Deolinda menutup pintu dan memutar kuncinya hingga menimbulkan suara. Perempuan itu kemudian memasukkan kunci ke dalam slin bag, menuruni anak tangga vila dengan membawa keranjang rajut-berisi bahan-bahan makanan dan minuman-dan ransel bersama Arsen yang menenteng kantung plastik-berisi aneka ragam snack yang dibeli semalam usai pulang dari restoran serta bungeo-ppang titipannya pada sang ayah-menghampiri Deovander yang memasukkan tas ransel berisi pakaian-pakaian gantinya dan Arsen ke bagasi. Memang, hari ini mereka berencana untuk mengunjungi pantai dan mengelilingi pulau. Ah, Deolinda sudah tak sabar untuk hal itu. Membayangkannya saja sudah sangat menyenangkan, apalagi jika imajinasi tersebut benar-benar sesuai dengan bayangannya. Sudah lama sekali ia tak berlibur. Terakhir kali, ia mengunjungi Raja Ampat bersama ayah dan ibunya. Itupun beberapa tahun lalu.
"Udah?" tanya Deovander memegangi pintu bagasi yang masih terangkat.
Deolinda meletakkan keranjang rajut tersebut di samping tas ransel. "Udah, Pak."
"Jajannya Arsen?"
"Oh, dibawa sama dia."
Deovander memandang punggung Arsen yang memasuki mobil terlebih dahulu di bagian kursi penumpang belakang. Remaja lelaki itu meletakkan kantung plastik lumayan besar di sebelahnya di kursi lalu memiringkan ponsel-memainkan permainan mobile.
Tangan Deovander menurunkan pintu bagasi dan sedikit membantingnya. Kepalanya bergerak ke samping, menjetikkan jari pada penjaga vila agar membukakan gerbang pagar putih tulang yang menjulang tinggi itu. Pria keturunan Tionghoa itu bergerak menuju pintu bagian depan bersama Deolinda dan memasuki mobil.
"Gak ada yang ketinggalan, kan?" tanya Deovander menyalakan mesin mobil, mulai memegang kemudi dan menekan perseneling.
"Aman, Dad," jawab Arsen mendongak dan mengacungkan ibu jari.
Fortuner hitam itu akhirnya keluar dari perkarangan vila dan membelah jalanan. Tak ada yang membuka topik. Semua sibuk dengan apa yang dilakukan.
Deovander yang membelokkan kemudi ketika terdapat belokan ke kiri lalu kembali mengemudi menggunakan kecepatan lumayan tinggi lantaran tak ada satupun kendaraan bermotor yang melintas. Tapi, tatapannya selalu menatap tajam ke depan.
Deolinda yang asyik memandangi jalanan sekitar-dipenuhi pepohonan rindang dan bebukitan rumput. Tangannya menjulur ke luar, merasakan terpaan angin yang menyapa. Semua bebannya seakan terangkat bersama angin.
Arsen sendiri sibuk mengotak-atik layar ponsel, menampilkan banyaknya daftar lagu favorit. Hanya saja, ia ingin mendengarkan satu lagu berulang kali melalui blueetooth mobil. Karena baru menemukannya kemarin malam. Sesekali tangannya bergerak mengambil snack singkong rasa balado. Akhirnya, lagu yang ingin diputar pun ditemukan.
"Dad, aku sambungin ke blueetooth, ya," kata Arsen mengotak-atik input audio.
Deovander melirik sekilas. "Iya. Mau lagu apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Hero
RomanceDeovander berhasil menyembunyikan rahasia terbesar dalam hidupnya selama belasan tahun. Namun, siapa sangka orang tua Deovander mengetahuinya? Sehingga, fakta lain yang juga lama terpendam akhirnya terungkap mencapai akar. ©BerlianGunawan2...