4

996 40 4
                                    

Rebecca perlahan membuka matanya setelah dua jam ia pingsan. Waktu menunjukkan pukul 11 malam, dia merasakan tubuhnya terasa kaku dan lelah. Dengan susah payah, ia mencoba duduk, mengatur napasnya yang masih terasa sesak. Ia mendapati dirinya terbaring di kamar.

Rebecca melihat seseorang berdiri di sampingnya. Zhu, dokter psikolog yang selama ini menjadi pendamping dan sahabat dekatnya, Zhu sedang meletakkan gelas berisi air hangat di nakas yang terletak di samping tempat tidur Rebecca. Zhu tampak khawatir namun tenang, dengan ekspresi yang menunjukkan kepedulian mendalam.

"Untung kau cepat menelpon ku, jika tidak aku tak akan tau kau pingsan" kata Zhu menoyor kepala Rebecca.

Zhu, yang telah mendampingi Rebecca selama tiga tahun terakhir, ia seorang yang sangat berarti bagi Rebecca. Mereka pertama kali bertemu melalui aplikasi konsultasi online, di mana Rebecca awalnya berpura-pura mencari solusi untuk temannya yang mengalami berbagai masalah pada mental dan psikologis. Namun, Zhu yang notabenenya sebagai dokter psikolog memiliki Insting yang tajam. Ia merasa dan menyadari bahwa Rebecca sebenarnya berbicara tentang dirinya sendiri. Dari saat itu, hubungan profesional mereka berkembang menjadi persahabatan yang mendalam.

Dengan susah payah, Rebecca mengangkat kepala dan menatap Zhu dengan mata yang penuh rasa terima kasih dan rasa malu. "Bagaimana kau tau,? Bahkan aku tak mengucapkan sepatah katapun" kata Rebeca mengingat.

Zhu memasang wajahnya kesal. meskipun wajahnya terlihat penuh kekhawatiran. "Kau menelponku tapi tak ada suara apapun, dan semua pesanku tak kau balas. Jadi aku langsung saja kesini"

Rebecca menghela napas, perasaannya campur aduk antara rasa bersalah dan kelegaan. "Maaf, aku... aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Aku merasa sangat tertekan. Kepalaku tiba-tiba terasa sangat sakit dan aku benar-benar tidak bisa mengendalikannya."

"Tidak apa-apa, sebenarnya juga aku sudah berencana ingin menemuimu" ucap Zhu dengan memberikan obat kepada Rebecca.

"Zhu, sebenarnya ada hal yang ingin aku tanyakan" Kata Rebecca dengan perlahan, Zhu kini duduk di samping Rebecca dengan sikap tenang. "Aku memang sudah tak pernah mengharapkan dia kembali kepadaku, meskipun sampai sekarang aku masih tidak bisa melupakannya"

Zhu meraih tangannya dengan lembut. "Kita semua memiliki masa lalu, dan kadang-kadang, ia bisa muncul kembali dengan cara yang sangat menyakitkan. Namun, penting untuk menghadapi dan memproses perasaan ini, bukan menghindarinya. Apakah kamu ingin berbicara tentang apa yang terjadi hari ini?"

Rebecca mengangguk perlahan, suaranya bergetar. "Aku bertemu dengan Bara, dia tiba-tiba muncul kembali setelah tiga tahun. Semua ini membuatku merasa cemas dan bersalah. Aku takut kalau aku akan kembali menyakiti dia, aku takut" Rebecca mulai menangis. "Tapi rasanya aneh, seperti hatiku merasa kecewa yang mendalam pada Bara, namun aku sendiri tak tahu atas dasar apa aku kecewa padanya, seolah otak ku menolak dengan keras ketika aku memikirkan hal apa yang membuatku kecewa."

Zhu mendengarkan dengan penuh perhatian, sementara Rebecca mulai membuka diri mengenai semua kecemasan dan rasa bersalah yang membebaninya. Zhu memberikan dukungan dan pemahaman, mengingatkan Rebecca bahwa menghadapi masa lalu bukan berarti harus menghadapi semuanya sendirian. "Kau tak seharusnya  memikirkan apa yang membuatmu tak nyaman, aku khawatir akan terjadi sesuatu padamu"

"Kadang-kadang," kata Zhu menjeda, "kita harus mengingat bahwa kita sudah berubah dan berkembang. Masa lalu tidak mendefinisikan siapa kita hari ini. Penting untuk berlatih self-compassion dan mencari cara untuk mengatasi rasa cemas yang kamu rasakan. Bukankah lebih baik jika kita hidup dengan pikiran tenang,?"

Sementara Zhu membantu Rebecca untuk berbaring di tempat tidur, dia merasa sedikit lebih tenang, mengetahui bahwa dia memiliki dukungan yang tulus di sisinya. Zhu menyiapkan air hangat dan memberikan beberapa saran untuk meredakan ketegangan tubuh Rebecca, sementara mereka melanjutkan percakapan tentang bagaimana menghadapi situasi sulit ini dengan pendekatan yang sehat.

Lemonade ( 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang