08 - HARGANYA TAK TERNILAI

175 20 0
                                    

Arsen akhirnya menjalani kegiatan sekolah kembali seperti biasa setelah beberapa minggu belakangan hanya bolak-balik kelas-perpustakaan sehari-hari dan berakhir memenangkan olimpiade IPA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arsen akhirnya menjalani kegiatan sekolah kembali seperti biasa setelah beberapa minggu belakangan hanya bolak-balik kelas-perpustakaan sehari-hari dan berakhir memenangkan olimpiade IPA. Kini, anak lelaki itu berada di kantin. Menduduki kursi dengan meja panjang di depannya bersama teman-teman band. Berbagai aneka jenis makanan tersedia di hadapan mereka.

Dua piring salmon dan soda—sky punch—juga susu cokelat yang dipesan Louis dan Vano, sepiring teriyaki dan es teh pesanan Haikal, burger yang siap disantap Ehsaan beserta jus jeruk, dan satu kotak bekal mochi dan milkshake cokelat milik Arsen. Meski suasana kantin ramai dan banyak berlalu-lalang ke sana-ke mari—entah mencari meja, mengantre membeli makanan dan minuman, atau berjalan menuju meja yang akan ditempati—itu tidak membuat kelima most wanted tersebut terganggu.

“Eh, mene sido mulih esuk kan?” tanya Ehsaan di sela-sela memasukkan berukuran besar ke dalam mulut—mayones dan saus pedas melebur menjadi satu dengan potongan daging ham, keju mozarella, selada, mentimun, dan tomat—terasa begitu lezat dan penuh.

“Sidolah!” sahut Haikal menaik-turunkan kedua alisnya, memotong daging fillet salmon menggunakan pisau dan garpu.

“Ohh, bekne gak sido, cok.”

“The information comes directly from the school,” sahut Vano diangguki Louis yang meminum sky punch.

Arsen menelan mochi stroberinya. “Emang ada apaan?”

“Kamu gak buka grup kelas?” Louis sedikit terkejut mendengarnya.

Arsen menggeleng dengan ekspresi polos, menatap satu-persatu temannya yang memandangi dengan mata terbelalak lebar dan mulut yang terbuka.

“Kirain kamu buka,” celetuk Haikal.

“Besok guru-guru ada rapat. Jadi, kita pulang pagi jam 10,” lanjut Louis meletakkan gelas minumannya di kiri piring.

Arsen terdiam. Siapa yang jemput aku besok kalau pulang lebih awal? Kak Linda pasti sibuk.

“Oh, oke-oke. Aku paham,” akhir Arsen bersamaan pula sebuah notifikasi tertera di layar kunci berlatar belakang warna hitam hewan hamster, rumus-rumus fisika, dan alat musik dalam bentuk kartun posisi abstrak sebagai pelengkap. Ia memang begitu mencintai ketiga hal tersebut sejak kecil.

King of Money
Jangan lupa bekalnya di makan.

Arsen menggeser layar ke atas, memasukkan pin berdasarkan tanggal lahirnya, dan membuka ruang obrolan. Jari-jarinya menekan tiap huruf pada keyboard begitu lancar, tapi tidak dengan pikiran yang berkecamuk. Ingin sekali meminta bantuan Deolinda, tapi ia sudah merepotkan perempuan itu selama beberapa hari ini. Walau sejujurnya juga, Arsen sangat senang saat mendapat tawaran untuk tinggal di apartement Deolinda selama Deovander pergi ke Korea. Kalaupun naik ojek online tidak mungkin, karena sang ayah melarang.

Sweet HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang