24

179 12 1
                                    

"Leon bisa Mah, Mamah percaya aja sama Leon" kata Leon meyakinkan Mamahnya melalui panggilan Video itu.

"Leon Umur kamu baru 23, mamah rasa kamu belom cukup bisa menghendle semua itu. Apalagi pengeluaran kita 3 bulan ini hampir 2× lipat dari pengeluaran kita 1 Tahun. Dan 11M itu bukan uang kecil. Pikirin Baik-Baik, kamu punya banyak karyawan. Mereka bergantung sama kamu, kamu harus pikirin mereka ada yang punya cicilan, ada yang jadi tulang punggung keluarga, bahkan mungkin ada yang lebih parah lagi, kan kamu ngga tau. Karena semua itu udah terlanjur yaudah ngga papa, mamah ngga masalah. Tapi kamu ngga boleh turun tangan. Kamu tetep di sini."

"Mah, kalo mamah kegitu mulu, kapan Leon belajar mah, lagian Leon ga sendiri. Masalah karyawan Leon juga ngga bakalan pecat mereka. Mamah tenang aja."

"Leon, mamah udah tua. Ngga bisa kaya dulu lagi, kalo kamu kenapa-napa mamah ga bisa turun tangan."

"Leon ngerti mah, Leon udah pikirin itu baik-baik."

"Yaudah, mamah tutup dulu ya. Mamah pusing ngobrol sama kamu yang susah di atur itu" kata mamahnya.

Leon berselebrasi setelah panggilan itu selesai. Ia nampak begitu girang.

🍋🍋🍋

Rebecca melangkah ringan di pusat perbelanjaan dengan Thalia di sisinya. Rasanya seperti mimpi, akhirnya setelah tiga tahun, ia bisa kembali menikmati waktu bersama keluarganya. Setelah makan malam bersama semalam, kini Rebecca melanjutkan momen berharga dengan pergi berbelanja bersama Thalia, adik kecilnya yang dulu ia tinggalkan, kini tumbuh menjadi remaja. Masih Rebecca ingat jelas wajah lugu dan polosnya saat ia duduk di bangku SMP.

Thalia tampak begitu ceria, raut wajah bahagianya tidak dapat disembunyikan. Begitu masuk ke toko pakaian, matanya langsung bersinar saat melihat beberapa baju yang terpajang rapi. Dengan lompatan kecil, ia berlari ke arah rak, menatap setiap pakaian dengan penuh rasa kagum. "Kak Caca! Liat deh, bagus banget?" seru Thalia sambil memegang baju berwarna cerah. Mata Thalia berbinar penuh harap, dan ia mulai merayu kakaknya dengan gaya manisnya, meminta agar Rebecca membelikannya beberapa barang yang menarik perhatiannya.

Rebecca hanya tersenyum lembut, hatinya penuh kehangatan melihat keceriaan adiknya. "Iya, ambil yang kamu suka," jawab Rebecca tanpa keberatan. Begitu mendengar persetujuan dari kakaknya, Thalia melompat-lompat kegirangan. "Yeay! Makasih, Kak!" Ia pun bergegas lagi, berlari dari satu rak ke rak lainnya, mencari barang-barang lain yang menarik perhatiannya.

Sambil melihat Thalia yang begitu aktif, Rebecca tertegun sejenak. Tiga tahun bukanlah waktu yang singkat. Adiknya kini sudah banyak berubah, ia tumbuh menjadi gadis remaja yang dan sekarang sudah duduk di bangku sekolah menengah. Melihat Thalia seperti ini, Rebecca merasa benar-benar terkejut, Tiga tahun yang hilang itu terasa begitu nyata ketika ia menyadari betapa berubahnya Thalia sekarang.

Rebecca melangkah pelan menuju bagian aksesoris, membiarkan Thalia menikmati waktunya sendiri. Matanya tertarik pada deretan dasi yang tergantung di depan etalase. Salah satu dasi, berwarna hitam dengan motif batik berwarna abu-abu shimer, membuatnya terhenti. Pikirannya seketika terlintas pada Leon. Akankah lebih menawan jika Dasi itu di pakai oleh Leon,?

Tanpa pikir panjang, ia memanggil pelayan toko. "Maaf, bisa dibantu untuk mengemas dasi ini?" tanyanya sambil menunjuk dasi yang telah menarik perhatiannya. Pelayan itu segera membantunya, membungkus dasi dengan rapi. Rebecca memegang kotak kecil berisi dasi itu dengan senyuman tipis di wajahnya, membayangkan betapa cocoknya Leon dengan dasi tersebut.

Diseberang sana seorang perempuan dengan menggunakan hoodie hijau army mengintai Rebecca sedari 1 jam lalu. Ia menggunakan masker hitam dan celana hitam nampak sedang mengincar Rebecca, ia berancang-ancang mengamati situasi dan menunggu Rebecca keluar dari salah satu store.

Lemonade ( 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang