33

455 18 3
                                    

Lima bulan berlalu dengan penuh kerja keras, dan bisnis Leon terus menunjukkan perkembangan yang luar biasa. Target yang ia kejar selama ini sudah hampir dalam genggaman. Dengan hati penuh kebahagiaan dan rasa syukur, Leon memutuskan untuk memberikan kenaikan gaji bagi seluruh karyawan dan semua orang yang terlibat di dalam bisnisnya. Itu adalah caranya untuk berbagi keberhasilan dan memberikan apresiasi kepada timnya yang setia.

Baru saja ia menutup panggilan telepon dengan Hendrik, Leon mendengar suara tawa Rebecca di belakangnya. Rebecca, yang selalu mendukung dan ada di sisinya, ikut merasa bahagia setelah mendengar kabar itu. Berkat kesuksesan ini, Leon sudah bisa menebus sertifikat hotelnya yang sempat dijaminkan ke bank. Ini adalah pencapaian besar bagi mereka Leon.

Dengan penuh rasa syukur, Leon berbalik dan langsung memeluk Rebecca erat. "Makasih," ucapnya dengan suara yang sedikit bergetar. "Kalo bukan karena kamu, aku ngga bisa sejauh ini."

Rebecca tersenyum lembut dan menggelengkan kepala, menolak kata-kata terima kasih dari Leon. "Bukan karena aku, Leon. Ini semua karena kamu sendiri. Kamu yang bekerja keras dan pantang menyerah."

Leon melepas pelukannya dan menatap Rebecca dalam, "Seandainya kamu ngga sampe sini aku juga ngga bakalan ada di sini. Dan semua yang udah aku capai ini. 3 kali lebih besar dari sebelumnya. Itu juga karena kamu, semua ide kreatif kamu juga berhasil."

Tanpa disadari, air mata kebahagiaan mengalir di wajahnya, ia kembali memeluk Rebecca. Menyembunyikan air matanya, karena bagaimanapun Leon malu jika Rebecca harus melihat air matanya.

Tanpa berpikir panjang, Leon jatuh berlutut di hadapan Rebecca dan mengeluarkan sebuah cincin dari sakunya. Dengan napas bergetar karena gugup dan bahagia, ia berkata, "Nikah sama aku, mau?"

Rebecca terkejut, tak menyangka Leon akan melamarnya begitu spontan. Tatapannya seakan tak percaya, tetapi ia tak bisa menahan senyumnya. "Kenapa nggak romantis banget sih, kamu?"

Leon tersipu malu, menunduk sedikit. "Maaf... aku emang nggak bisa romantis," ujarnya terbata-bata, merasa bersalah.

Tapi Rebecca menggeleng sambil tertawa kecil, lalu mengulurkan tangan kanannya, jari manisnya siap untuk dipasangi cincin. Melihat itu, Leon tersenyum lebar, dengan perasaan groginya yang berusaha tenang Leon memasang cincin untuk Rebecca.

Segera Leon berdiri dan mencium bibir Rebecca, melumatnya dengan lembut dan mengusap pipinya.

Tak Rebecca sangka ternyata Leon lah yang menjadi pemenang di hatinya, tahun-demi tahun yang telah berlalu dan yang sempat memisahkan keduanya kini malah kembali mempertemukannya dengan penuh rasa.

🍋🍋🍋

Rebecca dan Leon kini sampai di Jakarta, sudah lama juga Rebecca ingin kembali ke Jakarta, meskipun hanya untuk sekedar liburan saja. Leon kini tengah berjalan mencari keberadaan supir yang akan menjemputnya sementara Rebecca mengecek sesuatu yang ada di tasnya.

Drtttt....drtttt....drttt

Tanpa berlama-lama Rebecca langsung mengangkat panggilan itu dengan memastikan keberadaan Leon agar tidak menyadari gerak-geriknya.

"Di terminal 1, pake baju biru" kata Rebecca kemudian memusatkan panggilannya.

Sebuah kunci mobil Mercedes-bends yang masih ia bawa. Rebecca tersenyum menatap kunci mobil itu yang baru saja ia keluarkan dari tasnya.

"Becca" panggilan suara itu berhasil membuat Rebecca berbalik badan dan melihat ke arah suara.

"Raka," sapa Rebecca dengan tersenyum di wajahnya.

"Gimana kabar lo,?" Tanya Raka.

"Baik, lo sendiri baik kan,?" Rebecca bertanya balik setelah menjawabnya.

"Iya gue baik kok, Bara juga baik" kata Raka mengimbuhi.

Rebecca tersenyum dan menunduk beberapa detik kemudian mengangkat wajahnya kembali "simpen aja nama itu dari gue, gue udah ngga ada urusan lagi sama dia." Ungkap Rebecca dengan yakin.

"Oke. Leon mana,? Bukannya lo bilang sama Leon,?" Raka mulai menengok kekanan dan kekiri mencari keberadaan Leon.

"Ada. Oh iya, gue cuma mau balikin ini" kata Rebecca memberikan kotak bermerek Marcendes-Bens kepada Raka.

"Dia ngasih gue ini 7 bulan lalu, gue pikir bakal sayang banget kalo di diemin aja. Kebetulan kalian punya rental, mending di manfaatin aja. Gue ngga sempet makenya. Makasih ya" kata Rebecca. Dengan Ragu Raka menerima kotak itu.

Rebecca melunturkan senyumnya saat melihat kondisi tangan Raka dengan bekas luka bakar. Rebecca mengingat kejadian di mall saat bersama Thalia sekilas. "Jadi benar orang itu adalah Raka." Batin Rebecca dengan keyakinannya.

Rebecca berusaha tenang dan bertingkah seolah tidak tahu apa-apa. "Sebenernya gue ngga berani memutuskan atau menerima sesuatu yang udah di putuskan Bara. Tapi gue tau perasaan lo, jadi gue terima" kata Raka.

Rebecca mengangguk. "Oscar,?? Gimana kabarnya,?" Tanya Rebecca tiba-tiba.

"Ohh,,, dia juga baik."

Drtttt...drtttt...drtttt

Rebecca mengangguk dan kemudian memutuskan untuk pamit. "Kalo gitu, gue duluan ya, Leon udah nelpon."

"Oke, Jaga diri baik-baik. Salam buat Leon" kata Raka melihat Rebecca yang berjalan menjauh dan menempelkan ponsel di telinganya.

"Om Aka.... kita ngapain di sini,?" Tanya anak kecil yang berlari menghampiri Raka bersama seorang perempuan di belakang Oscar.

"Ngga papa, yaudah ayo pulang."

End...

Sampe ketemu Rebecca dan yang lainnya di cerita sebelah..

Sampe ketemu Rebecca dan yang lainnya di cerita sebelah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lemonade ( 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang