🌧40. Pulang dan kejutan🌧

1.6K 168 10
                                    

Assalamu'alaikum, Hai aku kembali!

Gimana, udah melakukan hal baik di tiga hari terakhir ini?

Hari ini enggak lagi sedih, kan? Jangan, ya. Simpan air matanya, orang hebat enggak boleh terlalu sering nangis. Oke? Semangat buat hari ini dan seterusnya!

Oke. Jadi, siap baca babnya?

Siap dibikin nyesek dan greget lagi?

Silahkan ramein kolom komentar kalau ada sesuatu yang mengganggu perasaan kalian. Dan terakhir saatnya mengucapkan, HAPPY READING buat kalian❤

❁🌧❁

Kematian itu bukan akhir untuk kita yang masih bernyawa. Dia hanya akhir untuk jiwa yang telah berpulang saja.

Bumi menoleh ke arah Antariksa, laki-laki itu ikut merasa panik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bumi menoleh ke arah Antariksa, laki-laki itu ikut merasa panik. Sedikit ragu juga jika harus membukakan pintu untuk perempuan muda di luar sana.

"Tolong, saya mohon." Wanita itu menggerakkan tangannya ke kiri lalu ke kanan seraya memggelengkan kepala. "Saya bukan orang jahat."

Dua bersaudara itu saling tatap, sama-sama ragu dengan apa yang mereka berdua lihat. Terutama bagi Bumi yang pernah terkecoh tak hanya sekali, hal seperti ini sejujurnya sudah tak bisa membuatnya percaya lagi.

"Tolong! Ada yang ngejar saya di sana, saya yakin sebentar lagi mereka pasti bisa nyusul ke sini. Saya cuma pengen dibawa lebih jauh dari sini, setelah itu saya akan cari tempat perlindungan sendiri."

"G-gue enggak bisa percaya gitu aja." Bumi bersuara, setelahnya pemuda itu menatap ke arah Antariksa. Laki-laki itu kemudian menunduk, mengingat ketika di tempat penculikan itu dirinya pernah ditipu seperti ini.

"Tapi, gue ngerasa enggak asing sama muka dia." Tubuh Antariksa condong ke arah Bumi, dahinya berkerut. Raut panik milik wanita di luar mobil itu terlihat tak asing jika dipikirkan kembali.

"Gue kaya pernah liat dia. Tapi di mana?"

Bumi kembali menoleh ke arah si perempuan. Wajah ketakutan penuh air mata itu kembali menyambutnya. Sementara di belakang sana, tepatnya dari gang kecil di seberang jalan, ada beberapa pria bermasker yang berlari menuju mobil yang Antariksa dan Bumi tumpangi setelah menunjuk-nunjuk ke arah mereka.

Beruntungnya, ketika wanita itu kembali menggedor-gedor kaca mobil sambil menangis histeris, Antariksa akhirnya mampu mengingat siapa sosok ini.

"Gue inget dia, Bumi. Dia bukan orang jahat. Suruh dia masuk!"

"Lo yakin?" Bumi bertanya. Rasa takut itu sungguhan masih tertinggal di memorinya.

"Dia Granetta, adik kelas gue waktu SMA dulu."

2. Hujan dan Rintiknya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang