Bab 44 [Terevisi]✓

20.6K 1.8K 157
                                    

Follow sebelum membaca hargai author!!

Votenya woy 🌟🌟🌟🌟🌟

Udah bosen ya sama cerita aku?, gapapa bilang aja kalo bosen, maaf ya, aku bukan penulis hebat, semua itu hanya imajinasiku🙂.

Kenapa sekarang lebih banyak yang baca dan daripada yang vote?, aku membutuhkan vote dari kalian karena nanti cerita ini bakal terbit🙂.

Jadi mohon bantuannya, saya membutuhkan vote, karena vote memang berpengaruh besar dalam cerita. Setiap author itu membutuhkan vote.

Please Vote ya, cuman klik bintang aja kok🌟, kalo gak follow saya butuh votenya aja🙏. Thanks yang udah ngerti.

~~~~

Dor!

Peluru itu menembus dada Axezi. Affandra, Agrevan, Khansa dan Revan yang melihat itu membulatkan matanya.

Galvin tersenyum miring, sedangkan Axezi yang di tembak langsung jatuh ke lantai. Dengan amarah yang meledak Affandra menembak Galvin dan Andrian dengan membabi buta, namun tak sampai mati.

Dor!

Dor!

Dor!

Dor

Setelah puas menembak Galvin dan Andrian. Matanya tertuju pada Axezi yang terbaring tak berdaya di lantai.

Affandra dan yang lainnya berjalan mendekat kearah Axezi, bahkan mereka menjatuhkan senjata mereka. Dengan tangan bergetar, mereka berempat mendekati Axezi. Hei bukankah mereka sudah membunuh banyak orang? Kenapa mereka setakut itu?.

Affandra setengah berlutut, perlahan ia mengangkat tubuh Axezi yang lemah itu dengan tangan yang bergetar.

Setelah mengangkat tubuh Axezi, ia menatap para anggotanya, dingin walaupun. "Bawa mereka berdua ke ruang bawah tanah" titah Affandra menatap dingin orang² bersenjata itu.

Affandra langsung membawa tubuh Axezi untuk pergi dari mansion ini, dengan langkah tergesa-gesa.

"Bertahan Ax" batin Affandra menatap sebentar wajah Axezi yang berada di gendongannya.

"Maafin Daddy Ax" batin Agrevan menyesal karena merasa gagal melindungi Axezi.

Mereka semua keluar dari Mansion itu, tapi Affandra dan yang lainnya langsung menghentikan langkah mereka ketika melihat Gerland dan yang lainnya berada di sini.

Affandra dan yang lainnya menatap dingin Gerland dan yang lainnya. Sedangkan Gerland, Gustav, dan Hendra, mereka terdiam mematung ketika melihat keadaan Axezi.

Tidak ingin membuang waktu lebih lama, Affandra berjalan melewati mereka, namun suara Gerland menghentikan langkahnya.

"Tunggu" Ucap Gerland menghentikan langkah Affandra.

Affandra menatap dingin Gerland. "Aku ingin ikut kalian ke rumah sakit, bagaimanapun di dalam tubuhnya mengalir darah Brahmana" Ucap Gerland menatap Affandra penuh permohonan.

Affandra yang sedang terdesak karena darah Axezi yang terus keluar, ia hanya menyetujui dengan menganggukkan kepalanya, lalu dengan cepat berjalan kearah mobil mereka terparkir.

Axezi [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang