"Halo? Cil, lo di mana?" tanya Mahesa khawatir lantaran keponakannya itu tak ada di penthouse ketika ia mengecek keadaan keponakannya itu sebelum ia pergi untuk menghadiri seminar kedokteran di luar kota. "Ini gue di your Daddy's penthouse, tapi lo nggak ada. Gue disuruh ngecek soalnye ama Deovander."
Arsen meringis pelan. "Maaf, Uncle, lupa kasih tahu. Selama Daddy luar kota, Arsen nginep di apartement Kak Linda."
Linda? Siapanya Deovander? Perasaan, yang tahu Arsen anak dia cuma Alpheratz, Pak Jono, Hana, sama pihak sekolah, deh. Ah, ntar aja, tanya Deovander.
"Syukur, deh, kalo gitu. Jadi, sekarang lo di apartement Linda?"
"Enggak, masih di kantornya."
"Ohhh, okeee. Have fun! Jangan nakal di sana," peringat Mahesa.
"Iya." Arsen sedikit berpikir. "Ehm, Uncle ..., boleh nitip bawain baju sama seragamku, nggak? Tadi, dari bandara langsung ke kafe terus ke kantornya Kak Linda."
"Oh, boleh-boleh. Seragamnya buat hari apa aja?"
"Semua. Kan, Daddy di Seoul dua minggu."
"Siap, Cil! Bentar lagi, meluncur," ucap Mahesa semangat, sedikit berlari menaiki tangga menuju kamar Arsen dari ruang tamu.
"Makasih banyak, ya, Uncle. Maaf ngerepotin," kata Arsen sungkan.
"Nggak." Mahesa menggeleng. "Nggak ngerepotin. Lo, kan, ponakan gue."
"Ehehehe."
"Eh, Cil! Ini entar gue kirim ke mana? Kantor Linda apa apartementnya?"
"Bentar, aku tanyain."
Sembari menunggu informasi lebih lanjut dari anak lelaki itu, Mahesa mengambil koper yang terletak di walk in closet Arsen lalu membuka pintu almari. Mengambil dan memasukkan seragam sekolah sesuai pesanan sang keponakan.
"Halo, Uncle?" sapa Arsen disertai nada bertanya.
Mahesa menekan loudspeaker. "Ya, Cil? Gimana?" tanyanya
"Kirim ke kantor aja. Ghibran Corporation."
Jawaban Arsen mampu mengakibatkan bola mata Mahesa membola sempurna. Jantungnya serasa ingin berpindah ke lambung. Ditambah, badan kekar lelaki itu rasanya lemas seketika. Ia yakin tidak salah dengar tetapi sangat terdengar mustahil.
"HAH?! GHIBRAN CORPORATION?!" tanyanya berteriak memastikan.
"Adohhh, Uncleee!!! Suaranya tolong dikondisikan!" tegur Arsen mengerucutkan bibir.
"Eh, eh, sorry, sorry."
"Iya. Nanti bilang aja, atas nama Deolinda Anastasia Ghibran. Oke?!"
"HAH?! DEOLINDA?!"
"UNCLEEE!!"
Mahesa memejamkan mata sembari beberapa kali memukul mulut, merutuki perubuatan bodoh itu akibat ucapan Arsen. Bisa-bisanya ia kelepasan seperti ini. Lelaki itu menggelengkan kepala, menarik diri kembali ke realita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Hero
RomanceDeovander berhasil menyembunyikan rahasia terbesar dalam hidupnya selama belasan tahun. Namun, siapa sangka orang tua Deovander mengetahuinya? Sehingga, fakta lain yang juga lama terpendam akhirnya terungkap mencapai akar. ©BerlianGunawan2...