16 - SEDIKIT CERITA HARI INI

160 30 2
                                    

Deovander, Deolinda, dan Arsen pagi ini menginjakkan kaki di Pulau Padar sebelum matahari terbit bersama para turis asing lainnya meski kedatangan mereka sedikit menyita perhatian, lantaran menggunakan yacht

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Deovander, Deolinda, dan Arsen pagi ini menginjakkan kaki di Pulau Padar sebelum matahari terbit bersama para turis asing lainnya meski kedatangan mereka sedikit menyita perhatian, lantaran menggunakan yacht. Tapi, Deovander dan Deolinda tidak memedulikan itu-sibuk dengan kegiatan masing-masing. Entah Deovander yang mengotak-atik kamera, memastikan baterainya cukup, atau Deolinda yang mengecek barang bawaan mereka bertiga dalam tas ransel-tiga botol air minum, dua ponsel, dan tiga airpods. Terlebih Arsen yang tak berhenti melebarkan mata dan mulut melihat ratusan anak tangga di depannya yang akan mereka daki. Anak itu benar-benar tidak sabar mencoba trekking kedua kalinya.

"Ayo, Dad! Kak Linda!" seru Arsen membalikkan badan, melihat Deovander sudah selesai mengecek kamera dan Deolinda yang mencangklong kembali ranselnya.

“Yo! Let's go!” balas Deovander mengelus puncak kepala Arsen. “Gak berat, kan?” tanya Deovander menengok Deolinda.

“Aman, Koh,” jawab Deolinda mengacungkan ibu jarinya. Memang, semenjak kejadian tadi malam, mereka menjadi akrab dan Deolinda memanggil Deovander menggunakan panggilan “Koko” atau “Koh”.

Yes! Trekking lagi!” seru Arsen kembali, mengepalkan tangan dan meninju udara.

Usai mendengar arahan ranger, mereka memulai kegiatan trekking bersama para turis asing tersebut. Menaiki anak tangga kayu persegi panjang selama tanjakan pertama. Rerumputan hijau di kanan-kiri begitu menyejukkan mata selama menaiki anak tangga kayu tersebut. Hingga akhirnya, mereka tiba di anak tangga yang lumayan lebar-terbuat dari semen dan batu-lalu berbelok ke kiri, disambut dengan pemandangan laut dan pulau-pulau di seberang sana.

“Arsen mau minum?” tawar Deolinda usai mencepol rambut secara asal dan membuka ransel ketika tiba berhenti sejenak, mengedarkan pandangan sekitar saat sudah setengah perjalanan. “Koko juga?”

“Boleh, Kak,” jawab Arsen menyengir, menerima botol minum merk ternama dari perempuan itu.

Nope, thank you,” tolak Deovander halus, menikmati pemandangan sekitar.

Setelah itu, mereka melanjutkan perjalanan. Naik-turun mengikuti ke mana anak tangga membawa mereka pergi ke puncak Pulau Padar. Menikmati terpaan angin dan hijaunya rerumputan di belakang para turis mancanegara. Namun, lama-kelamaan, jarak tangga semakin tinggi, meyempit, dan terjal membuat Deovander meminta Deolinda berjalan memimpin, Arsen berada di tengah, dan dirinya dalam urutan terakhir. Suasana trekking di antara ketiganya juga tidak sesunyi saat mereka berada di Pulau Kelor. Arsen membuat atmosfer menjadi lebih berwarna dalam perjalanan kali ini.

Deovander benar-benar lega dan senang setiap kali melihat sang anak tersenyum dan bersemangat selama beberapa hari belakang ini. Pria itu semakin yakin jikalau ia bisa menepati janjinya pada Nabila-membuat remaja itu bahagia. Ia juga merasa harus berterimakasih kepada Deolinda, karena telah menjadi salah satu orang yang mampu menciptakan hari-hari berwarna bagi Arsen.

Sweet HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang