Tak terasa sudah dua hari tinggal bersama. Perlakuan Deolinda membuat Arsen sangat suka, betah, dan nyaman tinggal di apartementnya. Hal itu jelas mampu mengakibatkan Deovander bernapas lebih bebas dari beberapa hari sebelumnya. Tentu pria itu mendengarnya sendiri. Entah dari Arsen yang selalu bercerita ketika malam hari hendak tidur—kecuali perbincangan mengenai sosok ibu dalam kehidupan—atau menghubungi Deolinda langsung untuk memastikan semuanya baik-baik saja.
Tapi, tetap saja, ia meminta Alpheratz dan para bodyguard mengawasi dari kejauhan. Tentu dengan cara unik agar Arsen tak curiga dan sejauh ini sudah berhasil. Entah itu satpam di sekolah, atau tukang ojek dan penjual batagor yang mengambil tempat di depan sekolah. Itu semua memang sengaja dilakukan, karena orang yang Deovander cari belum ditemukan.
Deovander sendiri berencana tidak menyembunyikan Arsen lagi jika ia sudah memiliki serta menjalankan tiga aspek; menemukan orang yang ia cari, membalaskan dendamnya, dan membuat orang tuanya mengerti menggunakan cara apapun itu.
"Besok acaranya jam delapan, kan, Sen?" tanya Deolinda membuka pintu apartement.
"Iya, Kak. Kakak ... You came, right?" Arsen menunduk sembari memainkan jari, memastikan jika ada orang terdekat yang datang.
"Of course. Bareng Jingga juga."
"For real?"
"Iya. Ya, kan, Ngga?"
Di belakang Arsen, Jingga tersenyum sembari menganggukkan kepala. "Iya, dong. Apa, sih, yang nggak buat Arsen?"
"Oh my Gosh! Thanks a lot, guys!" seru Arsen mengepalkan tangan dan meninju udara.
"Anything for you. Now, you clean up first. Nanti ditunggu Jingga di ruang tamu," jelas Deolinda langsung diangguki anak lelaki itu.
Arsen bergegas menuju kamar. Mengambil pakaian dan pergi ke kamar mandi. Anak lelaki itu memilih membersihkan badan di bawah guyuran shower. Tetesan air dari ujung hingga bawah begitu menyegarkan sore ini. Sekelebat gambaran mengenai esok hari terlintas dalam pikiran dan hati. Tapi, dengan cepat, ia menepis semua itu sebelum gambaran yang memicu pikiran negatif serta berlebih menguasai pikirannya.
Lagipula, Arsen juga sudah berlatih keras bersama Louis beberapa minggu ini. Ia tidak boleh menyia-nyiakan hal yang diperjuangkan selama ini dan kalah begitu saja hanya karena pikiran negatif itu.
Sementara itu, Deolinda dan Jingga membicarakan beberapa sisa pekerjaan di kantor tadi. Sebenarnya, Deolinda lembur hari ini. Namun, kehadiran Arsen membuatnya memilih mengerjakan di rumah. Kedatangan Jingga sendiri untuk mengevaluasi—memberi tebakana pada Arsen terkait materi olimpiade esok.
"Oh, ya, bulan depan lo ke Bali, ya. Ngecek progress di sana bareng Deovander," kata Jingga usai mengecek jadwal Deolinda yang sudah ia atur kembali sejak ada Arsen.
Deolinda mengangguk-anggukkan kepala. "Oke. Berapa hari?"
"Satu hari. Tapi, lek kalian mau refreshing mesisan, ya, gak papa jadi tiga hari atau seminggu, maybe? Nanti jadwale bisa aku atur lagi ambek Hana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Hero
RomanceDeovander berhasil menyembunyikan rahasia terbesar dalam hidupnya selama belasan tahun. Namun, siapa sangka orang tua Deovander mengetahuinya? Sehingga, fakta lain yang juga lama terpendam akhirnya terungkap mencapai akar. ©BerlianGunawan2...