Rebecca duduk di kursi penumpang, memandangi jalanan Jakarta yang sudah lama tak ia lihat. Setelah tiga tahun menghilang dan tak pernah pulang, hari ini ia kembali ke rumah. Di sampingnya, Leon menyetir dengan tenang, sesekali melirik Rebecca yang tampak gelisah.
"Aku takut, Leon...," bisik Rebecca, menggigit bibirnya. "Kayanya mamah, bakal benci banget sama aku"
Leon menoleh sejenak, mengulurkan tangan dan meremas lembut tangan Rebecca. "Tenang aja, aku yakin mamah kamu ngga bakal gitu, lagian kalo ngga kerumah kamu mau kemana,? Ya mungkin bisa aja nginep di hotel. Cuman mau sampe kapan kamu sembunyi-sembunyi mulu dari orang tua kamu,? Lagipula kita udah sampe di Jakarta. Dan kalopun kita masih di Singapura aku juga tetep bakalan maksa kamu pulang buat ketemu keluarga kamu." Kata Leon
"Apalagi minggu depan kamu terbang ke Shanghai kan,? Kamu udah mulai kerja di sana. Bakalan jarang ada waktu buat kamu ketemu lagi sama keluarga kamu." Kata Leon sedikit menyadari jika dia juga akan sedikit kesusahan untuk bertemu dengan Rebecca.
Rebecca mengangguk, namun rasa takutnya tetap menghantuinya. Sesampainya di depan rumah, hatinya semakin berdebar. Rumah itu tampak berbeda dari yang ia ingat, banyak perubahan yang membuatnya terkejut. Namun yang paling mengejutkan, saat mereka mendekati pintu, seorang bayi kecil berusia sekitar 7 bulan merangkak dengan lincah menyambut kedatangan mereka.
Rebecca tersenyum, lalu berjongkok menyapa bayi kecil itu. "Ehh bocil siapa ini, ihh kamu lucu banget," ucapnya lembut dan mengusap pipi anak kecil itu, sementara Leon tersenyum di belakangnya.
Tiba-tiba, dari dalam rumah, muncul seorang perempuan yang terlihat lebih dewasa dari yang diingat Rebecca. "Thalia?" seru Rebecca kaget.
Thalia, adik Rebecca, menatapnya dengan mata membelalak. "Kakak?! Omg, kakak!" Thalia berlari memeluk Rebecca erat-erat. Air mata membasahi pipi keduanya, mereka saling memeluk erat, mengungkapkan rindu yang selama ini tertahan.
"Kemana aja, sih? Kenapa nggak pernah ngasih kabar?" Thalia bertanya sambil terisak. "Aku pikir kakak ga bakal balik lagi tau ngga, dan aku pikir aku bakal kehilangan kakak"
Rebecca hanya bisa tersenyum penuh penyesalan. "Mamah mana,?"
Thalia kemudian menarik tangan Rebecca masuk ke dalam, berteriak memanggil ibunya dengan suara penuh kebahagiaan. "Mah! Lihat siapa yang pulang!"
Seorang wanita paruh baya muncul dari dalam rumah, dan saat matanya bertemu dengan Rebecca, ia terdiam sejenak, tak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Caca...?" bisiknya pelan.
Rebecca berlari dan langsung memeluk ibunya erat-erat. "Mamah!" Ia menangis di pelukan sang ibu, air mata bercampur antara rasa rindu dan penyesalan. "Caca kangen mamah, Maafin Caca mah..."
Sang ibu memeluknya erat, tak bisa menyembunyikan tangis harunya. "Kamu kemana aja,?"
"Aku minta maaf,"
Mereka terus menangis dalam pelukan, hingga suara kecil dari bayi tadi, "tata,,, tata," membuat perhatian semuanya teralihkan ke arah Leon karena bayi itu berada di gendongan Leon.
Rebecca menatap bayi itu dengan bingung, lalu bertanya kepada ibunya, "ini anak siapa mah?"
Ibunya tersenyum lembut, mengambil bayi itu dari Leon. "Ini Alin, adik kamu."
Mata Rebecca membesar, tak percaya dengan apa yang ia dengar. "Adikku?" Tanyanya terkejut.
Sang ibu menyerahkan Alin ke Rebecca, saat tangan Rebecca terulur ingin menggendongnya dan dengan penuh perasaan, Rebecca menggendong adik kecilnya untuk pertama kali. Alin tersenyum manis, tangannya yang mungil menyentuh pipi Rebecca. Membuat Rebecca ingin sekali memaki dirinya sendiri karena sudah melewatkan banyak moment di rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lemonade ( 21+)
Novela Juvenil⚠️mengandung unsur dewasa dan bahasa kasar Sequel of Leon King 18+ Sebuah keadaan yang membuat Zoey Rebecca terjebak di masalalunya dan mengalami mental disorder. Dimana ia merasakan kecemasan ketika berada di dekat orang-orang yang sebelumnya perna...