15 - CAHAYANYA TELAH REDUP PT.2

174 29 2
                                    

Deovander duduk meringkuk di lantai granit rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Deovander duduk meringkuk di lantai granit rumah sakit. Menyembunyikan wajah di balik siku dengan kedua kaki sebagai tumpuan. Membiarkan tetesan cairan bening dari sudut mata mengalir deras. Beberapa kali anak itu memanggil nama Nabila di sela-sela tangisan yang menggema di lorong sepi ini-di mana hanya ada dirinya dan Alpheratz.

Perasaan yang menjanggal di hati akan ucapan Nabila kini menjadi sebuah rasa keterkejutan yang luar biasa nan nyata, tepat di depan mata-kepala sendiri. Dan itu, masih tak dapat ia percayai hingga sekarang. Kakaknya, cahayanya, sekaligus pelindungnya pergi meninggalkan Deovander. Dia sudah takkan pernah kembali lagi. Ingin sekali meluapkan emosi melalui cara apapun itu. Yang penting, ia ingin emosinya tersalurkan. Tapi pada siapa? "Ce ..., jangan tinggalin aku, Ce ...," isaknya pilu mengepalkan tangan.

Semua yang mereka lakukan kini hanyalah kenangan. Kejadian di mana mereka bermain bersama di taman hingga hari terakhir itu tiba berputar bak sebuah film berakhir menyedihkan. Dunia Deovander sudah benar-benar hancur. Apa yang ia harapkan dari orangtuanya? Mereka hanya memberikan uang dan menjalankan bisnis. Tidak peduli apa yang Nabila-ketika masih berada di dunia-dan Deovander lakukan. Karena, semua urusan tentang mereka diurus oleh asisten pribadi mereka masing-masing. Tak heran jika Raditya menganggap Nabila dan Deovander sudah seperti anak sendiri, seperti Hana.

Semenjak saat itu, Deovander menjadi pribadi yang berubah seratus delapan puluh derajat. Dingin, jarang tersenyum, atau bahkan tak tertawa lagi. Ia juga jarang bermain ke luar rumah lagi dan lebih sering menghabiskan waktu di ruang gym, meninju samsak di sana. Alpheratz merasa kasihan melihatnya setiap kali mendatangi mansion Keluarga Tenggara.

Apalagi, ketika Wade dan Weni tahu keberadaan Arsen usai lahir. Pasangan itu langsung menyembunyikan keberadaan bayi laki-laki itu membuat Deovander membenci dirinya, merasa tak becus menjaga sang keponakan sesuai amanah Nabila waktu itu dan meminta tolong Raditya mencari keberadaan Arsen. Hingga sebulan kemudian, sang asisten pribadi menemukan keberadaan Arsen di Panti Asuhan Kasih Bunda.

Tentu saja, itu kabar yang paling membahagiakan usai kepergian Nabila. Setiap pulang sekolah, Deovander selalu mampir ke panti tersebut bersama Raditya dan Alpheratz. Bermain-main dengan anak-anak panti di sana, tetapi mereka lebih sering bersama Arsen. Kebahagiaan hinggap kembali dalam diri anak itu. Terlebih, ketika Raditya menceritakan kondisi keluarga Tenggara pada Ibu Panti membuat Ibu Panti merasa iba terhadap bayi dan anak tersebut.

Semenjak saat itu, Ibu Panti membuka lebar pintu bagi Alpheratz. Membiarkan mereka mengujungi panti kapanpun mereka mau. Menganggap mereka-terutama Deovander-sudah seperti anak sendiri.

Waktu berjalan cepat. Ketika menginjak akhir SMA, Deovander sesekali mengajak Arsen-saat itu berusia enam tahun-bermain keluar bersama Alpheratz, seperti pergi ke mal. Dan setiap kali mengunjungi mal, Arsen selalu meminta pergi ke toko buku-berawal dari rasa penasarannya akan tempat itu-membeli berbagai buku berbau hal-hal astronomi dan fisika. Tentu dengan segala penyamaran yang ada. Di sela-sela itu, ia juga menyusun rencana mencari keberadaan Austin, membalaskan dendamnya dibantu Alpheratz dan hanya mereka berlima saja yang tahu.

Sweet HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang