Waktu terus bergulir, meninggalkan hari demi hari berlalu dan setiap orang dengan masalah hidup yang berbeda-beda tanpa atau dengan solusi yang berbeda pula.
Mereka yang terbelenggu tidak menemukan penyelesaian tidak pantang menyerah pada takdir yang menempatkan mereka dipososi itu. Misalnya Kenna yang tidak berhenti menerima pesan aneh dan semakin aneh setiap saat dari nomor tak dikenal yang menganggunya sejak 4 bulan lalu. Dirinya berusaha mencari tahu orang tersebut walaupun belum menemukan hasil yang memuaskan.
Seperti yang Kenna katakan isi pesan itu semakin aneh, misalnya beberapa pesan terakhir dan yang baru saja diterimanya.
Sudah kukatakan untuk hidup dengan damai Kenna.
Tidak Tahu diri.
Jalang murahan.
Entah apa yang sudah Kenna lakukan kepada orang ini hingga mengeluarkan kalimat sekasar itu. Sekarang Kenna tidak takut kepada orang ini, lebih kesal tepatnya perlu disematkan kepada dirinya. Jika pesan itu muncul ia ingin melempar iPhone 7 miliknya saking kesalnya.
Menghela nafas sedemikian tidak akan membantunya untuk melupakan pesan yang ia terima selama liburan tempo hari.
"Kau baik-baik saja?" Seru Gavin yang sedang sibuk dengan laptop di meja kerjanya. Mendengar helaan nafas Kenna membuatnya konsentrasinya tertarik kepada gadis itu. Bukan karena terganggu, tapi karena beban yang tersirat dalam suara itu. Kenna sedang duduk malas-malasan di sofa diruangan kerjanya itu.
Kenna menyodorkan ponselnya kepada pria yang sudah duduk disampingnya itu. Memberikan pesan yang membuatnya muak ketika membacanya.
"Kenapa tidak memberitahuku jika kau menerima pesan ini?" Tanya Gavin marah melihat isi pesan yang kasar tersebut. "Aku sudah menyewa orang yang bisa membantumu untuk mencari tahu siapa orang ini. Aku butuh ponselmu untuk melacaknya!" Lanjutnya sambil memberi kembali ponsel itu kepada pemiliknya.
Kepala Kenna mengangguk malas pada senderannya, persetan dengan isi pesan itu, ia hanya ingin mengetahui sosok yang menyimpan kebencian sebegitu besar kepada dirinya.
Tangan Gavin terulur mengusap punggungnya Kenna menyalurkan ketenangan bagi gadis itu. Kenna mendongak menatap Gavin seakan mengatakan jika ia baik-baik saja. Mendekat kepada Gavin yang masih dengan kemeja formalnya, kemudian mendarat kepalanya di bahu pria itu sekalian memeluk tubuhnya.
Gavin menyambut Kenna salam rangkulannya dan menumpukan dagunya di kepala gadis itu. Dengan segera Kenna melupakan masalahnya kemudian pikiran liarnya kembali mengorek kecemburuan dalam otaknya.
"Apakah Kailee juga pernah memelukmu seperti ini?" Tanya Kenna kembali kedalam mode cemburunya.
Gavin mengernyitkan keningnya, "Tidak pernah..." Jawabnya, hubungan dengan Kailee terlalu canggung kecuali untuk sebuah ciuman dan pelukan biasa ketika mereka dalam usaha untuk memperbaiki hubungan mereka.
Senyuman puas terukir di kedua sisi bibir Kenna. Kemudian senyumannya memudar ketika bayangan mantan kekasih Gavin muncul dipikirannya. Tentu saja, mungkin Kailee istrinya yang tidak dicintainya oleh Gavin, bagaimana dengan sebelum Kailee dan Gavin bertemu? Diusia itu seharusnya Gavin mempunyai seseorang untuk dicintai bukan? Berapa dan siapa saja mantan Gavin sebelum menikah dengan Kailee memenuhi pikirannya.
Kenna dengan pikiran tidak sabarnya, langsung duduk tegap menatap Gavin dengan tatapan bertanya-tanya. Membuat Gavin mengernyitkan dahi bertanya.
"Ada apa Kenna?"
"kak?"
"Hmm?"
"Berapa mantanmu kekasihmu dan wanita keberapa yang paling kau cintai?" Tukasnya penuh selidik dan rasa penasaran yang membuncah yang tidak bisa ia tahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNBROTHER
ChickLitKenna dan cinta pertamanya, hingga detik jam pada menit yang ia tempuh dalam waktu setiap harinya, hanya tetap menjadikan Gavin sebagai sosok yang selalu ia temukan di garis terdepan. Selalu ada untuknya, sekaligus menjadi alasan patah hatinya, ber...