Pagi hari, Bara baru saja selesai mandi, tubuhnya telanjang dada dengan handuk basah yang menggantung di lehernya. Ia keluar dari kamar mandi dengan langkah ringan dan aroma sabun yang masih melekat pada kulitnya. Ketika ia memasuki kamar, pandangannya jatuh pada Rebecca yang baru saja terbangun. Rebecca terbaring di tempat tidur dengan mata yang masih setengah terpejam.
Bara tersenyum lebar, tampak puas dengan pagi yang cerah nan indah ini. Ia mendekati Rebecca dengan masih menggosok-gosok rambutnya yang basah. "Morning, sayang" ucapnya ceria hendak mencium kening Rebecca, namun Rebecca menahan dadanya, hingga membuat bibir Bara tak dapat menyentuh keningnya.
Rebecca, yang merasa terganggu oleh kehadiran Bara, merasa kesal dan mengalihkan pandangannya. Dengan gerakan cepat, ia menarik selimut dan menutup seluruh wajahnya, berusaha menghindari tatapan Bara yang tampak tak berdosa. Ia merasa kesal karena Bara memaksanya untuk menginap semalam, dan sekarang kehadiran Bara di sampingnya hanya menambah ketidaknyamanan di pagi hari.
Bara melihat reaksi Rebecca, hanya bisa tersenyum lebih lebar. Ia tidak bisa menahan tawa kecil saat melihat Rebecca berusaha keras untuk menghindarinya. "Yaudah tidur lagi aja, ngga usah masuk kerja." katanya sambil mundur perlahan, membiarkan Rebecca kembali meresapi ketenangan pagi yang dia inginkan.
"Enak aja ngga usah kerja. Lo pikir siapa yang bakal nafkahin gue,?!" Gerutunya kesal dengan berdiri menguncir rambutnya.
Rebecca segera berbalik hendak keluar kamar, ia melihat Bara yang ternyata masih berdiri menatapnya. Rebecca kebingungan.
"Lo butuh di nafkahin,? Lo pikir gue ngga bisa nafkahin lo,? Gedung tempat lo kerja aja bisa gue beli kalo gue mau" kata Bara "gedungnya doang tapi, saham perusahaannya ngga hehe" lanjut Bara di akhiri menyengir kuda, Rebecca yang kesal itu langsung memukul dada Bara yang masih telanjang dada itu. Ia segera melewati Bara dan akan pulang ke apartemennya.
Dengan senyuman nakal, Bara langsung memeluk Rebecca dari belakang, merangkul tubuhnya dengan lembut Kemudian, ia menurunkan kepalanya dan mencium lembut pundak dan leher sebelah kanan Rebecca.
Rebecca terkejut dan merasa hangat dengan pelukan Bara yang intim. Rebecca membiarkan itu terjadi hingga beberapa detik Namun, setelah beberapa saat, ia merasa pelukan itu berlangsung terlalu lama. Dengan sedikit kekuatan, ia mendorong tubuh Bara dan mengeluh, "Bara, lepasin"
Mendengar permintaan Rebecca, Bara akhirnya melepaskan pelukannya dengan enggan. Rebecca dengan cepat keluar dari apartemen Bara. Langkahnya terasa cepat dan penuh tekad saat ia menuju apartemennya sendiri untuk bersiap-siap menghadapi hari kerja.
Bara tetap berdiri di ambang pintu, menyaksikan Rebecca pergi dengan senyuman di bibirnya, merasa puas dengan pagi yang penuh dengan interaksi mesra dan penuh warna tersebut.
Flashback...
Setelah beberapa waktu, Bara akhirnya selesai memasak makanan untuk Rebecca. Aroma makanan yang menggugah selera memenuhi dapur, dan Bara dengan penuh perhatian menyiapkan segala sesuatunya dengan rapi.
Rebecca, yang mendengar suara Bara di dapur, memutuskan untuk mendekat. Ia menghampiri Bara dengan langkah santai dan menatapnya dengan rasa ingin tahu. "Sini duduk" perintah Bara meletakkan 1 piring nasi goreng untuk Rebecca.
Bara menuangkan air putih untuk Rebecca dan membiarkan Rebecca makan disana, sementara Bara membereskan peralatan yang ia gunakan untuk memasak tadi.
"Jadi lo udah lama tinggal di interlace,?" tanyanya setelah makanannya sudah habis ia santap.
Bara tersenyum dan menjawab sambil terus mengatur piring-piring di rak piring "Sejak gue tau lo tinggal di sini. Gue pindah kesini biar bisa deket sama lo"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lemonade ( 21+)
Teen Fiction⚠️mengandung unsur dewasa dan bahasa kasar Sequel of Leon King 18+ Sebuah keadaan yang membuat Zoey Rebecca terjebak di masalalunya dan mengalami mental disorder. Dimana ia merasakan kecemasan ketika berada di dekat orang-orang yang sebelumnya perna...