01 - TAK TERDUGA

700 57 5
                                    

Deolinda mengotak-atik ponsel sembari mengenakan kacamata hitamnya yang ia ambil dari saku jas kemudian menyimpan alat komunikasi itu ke dalam saku jas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Deolinda mengotak-atik ponsel sembari mengenakan kacamata hitamnya yang ia ambil dari saku jas kemudian menyimpan alat komunikasi itu ke dalam saku jas. Tak lama kemudian, salah seorang sopir kantor datang memarkirkan mobil BMW i8 Roadster emas itu tepat di depan lobi. "Makasih, Pak," ucapnya.

"Sama-sama, Bu."

Keluar dari area Ghibran Group, BMW i8 Roadster Gold itu akhirnya membelah jalanan raya di bawah teriknya sinar matahari yang sedikit tertutupi oleh rindangnya pepohonan kanan-kiri jalan bersama kendaraan bermotor yang lain ditemani lagu Fact Check dari NCT 127. Sesekali menggumamkan lirik.

Tujuan pemilik mobil ini ialah pergi ke salah satu restauran yang sudah lama tak ia kunjungi semenjak pergi menempuh pendidikan di Harvard University, kemudian sempat berlarut dalam kesedihan, hingga setelah menjabat sebagai Chief Executive Officer dari salah satu perusahaan konglomerat di Surabaya ini selama satu bulan belakangan. Ia rindu dengan tenangnya suasana, lezatnya rasa makanan juga minuman yang segar. Apalagi, kenangannya.

Sampai di perkarangan restauran, Deolinda mengambil sembari menenteng dompet, tangannya membuka pintu mobil dan jenjang kaki gadis itu menapak pada permukaan pavingan block dan disambut dinginnya ruangan dan dedaunan dari bahan daur bekas yang menggantung di dua sisi pintu ketika sudah berada di dalam kafe bernuansa vintage ini.

Kemudian memilih duduk di salah satu tempat di tepi jendela. Menikmati hiruk-pikuk jalan raya siang ini bebarengan dengan helaan napas panjang Deolinda dan sekelebat bayangan di mana ia menghabiskan waktu bersama Ajisaka di restaurant ini terlintas sejenak. Menghabiskan waktu bersama dengan cerita-cerita ringan disertai canda tawa mampu merubah atmosfer menjadi lebih baik, tidak peduli entah itu hari yang menyenangkan atau sebaliknya. Namun, semua itu hanyalah kenangan sekarang.

"Kak Linda!"

Lamunan Deolinda sontak terbuyar saat itu juga mendengar suara seorang anak yang-langsung dapat ditangkap netra matanya-berpakaian seragam sekolah khas internasional lengkap berdiri di depan pintu masuk bersama seorang pria berbadan atletis dalam balutan setelan jas lengkap dengan sepatu pentofel. Model rambut comma hair-nya tertata rapi meski beberapa bagian rambut depan menutupi dahi. Hidungnya mancung bak perosotan anak TK. Dan, rahang yang tegas membuat pahatan wajahnya semakin sempurna.

Belum sempat menjawab dan masih mencerna apa yang terjadi saat ini, anak itu sudah berlari kecil ke arahnya diikuti pria berjas tersebut yang beberapa kali memanggil nama remaja lelaki itu. "Kak Linda ke mana aja?" tanyanya duduk di kursi di samping Deolinda.

"Hah?" Usai membenarkan kursi agar anak itu nyaman, Deolinda berhenti sejenak. Berusaha mengingat-ingat remaja lelaki di depannya ini. Mulai dari wajah berbentuk hati itu, pipi chubby seperti bakpao dengan mata sipit, hidung mancung yang terpahat sempurna, dan rambut quiff hair cut membuat penampilannya semakin terlihat tampan. Saat itu juga, bola matanya pun langsung terbelalak lebar. "Ohh!!! Kamu Arsen yang waktu itu di panti sosial, kan?" seru Deolinda lalu menutup mulut dengan kedua tangannya.

Sweet HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang