Ketika sore berganti petang, matahari tidak lagi terlihat diatasnya digantikan suasana malam yang mencekam. Malam ini sangat berbeda dari malam-malam sebelumnya ketika Kenna pulang bekerja. Kali ini ia sedikit lebih takut untuk pulang.
Ketika memarkirkan mobilnya di halaman, ia bahkan enggan untuk keluar. Menatap pintu rumahnya yang beberapa menit akan datang, segera ia masuki, dimana Ayahnya mungkin menunggu dengan amarahnya. Karena ia sudah melihat mobil kedua pria itu sudah berada disebelah mobilnya. Kenna meremas setirnya untuk mengumpulkan keberaniannya. Ia membawa tasnya di berada dikursi kemudi dan keluar dari mobilnya. Melewati pintu masuk, sedikit lebih dalam ia melihat Ayah dan ibunya yang duduk disofa biasanya mereka mengobrol habis makan malam.
Ibu tirinya menatap kedatangan dengan wajah cemas, serta Ayahnya diam saja menyambut kedatangan.
"Aku pulang..."
"Oh Kenna, mandilah dulu sebelum kita makan malam." Ucap nyonya Resee mencoba mencair suasana canggung itu.
Dirinya bisa memastikan jika Ayahnya itu sehabis menonton pemberitaan dirinya melihat remot tv yang ada ditangannya.
"Apa-apaan itu Kenna, bisa jelaskan kepada Ayah apa yang terjadi?" Ucap tuan Resee tanpa berniat menatap Kenna. Kenna terdiam dalam langkahnya yang bermaksud naik ke kamarnya, tidak memberikan pembelaan, kata-kata yang ia susun diotaknya tadi dalam usaha menjelaskan kepada Ayahnya sirna sudah.
"Kenna..." Teriak tuan Resee , membuat nyonya Resee terperanjat dengan amarah suaminya tersebut. "Bagaimana bisa aku tidak jika aku membesarkan seorang anak tidak tahu malu sepertimu?" Kini matanya menatap putrinya yang berdiri dengan setelan kantornya tanpa wajah penyesalan.
"Apa tidak ada pria lain yang bisa kau pilih, haruskah Gavin ? Seorang pria beristri?" Tanya pria itu kecewa dengan putrinya, ia tahu bahwa ia tidak pernah mengenal putrinya itu sejak kematian istrinya pertamanya.
Karena hubungan mereka yang semakin merenggang karena pernikahannya dengan istri keduanya. Tetapi ia percaya jika putrinya tidak pernah mempermalukannya diluar sana. tuan Resee percaya Kenna memiliki etika dan moral yang mengetahui mana yang baik dan buruk.
"Bisakah kau bicara Kenna, setidaknya katakan jika pemberitaan itu salah kepada Ayah. Kau diam seolah-olah membenarkan pemberitaan media itu." Sentak pria itu melihat diamnya Kenna membuatnya semakin emosi.
Kenna menghela nafas, mengangkat wajahnya menatap Ayahnya, "Aku harus bagaimana Ayah, itu benar adanya, jika aku dan kak Gavin memang sedang dekat."
Tuan Resee menutup matanya meringis tidak percaya. Sedikit berharap ia jika hal itu tidak benar, sehingga ia tidak perlu canggung mengahadapi sahabatnya tuan Rowan .
"Kenna..." nyonya Resee menatap tidak percaya, ia berjalan menuju Kenna. Menggapai tangan gadis itu. "Apa yang terjadi Kenna, tidak mungkin kau melakukan hal seperti itu!"
Kenna kembali menatap Ayahnya, "dad, hanya itu kebenaran yang bisa kutakan. Tidak ada perselingkuhan dan aku tidak merusak rumah tangga kak Gavin, itulah kebenaran nya. Pemberitaan itu tidak benar..." Lanjutnya lagi akhirnya bisa mengeluarkan pembelaan untuk dirinya sendiri.
"Kedekatan seperti apa yang kau maksud Kenna? Disaat Gavin belum berpisah dengan Kailee , kau menjalin hubungan dengannya?"
"Tidak Ayah... Itu tidak benar. Kami hanya dekat, benar jika kami saling mencintai, tapi kami tidak memiliki hubungan."
"Cinta katamu? Dengan pria yang jauh lebih tua dan sudah beristri?"
"dad... Dia memang masih beristri tapi dia akan bercerai, Ayah mengatakan seolah-olah aku berselingkuh dengannya. Hanya karena dia sedikit lebih tua, apa salah jika kami saling mencinta?"
KAMU SEDANG MEMBACA
UNBROTHER
Chick-LitKenna dan cinta pertamanya, hingga detik jam pada menit yang ia tempuh dalam waktu setiap harinya, hanya tetap menjadikan Gavin sebagai sosok yang selalu ia temukan di garis terdepan. Selalu ada untuknya, sekaligus menjadi alasan patah hatinya, ber...