🌧63. Seluk beluk Amara🌧

1.5K 163 22
                                    

Menjadi pendengar itu menyenangkan, tapi seharusnya kamu mengerti, si pendengar pasti juga butuh didengar.

"Kamu baru lahir waktu diculik, Ra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu baru lahir waktu diculik, Ra. Hari itu Ibu kelelahan terus ketiduran. Ada kamu di samping Ibu yang juga lagi tidur setelah Ibu kasih asi. Tapi tiba-tiba waktu Ibu bangun, kamu hilang."

Amara terdiam, mendengarkan cerita dari mulut Andini. Gadis itu terus menyimak, membiarkan ibunya menjelaskan semuanya perihal dirinya.

Andini bilang Amara tidak pernah bisa ditemukan selepas hari itu. Pencarian tetap dilakukan, namun hasilnya sama saja.

"Sampai akhirnya, Ayah dan Ibu dapat panggilan tugas di luar kota. Kita terpaksa enggak ikut nyari kamu lagi. Sebisa mungkin, Ibu sama Ayah fokus mengabdi untuk negara karena kami seorang prajurit."

"Tapi kami enggak pernah capek nunggu kabar tentang kamu walaupun semuanya nihil. Sampai akhirnya, setelah tujuh tahun berlalu Kak Sakti berhasil nemuin kamu. Hari itu kita mau jemput kamu, tapi Kak Sakti bilang kamu aman di rumahnya. Jadi anak angkat dia, dan dikasih kehidupan yang layak juga di sana."

Andini sempat mengusap surai Amara. Menatap kembali patrian menawan milik anak gadisnya itu dengan tatapan kagum.

"Tanpa sepengetahuan Kak Kirana, Kak Sakti selalu ngasih kabar tentang kamu selama setahun itu. Tapi setelah tahun berikutnya, kami enggak pernah dapat kabar tentang kamu, Nak. Kabar tentang Kak Sakti pun kami enggak dapat. Sampai akhirnya kami tau kalau Kak Sakti ternyata udah meninggal karena kecelakaan."

"Tapi kalau Ayah sama Ibu tau aku ada di rumahnya Ayah Sakti, kenapa kalian enggak jemput aku waktu itu?" tanya Amara. Sejujurnya dia hanya penasaran.

"Hubungan kami dan Kirana enggak begitu baik. Kakek kamu dulu enggak merestui Ayah Sakti menikah dengan Kirana. Kakek kamu itu keras, beliau juga jenderal dulu. Didikannya enggak main-main ke anaknya. Beliau enggak mau anaknya jadi lemah. Tapi hari itu ...." Jaksa menghentikan ucapannya. Sejujurnya sangat tak enak harus menceritakan perkara ini saat ada Jenggala.

Pria itu menoleh, menatap Jenggala yang memberi isyarat berupa anggukan pertanda dia tak masalah. Maka dari itu, dengan terpaksa Jaksa kembali melanjutkan ucapannya.

"Hari itu Ayah Sakti kamu jadi lemah karena cinta. Enggak peduli dari mana keluarga Kirana berasal, dia tetap mau menikahi Kirana, karena dia yakin suatu hari nanti Kirana akan jadi orang baik terlepas sejahat apa keluarganya."

Jenggala diam-diam mengangguk. Pemuda itu tersenyum miris. Jenggala tau, keluarga ibunya memang keluarga yang terbilang buruk di mata masyarakat. Ayah Kirana adalah seorang koruptor, sementara ibu Kirana entah pergi ke mana setelah menjadi buronan polisi akibat mengotaki kasus perampokan bank.

2. Hujan dan Rintiknya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang