20

209 13 6
                                    

"Gue ngga butuh data dia, ngga penting juga Buat gue" kata Leon pada Hendrik.

"Baca, gue udah ngumpulin ini semua dan lo cuekin gue gitu aja,?" Paksa Hendrik.

Leon berdecak kemudian membaca data yang berisi informasi tentang Bara. Leon membaca semua dengan teliti.

King Barack Almahendra, pemuda berusia 25 tahun, pengusaha sukses di bidang rental mobil dengan label Nias Forrent, yang beroperasi di Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Ia memiliki satu anak adopsi berusia 4 tahun. Dengan 98 mobil yang dikelola dalam usahanya, ia berhasil mencapai omset hampir 4 miliar rupiah per bulan. Meski sukses, Bara pernah mengalami pengalaman pahit yaitu ditipu oleh mantan pacarnya sendiri yang membawa pergi uangnya.

Tukk...

Leon meletakkan berkas itu sebelum selesai membacanya, ia tak mau menyelesaikan karena adanya data yang menunjukkan keterlibatan Rebecca di hidup Bara membuat Leon enggan mengetahui lebih lanjut tentang semua yang terjadi antara Rebecca dan laki-laki itu.

"Dia ngga terlalu penting buat gue, gue juga ngga mau tau siapa dia." Ungkap Leon.

"Jadi lo tetep mau mundur,?"

"Nggak. Gue harus yakinin dia kalo gue ngga sejahat apa yang dia pikirin"

"Ngomong-ngomong, soal si Jovan, mumpung kita lagi di Singapura ngga mau jenguk dia,? Kan dia temen deket lo pas sekolah" Tanya Hendrik.

"Buat apa,?" Tanya Leon.

"Denger-denger dia kritis aja di rumah sakit, lo kan tau sendiri HIV itu bukan penyakit sembarangan" kata Hendrik.

"Itu bukan urusan gue, itu balasan dari semua kelakuannya"

"Kayanya benci banget lo sama Jovan"

🍋🍋🍋

Bara berdiri di depan pintu apartemen Rebecca, tangannya gemetar. Sudah berkali-kali dia menghubungi Rebecca, namun pesan-pesannya tak pernah dibalas, panggilannya tak pernah diangkat. Dia tahu betul bahwa hubungan mereka sudah di ambang kehancuran, tetapi hatinya tidak bisa menerima kenyataan itu begitu saja. Dengan napas berat, Bara memutuskan masuk dengan berbekal kode pin yang ia tahu.

Bunyi klik terdengar pintupun terbuka. Bara masuk ke dalam, matanya langsung mencari sosok Rebecca. Rebecca yang baru saja menyadari kedatangan Bara langsung berlari menuju kamar. Namun Bara dapat menangkap Rebecca dengan memeluknya dari belakang. Pelukannya penuh desperation, seolah-olah jika dia melepaskannya, maka dunia Bara akan runtuh.

"Becca... please. Jangan pergi. Gue nggak yakin hidup tanpa lo. Gue butuh lo... tolong jangan tinggalin gue." Suaranya serak, dan penuh putus asa.

Rebecca berusaha melepaskan diri, mengusir Bara dengan kata-kata tajam, tapi pelukan Bara semakin erat. Tangannya memukul-mukul lengan Bara, berusaha membebaskan diri. "Lepasss!"

"Lepasin, Bara! Gue nggak mau lihat lo lagi." Teriaknya, suaranya bergetar antara marah dan terluka.

Namun, Bara tetap bertahan, tak mau melepaskan Rebecca dari pelukannya. Setiap pukulan yang diterimanya seolah tidak berarti dibandingkan dengan rasa sakit di hatinya yang semakin hancur.

"Gue nggak bisa, Becca. Gue nggak bisa pisah sama lo. Gue mohon... kasih gue kesempatan lagi."

"Gue bakal ngelakuin apapun yang lo mau dan yang lo minta. Tapi tolong jangan tinggalin gue" kata Bara benar-benar frustasi dan mengemis.

Rebecca terdiam sejenak, napasnya memburu, namun amarahnya kembali menyala. Air mata mulai mengalir di pipinya, dan kata-katanya keluar dengan penuh kebencian. "Kalo lo ngga pergi, gue yang bakalan pergi" ancam Rebecca. Bara menggelengkan kepalanya pertanda tak mau perpisahan terjadi.

Lemonade ( 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang