10 - MALAM

219 27 4
                                    

Deovander menekan bel unit apartement Deolinda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Deovander menekan bel unit apartement Deolinda. Lelaki berpakaian kasual serba hitam—mulai dari kaos oblong, ripped jeans, masker, topi, hingga sepatu sneaker—itu baru saja pulang dari bandara dan langsung singgah ke mari, menjemput Arsen untuk pergi berlibur bersama di Labuan Bajo. Ia ingin memanfaatkan waktu yang ada sebaik mungkin sebelum disibukkan pekerjaan di kantor kembali. Apalagi, ini pertama kalinya berjauhan dengan Arsen dalam jangka waktu lumayan lama. Meski putranya itu sempat menolak semalam karena takut ia kelelahan, tapi Deovander berhasil membujuknya.

Tak lama kemudian, pintu terbuka menampakkan Arsen yang langsung memeluk erat ayahnya dan dengan sigap Deovander menerima pelukan sekaligus menggendongnya. Menjatuhi kecupan-kecupan kecil pada kepala putranya yang sedikit membuat Arsen geli bersamaan Deolinda di belakang yang menyeret koper-koper besar dan mencangklong sebelah tali ransel anak itu. Lantaran, Deovander tadi sempat mengatakan jika ia dan Arsen akan langsung bertolak menuju pulau kecil di sebelah barat laut Lombok itu.

Arsen turun dari gendongan ayahnya. Mendekati Deolinda dan mendongakkan kepala, menatap manik cokelat perempuan itu. "Kak, makasih banyak, ya, buat dua minggu ini. Maaf juga kalo aku pernah buat salah sengaja atau nggak," ucapnya.

"Iya, Arsen. Sama-sama," jawab Deolinda berjongkok di depan lelaki berhoodie hitam itu. "Arsen anak pintar ..., anak baik, kok," lanjut Deolinda mengusap ujung kepala Arsen dengan tatapan teduh.

"Terima kasih sudah menjaga Arsen. Maaf merepotkan," ucap Deovander berdeham.

"Iya, Pak. Sama-sama."

"Ayo, Arsen."

"Hah? Kak Linda gak ikut?" tanya Arsen mengerucutkan bibir.

"Nggak. Kan, Arsen lagi quality time sama Daddy," jawab Deolinda lembut.

"Ah, gak seru. Aku pikir, Kak Linda join. Soalnya, Kak Linda juga ngabarin aku setelah dapat chat dari Daddy."

"Nggak. Kamu udah sama Kak Linda dua minggu. Nah, sekarang sama Daddy."

"Ya udah, kamu ikut kami," final Deovander menatap datar Deolinda. Malas sekali rasanya berdebat. Sesekali mengalah akan keputusan Arsen juga tidak masalah. Toh, siapa tahu, liburan ini meringankan sedikit beban Deolinda—mengurus perusahaan yang tentunya tidak mudah.

"Hah? E—"

"Makasih, Dad!" Arsen bersorak kegirangan. "Ayo, Kak!"

"Kalo gitu, kalian silakan masuk dulu," ucap Deolinda tersenyum tipis, nyaris tak terlihat. "Saya mau prepare," lanjut Deolinda membuka pintu apartement lebih lebar lalu menutupnya setelah Deovander dan Arsen yang kembali menyeret koper ke dalam.

Sambil menunggu Deolinda bersiap, Deovander mengeluarkan ponsel. Mengecek beberapa pesan yang masuk, termasuk dari sahabat-sahabat sejak SMP. Pertemanan mereka begitu erat. Sudah banyak hal dilalui dari dulu hingga sekarang. Mereka juga yang menjadi alasan Deovander bertahan hingga sekarang, selain Arsen, usai kehilangan keluarganya.

Sweet HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang