06 - EUFORIA YANG BERBEDA

223 33 4
                                    

Pagi ini, Deolinda sibuk menyiapkan keperluan Arsen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini, Deolinda sibuk menyiapkan keperluan Arsen. Perasaannya begitu berbunga-bunga melakukan semua hal tersebut. Bahkan, senyuman gadis itu sudah terpancar sejak membuka mata pagi-pagi buta tadi dengan tatapan masih fokus pada teflon di hadapannya kini.

Mulai dari seragam hingga mengolah makanan, mengingat semalam ia sudah menanyakannya semua hal pada Deovander mengenai Arsen. Gadis itu memang sudah mengenal Arsen, namun ia hanya tak ingin melewatkan beberapa hal yang mungkin belum diketahui. Jelas lebih lama Deovander mengenal Arsen daripada Deolinda sendiri, lantaran keduanya tinggal bersama selama bertahun-tahun.

"Arsen! Bangun! Udah pagi," teriaknya sembari memasak udang goring tepung di dapur, kemudian mengambil piring dari rak.

Tak lama, suara anak itu terdengar. "Iya, Kak!"

Deolinda mematikan kompor, mengangkat teflon putih tersebut, dan memindahkan masakannya ke piring. Setelah itu, menempatkan piring tersebut di meja makan bersama beberapa hidangan lainnya pagi ini seperti kepiting asam manis dan cumi saus tiram serta segelas air putih dan susu cokelat.

Sembari menghembuskan napas panjang, gadis itu tetap mempertahankan senyumnya. Sesekali pula ia bersenandung ria sampai beberapa menit kemudian derap langkah kaki mencuri atensinya-di mana Arsen sudah berada di hadapannya lengkap dengan seragam sekolah dan tas ransel di punggung.

"Morning, Arsen!" sapa Deolinda mendekati anak lelaki berhidung mancung itu lalu mengelus-elus kepalanya lembut.

Arsen tersenyum. "Morning too, Kak!"

"Ayo, sarapan," ajak Deolinda kemudian berbalik badan, mengambil piring dan menyiapkan sarapan Arsen. "Which one do you wanna eat? Ada udang goreng tepung, kepiting asam manis ..., sama cumi saus tiram?" tanya Deolinda melihat Arsen menggaruk tengkuk dengan penglihatan masih menjelajahi deretan menu makanan beberapa kali.

"Aduh ..., I don't know, Kak. Confused," rengek Arsen mengerucutkan bibir menarik kursi dan duduk di sana. Sungguh, semuanya terlihat menggoda dan nikmat. Hal itu membuatnya tiba-tiba teringat akan Deovander yang selalu membuat sarapan berbeda menu setiap hari, namun hanya satu menu saja. Tapi, ia tetap senang dan mensyukurinya.

Deolinda terkekeh. "Satu-satu aja, gimana?"

"Okay. Thank you so much, Kak."

"Sure, with my pleasure. Anggap aja Kakak ini Kakakmu sendiri."

Duh, gimana, ya? Rasanya, gue tuh berasa dirawat sama Mommy sendiri. Udah nganggap Kak Linda kayak Mommy juga. Lagian juga, kayaknya jarak umur Kak Linda sama Daddy gak jauh.

"E ..., o-oke, Kak!" jawab Arsen tersenyum tipis memandang wanita dengan setelan kantor di depannya ini.

***

Berangkat pagi dan memiliki jarak yang hampir sama dengan penthouse Deovander dari apartemennya, membuat BMW i8 Gold Deolinda berhenti dan terparkir rapi di antara mobil-mobil mewah depan gerbang sekolah Arsen.

Sweet HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang