Rebecca sudah siap dengan dress pink-nya, ia tengah menunggu Leon datang. Namun entah kenapa rasa sedih kini melanda hati Rebecca. Perasaan takut dan kecewanya pada Leon kini telah mereda, meskipun rasa kesal tetap mengganjal di hatinya karena kelalaian Leon. Mengingat perjuangan Leon untuk tetap bersamanya ternyata sebesar itu perlahan kemarahan itu tergantikan oleh rasa simpati.
Leon tidak dalam kondisi baik. Rebecca tau Investasi yang Leon lakukan di Shanghai mengalami kerugian besar, dan hotelnya di Bali terancam disita oleh bank karena sertifikatnya telah ia gadaikan untuk membiayai investasi tersebut. Rebecca merasa tak berdaya, ia tahu tak ada yang bisa ia lakukan untuk membantu Leon.
Seandainya Rebecca tidak memutuskan untuk bertanda tangan mungkin tidak seperti ini kejadiannya.
Ding...dong...
Tak lama, suara bel pintu terdengar, membuyarkan pikirannya. Rebecca segera bangkit dan membuka pintu, mendapati Leon berdiri di hadapannya dengan pakaian formal yang rapi. Meski wajahnya menyiratkan kelelahan, ketampanannya masih sama, seolah memberi Rebecca sedikit kekuatan. Setelah saling bertukar sapa dan memastikan kesiapannya, mereka pun akhirnya berangkat untuk makan malam bersama.
🍋🍋🍋
Rebecca tersenyum kikuk menatap Leon, ada perasaan tidak enak yang kini menyerang Rebecca. Setelah sadar ternyata Leon membawa Rebecca ke apartemennya.
Mata Rebecca menatap sekelilingnya, 5 kalimat terlintas di pikirannya tidak ada tanda-tanda diner romantis.
Leon menutup pintunya dan tersenyum menatap Rebecca. "Rumah kamu,?" Tanya Rebecca, Leon mengangguk.
"Ngga jadi dinner,?" Tanya Rebecca lagi.
"Jadi, dinner makan malam kan,?" Tanya Leon mendekati Rebecca dan menangkap pinggang rampingnya. "Aku mau makan kamu" katanya membuat Rebecca merinding dan panas dingin.
Rebecca segera mendorong Leon "aku pikir bakal Dinner beneran jadi aku ngga makan tadi" kata Rebecca kesal.
Leon terkekeh "iya-iyaa,,, makan kok" kata Leon terkekeh melihat Rebecca yang kelaparan.
Leon segera mengajak Rebecca ke balkon kamarnya, ia mengajak Rebecca makan di sana.
Malam mulai larut, dan Rebecca serta Leon masih duduk berhadapan di meja makan kecil apartemen Leon. Hidangan sederhana yang tadi mereka nikmati telah habis, menyisakan cangkir teh dan percakapan ringan di antara mereka. Sambil menyandarkan punggungnya di kursi, Leon menatap Rebecca, ragu-ragu sebelum akhirnya berbicara.
"maaf ya malam ini nggak kaya yang kamu pengen" katanya sambil mengusap tengkuknya, tampak agak malu. "Harusnya aku bawa kamu dinner di hotel bintang atau restoran kota"
Rebecca mengangkat tangan, menghentikan kalimat Leon sebelum ia terlalu jauh meminta maaf. Dia tersenyum lembut, menenangkan, lalu berkata, "Leon, aku sama sekali nggak keberatan kok. Bahkan, menurutku ini lebih baik dari makan di hotel bintang."
"Lagian ini di Shanghai, jarang banget nemu makanan halal. Jujur aja, beberapa kali makan di restoran atau hotel, aku nggak yakin soal kehalalannya."
Leon tampak terdiam sejenak, mencoba mencerna. "Bener juga" kata Leon setelah menyadari sesuatu. "Aku jadi punya ide" kata Leon.
"Ide,?" Tanya Rebecca.
"Ngga papa" kata Leon tersenyum menatap Rebecca.
Leon tersenyum, lega. Rasa khawatirnya mulai hilang."Udah jam 11, kamu anterin aku pulang kan,?" Tanya Rebecca.
"Nggak" kata Leon kemudian berdiri dan mengangkat Rebecca ala bridal style dari kursinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lemonade ( 21+)
Fiksi Remaja⚠️mengandung unsur dewasa dan bahasa kasar Sequel of Leon King 18+ Sebuah keadaan yang membuat Zoey Rebecca terjebak di masalalunya dan mengalami mental disorder. Dimana ia merasakan kecemasan ketika berada di dekat orang-orang yang sebelumnya perna...