Yang katanya mimpi adalah bunga tidur.
OMONG KOSONG!
Bagi Cale mimpinya sekarang seperti kutukan.
"Ini lagi." Menggumam dengan wajah ditekuk. Cale memandang sekitar dengan kesal. Seseorang yang seenaknya menyeret Cale dalam situasi seperti ini. Siapa lagi kalau bukan God of Death. Ini pasti ulah bajingan itu.
Benar saja, sosok yang dia pikirkan muncul dengan wajah minta di tabok.
-"Hehehe."
Dewa kematian terkekeh singkat.
"Kali ini kau mau ngomong apa?" tanya Cale. Melipat kedua tangan di depan dada dengan wajah acuh tak acuh. Memandang sosok yang sekarang berdiri di hadapannya.
- "Oh, anak ...."
"Aku bukan anakmu."
- ...
Dewa kematian terdiam, lalu memalingkan wajah sambil berdehem. Dirinya tiba-tiba merasa canggung.
- "Ekhemm, begini Cale. Aku ingin memberikan sebuah informasi. Itu bisa membantumu di kemudian hari."
"Apa itu?" tanya Cale, tak sabar.
- "Hohoho, sebelum itu, mari duduk dulu sambil menikmati teh."
Dewa menjentikkan jarinya, dan ruangan hampa tersebut berubah latar menjadi sebuah restoran. Ada sepasang meja dan kursi yang tampak mewah dengan dua cangkir teh di atasnya.
Cale melihat Dewa kematian menyeret kursi dan duduk.
'Lagipula aku lelah jika harus berdiri terus.'
Dengan senang hati, Cale juga melakukan hal yang sama. Duduk secara elegan dengan tangan meraih cangkir teh. Anggap saja rumah sendiri.
Dewa kematian tersenyum melihatnya. Mungkinkah hubungannya dengan Cale akan membaik setelah ini? Betapa bahagianya dia jika Cale Henituse berhenti memakinya.
"Jadi apa? Apa yang mau kau katakan padaku?"
Lamunan God of Death memudar oleh pertanyaan Cale. Dia terdiam sejenak sambil memandang laki-laki cantik di depannya. Saat ini Cale tidak dalam kondisi anak-anak. Dia adalah Cale yang berusia 20an.
Sedangkan Dewa Kematian tenggelam dalam keheningan singkat.
Cale memiliki wajah cemberut. Untuk beberapa alasan asing, ia merasakan perasaan yang tidak menyenangkan. Pelan-pelan mendengarkan Kematian yang mulai berbicara.
-"Ini tentang kekuatan kuno."
-"Kekuatan kuno dalam tubuhmu akan terbuka jika kamu pergi ke dalam sebuah dungeon. Aku tidak bisa memberimu detailnya, pokoknya kamu akan mengerti setelah memasuki dungeon."
-"Oh jangan lupa untuk terus membantu pria korea itu. Kalian sudah terikat takdir."
'Takdir pantatku.' Cale menyipitkan matanya penuh kebencian, hanya sesaat sebelum akhirnya bertanya dengan wajah berubah tabah seperti biasa.
"Apakah aku bisa menggunakan semuanya sekaligus seperti sebelumnya?"
Akan buruk jika setelah semua itu, Cale masih tidak bisa menggunakan semua kekuatan kunonya. Dia merasa bahwa petir, perisai, dan angin itu tidak akan cukup. Jadi dia memutuskan untuk bertanya.
Dewa kematian tersenyum simpul, menjawab.
- "Ya, kamu bisa menggunakannya seperti sebelumnya."
'Jadi begitu.'
Cale tampak lega setelah mendengarnya. Kematian tersenyum aneh karena tahu apa yang Cale pikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Aflame (SL x TCF)
FanfictionCale Henituse tidak pernah menganggap bahwa kehidupan ketiga itu menyenangkan. Dia telah melewati banyak hal di dua kehidupan sebelumnya. Semua pengalaman yang ia dapatkan selama ini sudah cukup membuatnya terbebani. Kini ia tidak sengaja terseret...