Kenna dan cinta pertamanya, hingga detik jam pada menit yang ia tempuh dalam waktu setiap harinya, hanya tetap menjadikan Gavin sebagai sosok yang selalu ia temukan di garis terdepan. Selalu ada untuknya, sekaligus menjadi alasan patah hatinya, ber...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ditengah kebosanan yang membunuh semangat yang semakin memudar, Kenna bertahan memasuki dua jam rapat hanya untuk membahas pembaharuan terbaru tugas dan kinerja setiap divisi diperusahaannya.
Diliriknya arloji yang menunjukkan jika hari sudah sore. Perutnya meronta-ronta ingin di isi, otaknya bertanya kira-kira apa yang dipesan Alice untuknya.
Ditiliknya jumlah slide yang belum siap, pada lembaran ditangannya. Ia menghela nafas saat melihat jumlahnya sedikit banyak yang belum siap.
Setelah sekian purnama menunggu, rapat yang membosankan itu akan berakhir dan gadis itu bertepuk tangan setelah presentator itu di penghujung ucapan sekian dan terimakasih yang belum siap.
Segera juga ia beranjak dari kursinya tidak dapat menahan lebih lama duduk disana. Aksinya membuat para direktur dan jajaran lainnya saling menatap memahami kebosanan pewaris tersebut.
Gadis itu memasuki ruangan, mendapati sahabatnya sedang bersantai menunggunya. Ia duduk di sofa tamu untuk menikmati makan sorenya.
"Sudah siap? Empat jam, wow..." ucap gadis itu sambil bertepuk tangan untuk usaha sahabatnya bertahan ditengah rapat tersebut.
"Aku lapar..." ucapnya sambil membuka bento pesanan Alice .
Kenna sibuk menghabiskan makanannya, Alice sibuk memainkan ponselnya sambil rebahan. Kening gadis itu mengernyitkan ketika melihat pesan yang baru diterimanya. Ia melirik sahabatnya yang sedang menikmati makanannya.
"Ada apa dengan ekspresimu?" tanya Kenna saat tak sengaja melihat wajah tegang sahabatnya.
"Hmm...? Selesaikan dulu makananmu!"
Kenna sibuk mengunyah saat gadis itu tidak memberikan jawaban memuaskan untuknya.
"Sekarang katakan..." ucap gadis itu menuntut saat suapan terakhir ditandaskannya.
"Kita gagal dapat tender..."
"Why...? Apa penawaran kita terlalu tinggi? Aku sengaja menurunkan harganya karena itu proyek charity. Kita bahkan sudah mencari dana tambahan dari luar... Harusnya tidak ada yang berani menawarkan harga dibawah kita."
"Bukan... Aku mendapatkan kabar jika RelivAid yang memenangkan itu."
"Benarkah?" Kenna kecewa, ia sudah menyerah pikiran dan tenaganya untuk proyek tersebut.
"kau tidak apa-apa?"
"Siapa penanggungjawab RelivAid ?"
"Im Emmett ..." Kenna terkejut bukan main, Kenna paham ketegangan sahabatnya sekarang. Ia percaya diri mendapatkan tender itu, mempersiapkan diri untuk segalanya. Juga menaikkan eksistensi dirinya untuk dikenal sebagaieksekutif.
Kenna kecewa, sangat, mungkin sudah menjadi rezeki kakaknya yang memiliki proyek itu. Mengapa harus Emmett, hal membuat terbawa perasaan untuk kesal terhadap pria itu.