"Huftttt...."
Di tengah malam yang sunyi, Bara terjaga dalam gelap kamar. Cahaya bulan yang lembut menembus tirai tipis, memantulkan kilau halus di wajah Rebecca yang tertidur pulas di sampingnya. Bara memandangnya dengan penuh keraguan dan kerinduan yang tak tertahan. Rebecca dengan lehernya yang mulus seolah-olah tanpa sadar memamerkan kelembutan dan keindahan yang membangkitkan gelora dalam diri Bara.
Setiap kali Bara berusaha untuk memejamkan mata, pikirannya tak henti-hentinya kembali kepada Rebecca. Nafsu yang bergejolak membuatnya sulit untuk menenangkan diri. Hatinya berdebar kencang, seolah terjaga oleh daya tarik yang tak bisa dijelaskan. Meski begitu, Bara berusaha keras untuk menahan diri, berusaha untuk tidak melawan batasan yang telah ia tetapkan.
Salah Bara seharusnya ia benar pulang ke apartemennya, semalam ia kembali masuk kekamar Rebecca dan memutuskan untuk tidur dengan kekasihnya.
Bara berulang kali mendengus kesal, saat melihat tubuh Rebecca yang sangat menggoda imannya. Berulang kali juga Bara menutup tubuh Rebecca menggunakan selimut tebal agar pemandangan itu tak terlihat oleh matanya.
Berjam-jam berlalu, dan meski matahari belum menampakkan diri, Bara akhirnya mulai merasa kelelahan. Perlahan pun matanya mulai terpejam di samping Rebecca.
🍋🍋🍋
Setelah jam kerja selesai, Qia menatap Rebecca dengan senyuman lebar, "Caca! Gue pengen beli kosmetik. Mau ikut?"
Rebecca, yang tampak lelah namun dengan senang, mengangguk. "Ayokk.."
Mereka melangkah keluar dari kantor dan menuju sebuah toko kosmetik yang lumayan tak jauh dari kantor dan searah dengan jalan pulang mereka. Di dalam toko yang penuh dengan berbagai macam produk kecantikan, mereka dengan antusias memilih beberapa alat makeup. Qia menyoroti beberapa produk terbaru yang sedang tren, sementara Rebecca dengan teliti memilih barang-barang yang sesuai dengan kebutuhan sehari-harinya.
"Ihh coba deh liat, bagus ngga warnanya?" Tanya Qia bertanya pendapat Rebecca tentang lipstick yang ia baru saja temukan.
"Bagus, tapi coba deh cari warna yang agak cerahan di kamu" saran Rebecca.
"Kalo ini gimana,?"
"Bagus Qi, gue juga mau" Rebecca mengambil lipstick dengan shade yang sama dengan milik Qia.
"Ehhh Caca,???" Rebecca terdiam saat Qia memegang tangannya. "Kamu tumben banget pake cincin,?" Tanya Qia.
Rebecca langsung menurunkan tangannya. "Iya bagus kan,?" Kata Rebecca kemudian langsung mengalihkan pembicaraan. "Abis ini kita mau kemana,?" Tanya Rebecca.
Setelah selesai berbelanja, mereka memutuskan untuk makan malam di pinggir jalan. Dengan makan malam sederhana namun lezat, mereka duduk di meja yang dikelilingi oleh lampu-lampu kecil yang memberi suasana hangat. Qia memulai percakapan, "Ca, Leon King gimana, udah hampir 1 bulan lo belom ngasi keputusan sama Presdir."
Rebecca menghela napas panjang. "Sebenarnya, gue masih ragu."
Qia menatap Rebecca dengan perhatian, "Kenapa?"
Rebecca menatap makanan di hadapannya, lalu mengangkat kepala, "gue sebenarnya ngga mau Leon King berkembang lebih jauh. Gue rasa Leon King kayanya cukup sampe sini aja." jelas Rebecca menjeda makannya. "Sekarang gue masih bingung gimana cara nolaknya, rasanya gue ngga sanggup kalo buat memperjauh Leon King"
Qia mengerutkan kening, "Ca, gue ngga tau apa alesan lo yang ngga mau Leon King berkembang. Gue pikir lo punya alasan yang bener-bener berpengaruh sama perjalanan hidup lo. Tapi emang lo ngga sayang sama potensi Leon King, lo umur 22 Ca, penulis Novel muda baru. Dan ini kesempatan emas tau kan,?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lemonade ( 21+)
Ficção Adolescente⚠️mengandung unsur dewasa dan bahasa kasar Sequel of Leon King 18+ Sebuah keadaan yang membuat Zoey Rebecca terjebak di masalalunya dan mengalami mental disorder. Dimana ia merasakan kecemasan ketika berada di dekat orang-orang yang sebelumnya perna...