🌧35. Tentang kepala singa dan Ara🌧

1.7K 175 6
                                    

Hai, Assalamualaikum!!

Kabar baik hari ini?

Udah ngelakuin hal baik apa minggu ini?

Oh, iya. Btw, kalian dapat cerita ini dari mana, sih? Enggak tau, tiba-tiba kepo aja wkwkwk.

Sebelum baca aku pengen kalian siap-siap untuk plot twist baru ehehe. Pokoknya sampai nanti siap-siap terus buat banyak plot twist yang ada, karena emang di sini isinya plot twist semua.

Oke, segitu aja. Saatnya ngucapin Happy Reading buat orang-orang baik ini ❤ Dan, Happy Birthday to me yeeyyy, Mochi semakin tuwir!!

Enggak, enggak. Sebenarnya kemarin ultahnya, tapi ya... Buat ngehibur diri sendiri, enggak papalah ngucapin lagi buat diri sendiri:)

Tebak, Mochi umur berapa?

Btw, yang hari ini juga lagi ultah Happy Birthday yaaa!!

▄🌧▄

Hobi semesta memang bercanda bukan? Kenapa kamu selalu mengharapkan sesuatu yang mustahil kamu dapat?

Hobi semesta memang bercanda bukan? Kenapa kamu selalu mengharapkan sesuatu yang mustahil kamu dapat?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara guntur, derasnya guyuran hujan, serta pekikan diiringi tangisan malam ini mengudara bersamaan. Suara tawa menggelegar di ruangan sempit itu. Seorang anak laki-laki yang mulai memasuki fase remaja itu meringkuk ketakutan.

"Jangan apa-apain Laksa! Aku yang salah, Om. Dia cuma ikut aku!"

Kaki salah satu pria bertubuh tinggi itu dicengkram oleh anak laki-laki yang baru saja berteriak. Netra bocah itu memerah, tubuhnya bergetar ketakutan. Namun, upayanya untuk menahan tindakan orang itu tak berubah sedikit pun.

"Dasar anak kecil tidak berguna!" Laki-laki itu berdesis. Perlahan tubuhnya berjongkok, ia cengkram kedua lengan bocah laki-laki di hadapannya. "Sudah saya katakan berapa kali sih sama kamu? Jangan coba-coba untuk kabur! Kalau kamu dan dia sudah berada di sini, kalian milik kami. Lagipula kamu di sini juga dapat makan, apa susahnya nurut?"

Tubuh bocah itu dibanting, menubruk lantai keramik dingin di bawah kakinya begitu keras. Setelahnya, tendangan bertubi-tubi menghantam kepalanya tanpa belas kasihan.

"Rega! Jangan sakitin Rega, Om! Saya juga salah!"

Tungkai pria itu berhasil ditahan, namun di belakang tubuh tingginya anak kecil bernama Laksa itu kalah kuat. Tubuhnya berakhir terkena tendangan juga hingga terantuk meja.

Kepala bagian belakang milik Rega nampak berdarah. Namun bukannya berhenti, laki-laki dewasa itu malah menarik tubuh Rega menuju kamar mandi.

"Jangan, Om! Saya mohon, jangan apa-apain Rega lagi."

2. Hujan dan Rintiknya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang