30

127 10 0
                                    

Setelah ciuman itu berlangsung beberapa menit, dan Leon sudah menelanjangi dadanya sendiri kini ia malah tertidur pulas. Rebecca pun bisa bernafas lega karena Leon tidak melakukannya.

Segera Rebecca menyelimuti Leon dengan hati-hati, ia berjalan menuju lemari untuk menganti pakaiannya yang sudah berantakan karena ulah Leon.

Tidak bisa Rebecca pungkiri ia masih sangat menginginkan Leon, ia masih mencintai Leon. Entah apa yang akan terjadi besok jika Leon sudah terbangun. Sejujurnya Rebecca tidak ingin berpisah lagi dengan laki-laki itu, tapi seandainya bersama Leon akan menghancurkan mental dan batinnya mungkin Rebecca tidak keberatan melepasnya. Mengingat masalalunya yang hampir mengoyakkan hati Rebecca.

Setelah berganti baju, Rebecca berjalan mengambil mantel dan juga kemeja Leon yang berserakan di lantai.

Tukk...

Rebecca segera mengambil ponsel Leon yang terjatih dari kantung mantelnya. Ia mengamati ponsel itu nampak berbeda dengan ponsel yang sebelumnya, matanya melirik Leon yang tengah tertidur pulas.

Dengan penasaran Rebecca menyalakan ponsel itu, tatapan yang awalnya terlihat sengit kini perlahan mulai memudar dan sedikit tersenyum setelah melihat  tampilan layar Leon menggunakan fotonya. Rebecca pun meletakkan ponsel Leon di nakas.

🍋🍋🍋

Pagi hari telah tiba, entah kenapa setelah melihat kehadiran Leon Rebecca seolah merasa kemaren bukanlah masalah, Leon yang pergi begitu saja seolah sudah berlalu dan Rebecca sudah memaafkan. Ada perasaan lega saat melihat Leon.

Rebecca sendiri tidak tahu apakah hanya dengan melihat fotonya yang di jadikan Wallpaper di ponselnya itu sudah cukup,? Entahlah.

Kini Rebecca tengah menyicipi masakannya di dapur, sudah menjadi kebiasaan Rebecca selalu menghabiskan paginya untuk memasak saat libur kerja. Sementara di kamarnya Leon baru saja terjaga, dengan mata yang masih mengantuk Leon menatap sekelilingnya, ia memegangi tengkuknya yang terasa berat akibat mabuk semalam.

Bibirnya tersenyum setelah mengingat kejadian semalam secara samar-samar.

Drttt...drtttt...drtt...

Leon menengok mengangkat ponselnya yang mendapat panggilan. Sedikit berbincang di sana Leon akhirnya segera mematikan ponselnya.

Leon pun bangkit berdiri untuk mencari keberadaan Rebecca tanpa mengenakan baju terlebih dahulu.

Pikiran nakal nya tiba-tiba muncul setelah ia melihat Rebecca tengah berada di dapur, Bibirnya tersenyum dan melangkah mendekati Rebecca tanpa ragu.

Grebb...

Leon memeluk Rebecca membuat Rebecca terkejut dan hampir mengumpat, Leon hanya tersenyum dan menciumi pundak Rebecca. "Ngga usah nempel-nempel!" Kata Rebecca berusaha menjauhkan Leon darinya.

"Ahh,,, kangen." Kata Leon semakin mengeratkan pelukannya.

Plakkk....

"Awhhh..." ringis Leon merasakan sakit di pipinya karena di tampar oleh Rebecca.

Leon terdiam, terkejut melihat sosok Rebecca yang penuh kemarahan di hadapannya. Tatapan dingin di matanya menusuk, dan untuk sesaat, mereka saling bertatapan tanpa kata, hanya kemarahan Rebecca yang menguap di udara.

"Kangen lo bilang,?" Rebecca memulai dengan suara gemetar penuh amarah. "Leon denger ya, gue benar-benar berusaha ngga peduli lo pergi kemana ya selama ini, terserah lo. Setelah semua yang terjadi, lo ngilang gitu saja, gue tau lo ada urusan kerja, tapi lo perginya aja ngga bilang ke gue.? Lo ngga pamitan ke gue.?? Terus lo dateng tiba-tiba bimang kangen,??" Kesal Rebecca meneteskan air mata. Sedikit mengingat bagaimana brengseknya Leon persis dengan Bara.

Lemonade ( 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang