29 - TITIK TERANG pt. 3

127 18 0
                                    

Deolinda kembali ke tempat ia masuk ke dalam sini, membantu Fajar mengangkat anak-anak ke atas sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Deolinda kembali ke tempat ia masuk ke dalam sini, membantu Fajar mengangkat anak-anak ke atas sini. Setelah semua naik ke atas, mereka turun secara berurutan-di awali seorang anak laki-laki berusia dua belas tahun dan diakhir oleh Fajar-dibantu oleh para pengawal.

"Daddy!!!" seru Arsen turun dari gendongan pengawal lalu berlari kencang ke arah ayahnya dan memeluk erat pria itu.

"Finally, you came back to me," lirih Deovander membalas pelukan sang putra, nyaris tak terdengar. "Kita harus pergi dari sini. Kalian keluar dulu, gue nyusul," jelas Deovander kepada semua orang di sana sembari melepas pelukan Arsen.

"Daddy mau ke Papa, ya?" tanya Arsen membuat Deovander, Deolinda, dan Fajar tersentak kaget.

"Iya, ada yang ingin Daddy bicarakan sama Papamu."

"Aku ikut."

"No. Kamu harus cepat-cepat ke luar dari sini, ditemani Deolinda sama Fajar."

Arsen menghembuskan napas putus asa. Ya, waktunya belum tepat untuk bertemu Austin. Apalagi di momen seperti ini ..., rasanya sangat mustahil. Terlihat jelas. Mungkin suatu saat nanti, ia akan bertemu dengan ayah kandungnya. Entah kapan waktu itu tiba.

Sesuai perintah Deovander, mereka berpisah ketika sampai lantai satu. Anak-anak keluar dari tempat ini bersama Deolinda, Fajar, dan para pengawal. Hal itu membuat Arsen harus rela meninggalkan Deovander di bangunan kosong ini, meski ada sebagian pengawal yang menemani sang ayah. Sementara itu, Deovander dan para pengawal bergegas menuju ruangan Danu dan Austin berada.

Tiba di ruangan anak buah Yudha, lelaki itu berlari ke arah Danu dan Austin bersamaan dengan Austin yang hendak memukul kaki Danu yang pernah mengalami cedera kala Bos Tadakara Insurance itu terjatuh. Untung saja, Deovander berhasil menangkasnya hingga tongkat kasti dalam genggaman tangan mantan kekasih mendiang sang kakak itu terlempar jauh dari jangkauan. Apalagi, kondisi Danu juga sudah tidak nampak baik-baik saja. Terdapat luka di bagian dahi, pelipis, sudut bibir, dan sepertinya juga di bagian perut. Karena, tangan yang membiru di bagian punggung tangan itu memegang perut sebelah kiri. Sementara, para pengawal beraksi melawan Yudha dan anak-anak buahnya.

"Wow! We finally meet again," ucap Austin melihat Deovander memberinya tatapan tajam usai lama tak berjumpa.

"I thought I would succeed in catching you. But instead, you turned yourself in," balas Deovander lalu melayangkan pukulan keras mendadak pada pipi kiri Austin, hingga jatuh tersungkur membelakangi. Ia menghampiri lelaki berdarah Amerika-Tionghoa itu dan menginjak punggungnya, tetapi tak memberi tekanan berat. "Of course with Wade Tenggara. Jadi, gue pikir ... gak perlu susun rencana lebih dalam sama Alpheratz biar balas dendam gue lancar," bisik Deovander mencengkram erat kerah jas bagian belakang Austin, hingga direktur utama Feplants itu mendongak.

"Shit!" umpat Austin disertai sesaknya dada akibat punggung yang diinjak Deovander. Tapi, lelaki itu masih sempat berpikir mencari bagaimana caranya ia terbebas dari Deovander sekarang.

Sweet HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang