31 - BELUM USAI

157 18 2
                                    

Bola mata Arsen tak berhenti bergerak ke sana-ke mari pagi ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bola mata Arsen tak berhenti bergerak ke sana-ke mari pagi ini. Melihat Deovander dalam setelan jas menerima telepon dari Alpheratz di dekat sofa, Deolinda dengan balutan jas kerja sibuk merias wajah di bupet tv bersama Jingga duduk di sebelahnya sambil membacakan jadwal hari ini, dan Hana yang duduk di sofa sembari mengecek jadwal hari ini. Pagi ini, sungguh menjadi hari yang sibuk bagi semua orang, pikir Arsen.

"Berarti, ini nanti Papa-Mama gue dipanggil kepolisian?" Deovander bertanya memastikan.

"Iya. Tinggal Austin aja, sih, yang masih pengejaran," jawab Mahesa.

"Oh shit."

"Udah, gak usah khawatir. Pihak berwenang juga ikut andil. Kalo gak mau gerak cepat, kita kasih amplop."

Deovander memejamkan mata sejenak. "Thanks in advance."

"Yoiii." Mahesa berdeham. "Oke, sampai jumpa dikantor polisi."

"Hana, tolong atur ulang semua jadwal saya beberapa hari ke depan. Saya harus jaga Arsen soalnya. Buatkan juga surat undangan untuk para petinggi perusahaan serta notaris," pinta Deovander memasukkan ponsel ke dalam saku jas.

"Hah? Ah, iya, Sir," kata Hana mengedipkan mata beberapa kali, masih tidak menyangka bosnya itu meminta mengatur ulang yang baru saja selesai ia susun.

"Nanti saya kasih bonus."

"Terima kasih."

"Aku tahu ini mungkin a little bit sensitive. But, why don't you hire a nanny? Just for a few times," saran Deolinda mengaplikasikan eyeshadow, sesekali melirik Deovander dari kaca rias kecil. "Kasihan Arsen kalo sendirian di sini pas kita kerja."

"I don't believe with other people kalo ada sangkut-pautnya sama Arsen," balas Deovander menatap punggung perempuan itu.

Arsen menelan salivanya susah payah. Atmosfer kamar rawat inapnya terasa tidak enak. Remaja itu takut terjadi pertengkaran, sedangkan semalam masih baik-baik saja. Ia melirik Hana dan Jingga secara bergantian yang kali ini juga hanya bisa menutup mulut.

Deolinda sendiri mengangguk paham. Gadis itu tahu betul bagaimana kisah Keluarga Tenggara di balik layar. Tapi, jika seperti ini dibiarkan secara terus-menerus, juga tidak baik. Apalagi, Hana harus mengatur ulang semua jadwal. Jujur, ia sedikit kasihan dengan sekretaris sekaligus asisten pribadi Deovander itu. Meski diberi bonus, tidak dipungkiri pula Hana pasti pernah menggerutu secara diam-diam.

"Kalo rekrut nanny yang udah merawatku dari kecil mau, gak? Masih tinggal di mansion Mama, kok, sampai sekarang," jelas Deolinda berharap Deovander luluh sedikit setidaknya. "Nanti diawasi Mama juga, mumpung Mama lagi hiatus beberapa bulan."

"Oke. Aku ikut aja."

"Aku kabarin Mama dulu."

Ketukan pintu memecah perbincangan pasangan kekasih itu. Pintu terbuka, menampakkan Yena dan seorang perawat. Yena berjalan mendekat ke brankar Arsen diikuti perawat yang mendorong troli sarapan Arsen pagi ini sambil menyapa semua orang di ruangan pagi ini, lalu meletakkan piring dan segelas air putih di nakas. Barulah, ia pamit pergi dari sana.

Sweet HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang