Usai makan siang di restoran, Deovander dan Deolinda segera menuju supermarket—membeli bahan masakan sesuai daftar yang dikirimkan Fajar pada mereka. Menjelajahi rak-rak bumbu dapur, mengambil saos barbeque, lada bubuk, penyedap rasa, mentega, dan minyak kelapa. Sesekali Deolinda meminta bantuan Deovander untuk mengambil bahan yang tak bisa ia jangkau tempatnya. Kemudian mereka beralih ke deretan chest freezer, memindahkan sebungkus sosis ke dalam troli bersama bahan-bahan lainnya sebelum berpindah ke keranjang bawang bombay serta selada di deretan freezer.
Kini, pemuda-pemudi itu sedang berada di stan daging untuk membeli iga. Sambil menunggu Deolinda memilih, Deovander mengabari Arsen bahwa ia sudah tiba di Bali beberapa menit lalu. Begitupun sang putra—di mana mobilnya yang dikemudikan Pak Jono memasuki area hutan Situbondo. Anak itu juga menceritakan bagaimana serunya memberi sekaligus melihat para kera memakan pisang yang sempat ia beli tadi.
“Ayo, Ko,” ajak Deolinda memasukkan daging yang terbungkus polystyren ke dalam troli.
Fokus Deovander terpecah. Lelaki itu segera mengakhiri pesannya pada Arsen dan mengikuti langkah Deolinda. Tapi, matanya tak sengaja melihat bercak merah di sela celana Deolinda. Gadis itu sedang datang bulan, pikirnya sembari mengedarkan padangan sekitar—memastikan taka da orang yang menyadari jika Deolinda sadar.
“Wait,” ucap Deovander menghentikan langkah Deolinda.
Deolinda menoleh ke belakang. “Why?”
“Diam di situ,” perintah Deovander melepas jaket tipisnya, sehingga menyisakan kaos hitam tanpa lengan yang menampakkan bisep dan itu membuat Deolinda sedikit membeku. “Permisi,” izin Deovander tiba-tiba sudah melingkarkan tangan di pinggang Deolinda, mengikat jaket bagian pergelangan tangan menyebabkan jarak tubuh mereka terhapus.
“Ehm, Ko?” tanya Deolinda merasa tubuhnya kaku di tempat sekaligus berusaha mencerna apa yang terjadi.
“Lo red day, ya? Gak usah malu, gak ada yang liat,” bisik Deovander bersamaan dengan pergelangan jaket yang saling terikat di permukaan perut Deolinda yang tak tertutup apapun. “Sekarang ke toilet, gue beliin roti Jepang. Ntar chat yang mana yang biasa lo pake, ok?”
YA TUHAN, ISIN TEMEN AKUUU!!! Haduuuh. Tapi …, Koko act of service parahhh. ANJIR, ARSENNN, BAPAKMU HOBI BANGET BIKIN JANTUNGKU NDAK AMAAAN.
“Deolinda? Deolinda Ghibran?” panggil Deovander bernada tanya, melambaikan tangannya di depan wajah gadis itu.
Deolinda mengerjap beberapa kali. “Eh, iya, Ko. Makasih banyak.”Selepas itu, Deolinda pergi ke toilet dan Deovander menuju rak pembalut berada.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Hero
RomanceDeovander berhasil menyembunyikan rahasia terbesar dalam hidupnya selama belasan tahun. Namun, siapa sangka orang tua Deovander mengetahuinya? Sehingga, fakta lain yang juga lama terpendam akhirnya terungkap mencapai akar. ©BerlianGunawan2...