Seseorang disana yang memakai armor lengkap membuang napas lalu berteriak memperkenalkan diri.
Namanya Kim Chul, satu-satunya seorang Hunter level A diantara tim tersebut. Sung Jin-Woo dan Cale memperhatikan dari samping ketika orang itu mengoceh tentang situasi.
"Di dalam gerbang yang berbahaya seperti ini, akan susah untuk mengontrol begitu banyak orang. Karena itulah, aku akan membagi tim ini menjadi dua kelompok.
'Apa?'
Jin-Woo terkesiap sementara Cale mengerutkan alisnya tidak suka.
"Kalian yang ingin ikut aku, datang kesini."
Orang-orang mulai berjalan mendekati Kim-Chul karena akan lebih aman untuk pergi bersama seorang hunter rank A, itu adalah opsi umum.
Namun tanpa di duga beberapa dari mereka di dorong mundur. Kim Chul kemudian menunjuk orang-orang yang akan dia pilih bergabung dengan kelompoknya.
"Dalam situasi seperti ini, aku tidak bisa membawa beban bersamaku," katanya yang mengundang tatapan tidak suka dari Cale, begitu juga dari Jin-Woo.
Salah satu Hunter membalas, "Apakah kita beban?"
"Jangan kecewa seperti itu. Apabila kalian bisa bertahan selama kita mengalahkan boss dungeon, kalian akan kembali dengan selamat."
Yah Sung Jin-Woo merasa agak aneh di hatinya. Namun dia juga tahu mengapa Kim Chul bertindak sedemikian rupa. Berperan sebagai beban, semua tim yang dulunya pernah ia ikuti dulu juga bertindak sama seperti Kim Chul.
Menjadi hunter terlemah, dia benar-benar tidak bisa berbuat banyak. Paling-paling perannya hanya membawa barang-barang milik hunter lain, atau hanya dijadikan umpan para monster di dalam dungeon. Siapa yang mau membawa seorang beban seperti itu?
Jin-Woo sangat mengerti darimana keegoisan Kim Chul timbul.
Sementara Sung Jin-Woo tenggelam dalam pikirannya.
Cale diam-diam mengamati ekspresi para hunter atas pernyataan Kim Chul. Reaksi yang panik seperti itu, Cale sudah banyak melihatnya. Entah dikehidupan pertama atau kedua. Sifat manusia tidak terelakkan dari rasa takut dan keegoisan. Memang, Cale sendiri bukan orang yang baik. Dia juga tidak akan melakukan sesuatu tanpa menghasilkan keuntungan untuk dirinya sendiri.
Tapi, seburuk-buruknya dia, Cale tidak akan bertindak bodoh dan mengabaikan seseorang yang lemah untuk mencapai tujuannya.
Itu perbuatan yang sangat menjijikkan.
Lagipula menjadi lemah, bukan berarti mereka tidak berguna.
"Aku tidak menyukainya," gumam Cale yang masih didengar Sung Jin-Woo.
"Begitukah? Aku juga tidak menyukainya." Jin-Woo terkekeh melihat wajah cemberut Cale.
"Tapi mereka memiliki peluang hidup yang lebih besar jika dibandingkan kita," sahut Han Song-I, gadis yang pergi bersama mereka.
Cale melirik gadis itu, berbicara, "Tidak ada yang bisa menjamin itu. Dalam pertempuran, bukan hanya kekuatan yang diperlukan, tapi juga kerja sama, dan otak. Meskipun kau memiliki tim terkuat-pun bukan tidak mungkin bahwa kamu tidak akan mengalami hal-hal tragis."
Tentu, Cale mengingatnya ketika bertempur melawan White Star. Musuh yang sangat kuat. Dia ingat bagaimana Cale mulai mengumpulkan semua kekuatan, merancang strategi, jebakan, dan banyak skema tempur demi peperangan.
Tapi, bahkan setelah semuanya, itu masih tidak sebanding. Cale masih harus mati-matian berjuang sampai akhir hingga tubuh itu akhirnya rusak setelah mengalahkan White Star dengan segenap kekuatan yang ia miliki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Aflame (SL x TCF)
Fiksi PenggemarCale Henituse tidak pernah menganggap bahwa kehidupan ketiga itu menyenangkan. Dia telah melewati banyak hal di dua kehidupan sebelumnya. Semua pengalaman yang ia dapatkan selama ini sudah cukup membuatnya terbebani. Kini ia tidak sengaja terseret...