Sudah sejak lama mentari menapaki bumi kembali, menggantikan tugas bulan sejak 6 jam yang lalu. Tidak terlalu terik, juga tak terlalu mendung hari ini hingga membuat dua insan yang masih setia dalam tidurnya belum menunjukkan tanda-tanda ingin bangun.
Sepertinya salah... Karena si gadis mulai mengerjapkan netranya yang mulai terganggu dengan dering ponsel. Kenna mengerjapkan matanya, ditampar kenyataan, melihat Gavin tidur disampingnya. Kemudian tersenyum menyadari itu nyata, pipinya bersemu.
Dengan hati-hati ia bergerak turun dari ranjang tersebut tanpa membangun Gavin yang masih lelap, menuju bathroom untuk membersihkan wajahnya.
Setelahnya ia mencari coatnya di walk in closet Gavin, tempatnya berganti pakaian tadi subuh. Dirabanya coat itu untuk mencari benda persegi itu. Hampir ia memaki ketika melihat jam yang menunjuk pukul 12.31.
Mengutuk dirinya yang lupa waktu karena menikmati tidur disisi Gavin . Apalagi ia melihat panggilan dan pesan Alice yang memenuhi ponselnya. Kenna harus bersiap menerima omelan gadis itu. Juga ada pesan dari Felix, serta panggilan dan pesan dari Ayah dan kakaknya.
Kenna harus segera membuat alasan sebelum Ayahnya nekat membuat laporan anak hilang yang akan mempermalukan dirinya.
Dengan hati-hati ia meninggalkan kamar Gavin, menghubungi Alice untuk mengajak gadis itu beraliansi untuk menyelamatkannya. Kenna yakin saat ini Alice mengutuknya karena menjadi sasaran Ayahnya dalam hilangnya dirinya.
Segera benda persegi itu tersambung menghubungkan kedua sahabat tersebut.
"Kenna aku akan membunuh karena sudah membuatku dalam posisi seperti ini, kenapa kau tidak briefing dulu sebelum kabur, aku tidak bisa menjawab ketika Ayahmu dan kakakmu bergantian menanyakanmu!" Cecar Alice penuh emosi yang tertahan sejak tadi pagi, tanpa menunggu atasannya itu berbicara.
Kenna menggigit bibirnya mendengar Alice yang benar-benar marah sesuai prediksinya.
"Maaf Alice , aku tiba-tiba ada urusan mendadak tadi malam. Aku benar-benar tidak bisa mengabaikan. Apa ada alasan yang kau katakan Ayahku? Aku harus menyesuaikannya..." Sesal Kenna sambil berjalan mondar-mandir, yakin Ayahnya sudah menyadari jika ia meninggalkan rumah sejak tadi malam dari penjaga rumah mereka.
"Kau pikir aku punya alasan, aku tidak bisa mengatakan kau ada urusan mendadak tanpa mengetahui jika kau baik-baik saja diluar sana!" Kesal Alice sebenarnya ikut panik, jika terjadi sesuatu dengan sahabatnya. Tidak ada yang tidak panik saat mengetahui seorang gadis kabur jam 11 malam dan tidak ada kabar hingga jam 12 siang.
"Aku tidak memiliki nama yang bisa kujual untuk ku tumbalkan kecuali namamu!" Kenna kesal sembari otaknya sibuk mencari alasan yang untuk tidak menyeret nama Gavin .
"Kalau begitu cari alasan yang lain Kenna, gunakan gelar mastermu dari Universitas Toronto!" Titah Alice bengis.
"Huh baiklah... Tidak ada masalah dikantorkan sekarang, aku belum sempat membaca semua pesanmmu?"
"Satu-satunya masalah saat ini hanya keberadaanmu Kenna, dimana kau?" Tukas Alice menyindir Kenna dalang masalahnya hari ini.
"Oke byee..."
Kenna memutuskan sambungan sepihak itu sebelum sahabatnya semakin penasaran dengan keberadaan dan alasannya menghilang. Baru tubuhnya memutar menuju dapur.
Kenna menutup mulutnya kaget, "Sejak kapan kakak disini?" Tidak menyadari sejak kapan Gavin menguping pembicaraan mereka.
"Sejak kau bicara dengan sahabatmu itu, aku terbangun ketika kau menutup pintu." Jawab Gavin santai tanpa dosa. Kenna bergabung di bar stool yang merangkap sebagai meja makan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNBROTHER
ChickLitKenna dan cinta pertamanya, hingga detik jam pada menit yang ia tempuh dalam waktu setiap harinya, hanya tetap menjadikan Gavin sebagai sosok yang selalu ia temukan di garis terdepan. Selalu ada untuknya, sekaligus menjadi alasan patah hatinya, ber...