"Waktu kamu budhal nang Labuan Bajo, aku gak sengaja ketemu Mahesa ndek restoran pas metu karo Hana. Bengine, areke nge-chat aku. Entok nomore dari Hana. Semenjak saat itu, aku sama Mahesa sering chatting, jadi teman akrab," jelas Jingga menceritakan bagaimana ia bisa berteman akrab-mungkin dekat lebih tepatnya-dengan calon dokter bedah sekaligus pewaris Adhitama Hospital secara singkat sore ini sepulang kerja di ruang tamu apartement Deolinda.
Deolinda mengangguk paham lalu terkekeh. Tapi, sedetik kemudian, perempuan itu menormalkan ekspresi. "I see," ucapnya.
"Mbak sendiri gimana sama Deovander?"
"Apanya?""Ya ... semuanya," goda Jingga menaik-turunkan alisnya.
Deolinda menggaruk tengkuknya gatal. Matanya bergerak ke kanan-kiri, memastikan Arsen masih berada di dapur-memakan jatah makan sorenya. Karena, siang tadi, dia tak ingin makan.
"Yang lengkap, Mbak," kata Jingga merapatkan deretan gigi dengan volume kecil.
"Ohh, ituuu." Deolinda menghembuskan napas panjang. "Janji, jangan bocorin."
"Aman."
"Arsen anak Cecenya. Cecenya unwed pregnancy gitu. Tapi, pacar si Cece gak mau tanggungjawab. Papa-Mama Deovander juga nolak mentah-mentah kehadiran Arsen. Alhasil, mereka masukin Arsen ke panti. Tapi, Deovander ketahuan ngerawat Arsen selama ini. Jadi, ya, waktu itu bertengkar terus kebongkar semuanya di depan Arsen yang gak tahu apa-apa. Gitulah, sampai sekarang, sih."
Mendengar penjelasan itu melalui bisikan Deolinda, Jingga segera menutup mulutnya yang terbuka spontan. "Serius?! Sumpah?!" tanyanya tak percaya.
Deolinda mengangguk.
"Pantesan, Keluarga Tenggara gak pernah menampakkan diri."
"Nahhh."
"Nggarai emosi. Padahal, Arsen gak salah. Pantesan, beberapa hari ini kayak gitu. Berarti, rencanamu semalam ada kaitannya? Terus, gimana, Mbak?" cerocos Jingga memelankan volume suara, teringat sang sepupu memintanya mereservasi restoran milik teman pengacara mereka.
"Ya ..., lima puluh persen." Deolinda menghela napas. "Mungkin Arsen masih malu. Jadi, ya, Deovander berusaha perbaiki pelan-pelan."
"Syukur, deh, kalo gitu."
Suara bel apartement menyita atensi dua perempuan itu. Deolinda pamit beranjak dari tempat pada Jingga dan membukakan pintu. Matanya melotot dalam sekejap melihat sosok yang sudah lama tak ia jumpai berada di hadapannya sekarang.
"Mama?" tanya Deolinda masih terkejut.
Yena mengangkat kedua tangan sembari tersenyum. "Surpriseee!!!!"
"Mama kapan sampainya? Kok gak kasih kabar?" tanya Deolinda lagi, memeluk sang ibu.
"Kamu ini." Yena memeluk membalas pelukan sang putri. "Kalo gak gitu, gak surprise namanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Hero
RomanceDeovander berhasil menyembunyikan rahasia terbesar dalam hidupnya selama belasan tahun. Namun, siapa sangka orang tua Deovander mengetahuinya? Sehingga, fakta lain yang juga lama terpendam akhirnya terungkap mencapai akar. ©BerlianGunawan2...