YUANFEN || Part 02

313 113 20
                                    

Saat ini Lyra sedang berada dipinggir lapangan basket, sesekali ia meneguk minumannya sambil melihat Leo yang sedang bermain basket bersama beberapa kawan lelaki itu.

Lyra memberikan sebotol minuman yang masih tersegel kepada Leo saat lelaki itu menghampirinya. Dia memperhatikan Leo yang sedang meneguk minuman. Lelaki itu memiliki tulang pipi yang tinggi, hidung mancung, iris mata cokelat terang, alis tebal, ditambah dengan bulir keringat yang membasahi wajah lelaki itu membuatnya terlihat lebih ....

"Iya, tau kok gue ganteng. Tapi jangan diliatin gitu juga kali. Nanti lo naksir lagi sama gue," ujar Leo yang membuat kesadaran Lyra kembali.
Lyra segera memalingkan wajahnya agar 'tak mengarah pada lelaki itu. Leo hanya tersenyum melihat tingkah Lyra. Menurutnya, Lyra akan semakin imut saat salah tingkah.

Tangan Leo terulur mengacak rambut gadis disampingnya. "Kalo capek nungguin gue, lo bisa ke-kelas."

"Gak, gue males dikelas. Tapi gue juga males nungguin lo, gimana dong?" tanya Lyra dengan bibir yang menekuk kedepan sambil menatap Leo jengah.

"Yaudah lo jadi pemandu sorak aja biar gak bosen. Sekalian nyemangatin gue sambil joget-joget. Dijamin deh lo gak bakal bosen lagi."

Lyra memutar bola matanya malas. "Yang ada gue jadi tontonan anak-anak."

"Anak-anak kita? Kan kita belum nikah, Ra. Astaga anak siapa yang lo kandung?" tanya Leo yang mulai melantur. Lyra segera memukul kepala Leo menggunakan botol minumannya yang sudah habis tadi.

"Dasar gak waras," gumam Lyra sambil menatap sinis ke arah Leo yang sedang mengusap kepalanya akibat pukulan Lyra yang lumayan keras.

"Woi! Pacaran mulu lo berdua. Lanjut latihan gih," panggil Luan pada Leo.

Kedekatan antara Leo dan Lyra memang kadang membuat orang-orang mengira bahwa keduanya berpacaran. Bahkan beberapa gadis disekolah mereka iri kepada Lyra yang bisa sedekat itu dengan Leo.

"Gue pergi dulu, jangan kangen. Gue cuma disitu kok," ucap Leo sambil menunjuk lapangan basket dengan dagunya.

"Nyenyenye." Lyra hanya membalas ucapan Leo dengan cibiran. Leo yang melihat itu hanya tertawa kemudian beranjak dari duduknya. Baru saja dia ingin melangkah, namun tertahan. Lelaki itu kembali berbalik pada Lyra lalu mengacak keras rambut gadis itu hingga berantakan kemudian segera berlari sebelum mendengar amukan mak lampir.

"DASAR SINGA!" teriak Lyra sebal lalu merapikan rambutnya dengan wajah yang sudah ditekuk.

****

"Oh, oh don't you worry ... I'll be there, whenever you want me."

"Gak usah nyanyi, suara lo fales," tegur Leo pada Luan yang sedang bernyanyi menggunakan gitar dari ruang musik. Mereka berdua sedang berada didepan kelas sambil menunggu guru yang belum juga masuk.

"Enak aja. Suara gue itu mahal, bagaikan emas. Gak ada yang mirip dah sama suara gue," seru Luan membela diri.

"Ya emang gak ada. Orang-orang juga pada gak mau suaranya mirip lo."

"Jahat lo sama temen sendiri, kecewa gue sama lo," ujar Luan yang mulai berdrama. Ternyata memang benar kata orang, kalau mau nonton drama gak usah repot-repot. Cukup liat temen lo aja yang banyak drama.

"Bu Isma belum masuk?"

Leo dan Luan sontak mendongak menatap sumber suara. Ternyata itu Helen, teman kelas mereka.

"Belum Len, lo habis darimana?" tanya Luan sambil tersenyum.

"Dari toilet. Gue boleh ikut duduk?" tanya Helen pada kedua lelaki itu.

YUANFEN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang