Ini bukan akhir bagi kisah yang kami tulis pada lembar demi lembar kehidupan yang masih terus berjalan. Jika pada umumnya umat manusia menginginkan akhir yang bahagia, kami malah berharap bahwa kisah kami ini adalah awal dari kebahagiaan selanjutnya...
Sebelum hari pernikahan, ada sejumlah prosesi hajatan yang terlebih dahulu dilangsungkan. Dengan menjalani prosesi hajatan ini, diharapkan keluarga besar dan calon pengantin dijauhkan dari berbagai rintangan dan seluruh acara dapat berjalan dengan lancar .
karna salma keturunan jawa jadi pernikahan dilangsungkan dengan adat jawa .
Setelah memasang tenda dengan hiasan janur tanda meminta kemakmuran pada kedua mempelai dan memasang beragam bentuk lain seperti kembar mayang dan tawuhan dilanjutkan dengan prosesi Siraman .
Ritual siraman ini menyimbolkan pembersihan diri sebelum masuk ke ritual yang lebih sakral.
Setelah prosesi siraman berakhir . Papi dari mempelai wanita yang akan melakukan siraman terakhir , Kemudian dilanjutkan dengan menggendong anak perempuannya menuju kamar pengantin.
Papi :
"Delok anake guede ngene papi kuat po ra nduk ?" (Lihay anaknya gede seperti ini papi kuat engga ini nduk ?)
Salma :
"Kuat pi kuaaattt .. Warning ! jangan dijatuhin kelantai ya pi"
semua tertawa melihat salma yang ketakutan digendong sang papi .
dilanjut dengan mami papi salma yang berjualan dawet kepada para tamu undangan .
Dengan pembeli yang membayarnya menggunakan koin yang disebut tembikar terbuat dari tanah liat .
mami salma melayani dan papi salma memayungi .
Mami :
"Wis oh ditumbasiii tumbaasiiiiii , dawet ayuuu dawet ayuuuu" (ayo di beliii di beliii ? Dawet ayuu dawet ayuuu)
Tidak sedikit pula yang mengerubungi mami salma untuk membeli .
