnya, ia memutar bola matanya malas, lagipula apa hubungannya dengan nya.

"Sa.." Panggil Axezi pada Khansa namun tak di gubris oleh sang pemilik nama. Ia hanya bisa menghela nafas sejenak, sabar, dirinya harus bersabar.

"Bajingan ini.." batin Axezi mengumpati Khansa.

Dengan sangat terpaksa ia memanggil Khansa dengan sebutan 'Abang/kakak'. "Kak.." Ucap Axezi pelan, namun masih dapat di dengar oleh Khansa. Hueek rasanya ia akan muntah saat memanggil Khansa dengan sebutan kak.

Khansa menunjukkan senyum tipisnya, itu sangat tipis, mungkin orang lain tidak akan menyadari senyum tipis itu, namun Axezi menyadari senyum tipis itu.

"Kenapa hm?" Tanya Khansa sedikit lembut, namun nadanya masih terdengar cukup datar, walau tak sedatar biasanya.

"Fuck!, lain kali aku akan membuang bocah ini ke jurang" batin Axezi tak henti hentinya memaki Khansa.

"Pulang" satu kata itu yang keluar dari mulut Axezi berhasil membuat raut wajah Khansa menjadi dingin.

"Home huh?, do you want to go home?" Tanya Khansa dengan nada dinginnya. Dengan santainya Axezi hanya menganggukkan kepalanya.

"There will be no going home until you are declared cured!" Tegas Khansa membuat Axezi memutar bola matanya malas.

"Damn it! I can go home alone" Ucap Axezi dengan nada dinginnya.

"NO!" Sahut seseorang membuat atensi Axezi dan Khansa menatap kearah sumber suara. Revan.

Axezi memutar bola matanya malas. "Kau tidak di ajak" Ucap Axezi datar membuat Revan tersedak ludahnya sendiri. Ekspresi Revan berubah masam, sedangkan Khansa berusaha menahan senyumannya.

"Dua mahluk kecil ini tidak berguna, nanti aku akan pulang sendiri, lagipula aku harus menghabisinya" batin Axezi menyeringai.

Khansa dan Revan yang melihat Axezi melamun, hanya menatap datar. "Kau tidak berpikir ingin kabur bukan?" Tanya Revan menatap Axezi penuh selidik.

Axezi menatap datar Revan. "Bukan urusanmu" Ucap Axezi datar, lalu membaringkan tubuhnya, dan menutupinya dengan selimut, ia berbaring memunggungi Revan dan Khansa. Lagi dan lagi Revan merasa tertohok, ekspresinya bertambah masam.

Dengan raut wajah kesal Revan pergi menjauh meninggalkan brankar tempat tidur Axezi. Sedangkan Khansa yang melihat kepergian Revan menggelengkan kepalanya, anak itu kesal dan merajuk, sungguh kekanak-kanakan.

Khansa kembali menatap kearah Axezi yang berbaring memunggunginya.

"Jangan mencoba untuk kabur Ax, atau aku akan meminta Daddy untuk merantaimu" Ucap Khansa mengancam.

Axezi [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang