Flashback
Enam bulan telah berlalu sejak Rebecca pindah ke Singapura, namun bayang-bayang Bara masih tak pernah hilang dari pikirannya. Meski sudah mencoba berbagai cara, ia belum bisa benar-benar melupakan laki-laki itu. Setiap kali ia melihat sesuatu yang mengingatkannya pada Bara, hatinya masih bergetar. Selama di Singapura, Rebecca selalu mencari cara untuk mengetahui kabar Bara, meskipun hanya sekadar melihat jejak digitalnya. Salah satunya adalah stalking akun media sosial Bara yang sudah lama tidak aktif.
Pukul 11.00 siang Rebecca sudah berada di indonesia, ia duduk di kafe dengan segelas minuman lemon di mejanya, ia menggenggam ponsel dengan layar menyala, menampilkan foto Bara bersama seorang pria. Foto itu ia dapatkan setelah lama menyelidiki sebuah akun Instagram dengan username runan_wjy, yang pastinya dia kenal Bara, meskipun foto itu masih menggunakan seragam sekolah. Tak sia-sia usaha Rebecca mengikuti setiap petunjuk kecil yang ia temukan dari akun tersebut. Akun Runan_wjy sendiri Rebecca temukan di daftar followers dan following Bara.
Sebenarnya Rebecca tak punya rencana untuk ke Jakarta. Namun ia terbang ke Jakarta karena Runan_wjy membalas pesan Rebecca dan memintanya bertemu pukul 11 siang, jadi secara mendadak Rebecca langsung membuat jadwalnya untuk terbang ke Jakarta pukul 8.00, yang kebetulan sekali ia cuti.
Hari ini Akhirnya Rebecca dapat bertemu dengan orang yang mungkin bisa memberinya jawaban tentang keberadaan Bara. Atau setidaknya orang itu tahu dimana alamat rumah Bara.
Rebecca duduk di sudut sebuah kafe yang tidak terlalu ramai. Pikirannya sibuk dengan berbagai kemungkinan tentang pertemuan yang akan terjadi.
Tiba-tiba, pintu kafe terbuka. Seorang pria berjalan masuk dan langsung menuju ke arahnya. Jantung Rebecca berdegup lebih cepat. Dia mengenali sosok itu, pria yang ada di foto bersama Bara.
Pria itu berdiri sejenak, memeriksa ekspresi wajah Rebecca dengan seksama, seolah ingin memastikan bahwa wanita di depannya memang orang yang akan ia temui. Perlahan, sebuah senyum tipis terbit di bibirnya.
"Rebecca, kan?" tanyanya, suaranya tenang namun penuh keyakinan.
Rebecca mengangguk pelan, meskipun hatinya masih diliputi kegugupan. "Iya Kak. Aku Rebecca?" Kata Rebecca berdiri mengulurkan tangan.
Pria itu mengangguk. "Aku Runan Wijaya," ia memperkenalkan diri sambil menjabat tangan.
Ada semacam rasa lega yang merayap di hatinya. Akhirnya, setelah berbulan-bulan mencari, ia berhasil bertemu dengan orang yang mungkin bisa memberikan jawaban tentang keberadaan Bara. Atau setidaknya dia tahu alamat rumah Bara.
"Sorry ya lama, agak macet tadi" katanya meminta maaf.
"Sans aja"
Mereka mulai berbicara tentang hal-hal ringan. Tentang masalah perjalanan menuju pertemuan ini karena ini adalah pertemuan pertama keduanya. Meskipun pada dasarnya Rebecca lebih ingin tahu tentang Bara, dan apa yang sebenarnya terjadi selama enam bulan terakhir, kemana Bara pergi. Namun, ia menahan diri, menunggu saat yang tepat untuk membahas topik inti yang mengganjal hatinya.
Setelah beberapa percakapan basa-basi, Rebecca merasa waktu untuk membahas yang sesungguhnya telah tiba. Dan kebetulan sekali Runan mulai menyinggung tentang Bara.
"Btw bukannya kamu Dm aku karena mau nanyain Bara,?" Tanya Runan, Rebecca mengangguk, ini saat yang ia tunggu sedari tadi.
"Beberapa bulan ini Bara ngga pernah ada kabar, kamu tau Kak dia dimana,?" Tanya Rebecca
Runan berdehem dan memantapkan posisi duduknya. "Gini, sebelumnya aku mau minta maaf. Kalo Bara punya masalah sama kamu, aku udah menduga sih pas kamu Dm aku nanyain Bara. Makanya biar enak aku ajakin kamu ketemu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lemonade ( 21+)
Teen Fiction⚠️mengandung unsur dewasa dan bahasa kasar Sequel of Leon King 18+ Sebuah keadaan yang membuat Zoey Rebecca terjebak di masalalunya dan mengalami mental disorder. Dimana ia merasakan kecemasan ketika berada di dekat orang-orang yang sebelumnya perna...