11 - MENDISKUSIKAN 2 HAL

179 25 0
                                    

"Info terbaru?" tanya Deovander memandang layar laptop yang memperlihatkan lima temannya dengan background berbeda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Info terbaru?" tanya Deovander memandang layar laptop yang memperlihatkan lima temannya dengan background berbeda.

Di layar pojok terdapat Mahesa. Pria itu memang memiliki wajah galak bak preman pasar dengan dagu tegas dan badan tinggi besar serta otot kekar namun berhati hello kitty. Dari latar belakang tempatnya, ia masih berada di ruang kerja sang ayah-menampakkan pigora besar berisi foto ayahnya menerima penghargaan pusat kesehatan terbaik pada cat dinding putih itu.
Tatapan tajam mata sipitnya siap menghunus pada siapapun yang melakukan kesalahan. Rambut undercut disertai tisikan di sebelah kanan semakin menambah seram dan manly-nya penampilan calon dokter ahli bedah berkulit putih itu. Apapun akan dilakukannya demi orang-orang terdekat, tidak peduli seberapa besar risiko yang diambil.

Dalam misi ini, ia berperan sebagai hacker. Tentu saja, berkutat di depan layar komputer yang menampakkan algoritma pemrograman lebih seru daripada membaca buku atau berada di sebuah bangunan berbau obat-obatan. Jikalau bukan karena pewaris tunggal Adhitama Hospital, pria bertubuh tinggi 177cm itu tidak mungkin mengambil gelar double degree beberapa tahun lalu-Kedokteran dan Teknik Informasi. Beruntung, orang tuanya menyetujui.

Geser ke samping layar Mahesa, ada Aldo Bimantara. Meski pencahayaan kamar bernuansa gelapnya kurang, tak membuat pria berkulit kuning langsat dengan rambut belah tengah untuk baby face-nya disertai hidung mancung itu memiliki tinggi badan 171cm. Pria yang tengah menggendong kucing putih-abu sesekali memberikan kecupan pada hewan peliharaan itu sering disebut "kembar tak seiras" dengan Deovander. Hanya karena, sama-sama dingin. Namun, sifat dingin laki-laki CEO Bumi Indah Bank itu tidak begitu dominan.

Sementara, di hadapan ketiganya, ada pria berkulit tan-Fajar-dengan rambut messy bun acak-acakan dan wajah kusam itu terlihat berada di ruang tamu apartemennya yang kurang pencahayaan sembari memakan kuaci. Keadaannya sungguh berantakan, tapi itu tak membuat Alpheratz heran. Karena, Fajar memang selalu berantakan jika tidak sedang mode CEO Graha Fajar Architecture & Construction.

Berbeda dengan Fajar, Danu nampak segar. Rambut belah tengahnya basah usai keramas beberapa menit lalu. Pria berkaos biru matang polos yang menjabat sebagai CEO Tadakara Insurance itu sedang duduk di kursi pantry dapur dan beberapa kali terlihat menyesap milk tea yang baru saja ia pesan melalui aplikasi.

"Kalo dari gue sama Aldo, lokasi tepatnya belum bisa dilacak. Like, dia tinggal di mana itu belum pasti," kata Mahesa sembari tangannya bergerak memainkan rubik, tapi tatapannya tetap memandang lurus layar laptop. "Jadi, ya, paling mentok ketemu alamat cabang perusahaannya doang di Roma," lanjut Mahesa berhasil menyelesaikan rubik dengan warna serupa.

"Lho, dipindahtugaskan?" celetuk Fajar.

"Udah lama, njir, udah basi kabarnya. Makanya, kita cari. Kalo deket, mah, udah ketemu dari dulu," jawab Mahesa sedikit kesal.

"Terus gimana? Kalo disamperin ke perusahaannya gak mungkin," ucap Danu menyibakkan rambut belah tengahnya ke belakang. Pria itu sudah kehabisan ide untuk kasus ini. Tapi, ia tidak ingin membuat sahabat karibnya sejak masa kanak-kanak itu kecewa dengan membiarkan pelaku bebas begitu saja. Jika orang tua Deovander tidak melirik sama sekali masalah ini, siapa lagi yang membantu pria itu? Dan, saat itu juga, idenya langsung mendapat gelengan kepala Deovander.

Sweet HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang