Deovander mengamati bangunan berlantai dua yang kumuh nan seram di hadapannya bersama Deolinda, Mahesa, Aldo, Danu, dan enam bodyguard. Dinding bagian depan paling kiri, dipenuhi lumut. Kaca jendela-jendela kecil persegi panjang di bagian atas telah hancur. Jalanan setapak menuju bangunan itu pun terlihat menanjak dengan kanan-kiri terdapat bebatuan berbagai ukuran dan rerumputan. Sunyinya sekitar memang menyebabkan atmosfer terasa semakin mencekam dan aura negatif terlihat begitu kental dari gedung tersebut di bawah cahaya bulan purnama yang menyinari kegelapan hutan malam ini. Belum lagi, hawa dingin yang menusuk badan meski telah mengenakan jaket tebal.
Untuk menjalankan aksi ini, mereka dipecah menjadi dua tim. Tim Alpheratz 1, terdapat Deovander, Deolinda, Fajar, dan dua bodyguard. Tim Alpheratz 2, ada Danu dan emapt bodyguard. Sementara, Mahesa dan Aldo memantau keadaan dan mengarahkan dari dalam mobil melalui CCTV bangunan yang diretas. Dan sesuai rencana, mereka berpencar masuk ke bangunan tersebut agar kasus ini dapat diselesaikan.
Sampai di dalam, suasana terlihat sepi-tak ada kehidupan sama sekali di sini. Tetapi, jika dibayangkan, pasti bangunan ini akan terlihat sangat mewah nan megah kalau dirawat sekaligus berpenghuni. Seperti, lampu gantung yang telah pecah sebagian—berada di langit-langit tengah ruangan utama—dipenuhi sarang masih bisa dilihat seberapa fantastisnya harga yang dimiliki dari modelnya. Belum lagi sofa mewah dipenuhi robekan di berbagai sisi serta meja di depan sofa nampak sangat berdebu serta pintu sekat antara ruang tamu terbuat dari kayu jati.
"Aman, ges. Kalian lanjut aja sesuai rencana. Break a leg!" kata Mahesa melalui walkie-talkie, usai tempat yang akan didatangi dari rekaman CCTV-saat ini lewat layar laptop-tidak ada orang sama sekali di area tersebut.
Tanpa membalas, Deovander menggeser pintu sekat dan bergegas menuju tujuan sesuai rencana bersama Deolinda, Alpheratz, dan para bodyguard. Alpheratz 1 pergi ke lantai dua, tempat di mana anak-anak di sekap dan akan dieksekusi Alpheratz 2 ke kanan-tempat berkumpulnya para anak buah Yudha serta di mana eksekusi selalu dilaksanakan. Mereka mengambil langkah sedikit cepat dan berusaha tidak menimbulkan suara, terlebih Alpheratz 1-di mana tugas mereka sedikit berat karena ini berhubungan dengan nyawa anak-anak tak berdosa yang masih hidup sekaligus berusaha menyelamatkan mereka tanpa luka sedikitpun entah dari apapun itu.
Dipimpin Deovander, Alpheratz 1 berhasil tiba di lantai kedua. Di lantai dua ini, banyak sekali ruangan-ruangan di kanan-kiri berpintu kayu jati, entah apa fungsi banyaknya ruangan itu. Tujuh orang tersebut berjalan menjadi dua baris dipimpin Deovander dan Fajar dengan Deolinda di barisan kedua, sisanya kedua pengawal dan polisi. Minimnya pencahayaan akibat lampu yang nyaris redup tak mengakibatkan mereka kesulitan dalam jaga jarak pandang. Oleh karena itu, ketujuh orang itu selalu tetap waspada terhadap apa yang akan terjadi di depan sana.
Sembari mengamati sekitar, Deolinda tak pernah berpikir bahwa ia akan terjerumus dalam permasalahan berat seperti ini. Pergi ke hutan bersama Alpheratz dan para pengawal sambil membawa senjata. Meski sering berlatih menembak, terlebih ketika sebelum melanjutkan pendidikan di Amerika, memegang pistol untuk menjalankan misi rasanya seperti sedang bermimpi di siang bolong. Tapi, demi Arsen kembali, ia sanggup melakukan apapun.
Suara ketukan sepatu dan kedua orang yang saling berbincang mencuri perhatian Alpheratz 1 membuat Deovander langsung memberi kode untuk segera mempercepat langkah menuju sumber suara yang disinyalir adalah Austin dan Yudha. Sayangnya, ketika tiba di lokasi, tak ada siapapun di sana. Hanya lorong sepi yang memberi kesan sedikit seram akibat minim pencahayaan.
Deovander menatap lekat ruangan berpintu kayu jati hijau tua di sampingnya itu. Entahlah, ia hanya merasa ... ada sesuatu di dalam sana-tak seperti ruangan-ruangan yang dilewati tadi. Sesuatu yang menarik lelaki itu untuk mendekat bahkan niatan membuka pintu terselip dalam hati dan sama sekali tidak bisa mengacuhkan atau menahan keinginan ini. Bagaimanapun, ia harus tahu isi ruangan ini, pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Hero
RomanceDeovander berhasil menyembunyikan rahasia terbesar dalam hidupnya selama belasan tahun. Namun, siapa sangka orang tua Deovander mengetahuinya? Sehingga, fakta lain yang juga lama terpendam akhirnya terungkap mencapai akar. ©BerlianGunawan2...