YUANFEN || Part 18

151 59 6
                                    

Selamat membaca, jangan lupa meninggalkan jejak💓

Weekend ini, Leo memutuskan untuk jalan bersama Helen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Weekend ini, Leo memutuskan untuk jalan bersama Helen. Leo sudah siap dengan motornya tak lupa mengirimkan pesan kepada Lyra memberitahukan bahwa laki-laki itu ingin pergi. Siapa tahu saja Lyra mencarinya nanti.

Leo melajukan motornya kerumah Helen, dia melihat gadis itu berdiri di depan pagar rumahnya. “Udah lama nunggunya? Kok diluar?”

“Gapapa, biar cepet,” balas Helen dengan senyumnya, Leo tidak memungkiri kalau Helen memang cantik apalagi dengan lesung di kedua pipinya.

Leo melajukan motornya dengan kecepatan rata-rata, tangan Helen melingkar memeluk Leo, gadis itu juga menyandarkan dagunya dibahu Leo dengan senyum yang tidak pernah lepas dari wajahnya.

“Mau beli ice cream gak?”

“Boleh deh.”

Leo memarikirkan motornya di tempat ice cream yang selalu dibeli Lyra. Kalau saja Lyra yang dia bonceng, pasti bukan Leo yang menawarkan, gadis itu selalu insiatif untuk menyuruh Leo berhenti di penjualan ice cream itu.

“Satu aja?” tanya Leo yang diangguki oleh Helen. Leo membayarkan ice cream Helen dikasir dengan Helen di sampingnya.

“Kalau aku sama Lyra dia gak pernah beli satu,” ucap Leo sambil menunggu uang kembaliannya dari kasir.

“Lyra?” tanya Helen memastikan.

“Iya, aku selalu kesini bareng dia. Sehari ga makan ice cream meriang kayaknya tuh anak,” ujar Leo dengan tawa kecilnya. Helen hanya merespon dengan tersenyum.

Leo kembali melajukan motornya dengan Helen dibelakangnya yang sudah memakan ice cream. “Mau kemana nih kita?” tanya Leo.

Lampu jalan pun berubah ke merah, Leo menghentikan motornya dan menumpukkan tangannya di paha Helen sambil memegang lutut gadis itu menunggu lampu berubah menjadi hijau. Helen tak bisa menyembunyikan senyumnya, gadis itu salah tingkah hingga terus melihat kanan dan kiri. 

***

Mereka sampai di timezone dan memainkan berbagai permainan disana. Mata Helen tertuju pada permainan capit boneka, dia menarik tangan Leo menuju tempat itu.

“Jago main ini gak?” tanya Helen dengan senyum yang tak pernah luntur dari wajahnya.

“Mau yang mana?”

Didalam mesin itu terdapat banyak boneka yang bermacam-macam, kemudian tangan Helen menunjuk boneka lumba-lumba berwarna biru yang berukuran kecil.

“Oke.” Leo kemudian memasukkan koin kedalam mesin capit itu dan memfokuskan dirinya agar mesin capit itu mengambil boneka yang ditunjuk oleh pacarnya.

Capit tersebut meluncur kebawah dan langsung mencengkram boneka incaran Helen, namun saat Leo ingin mengangkatnya, boneka tersebut kemudian terlepas lagi.

“Ah pengen buang air besar gue rasanya,” gumam Leo saat tak berhasil mengambil boneka tersebut.

Helen tertawa disampingnya. “Ya kamunya tegang banget, ga usah sambil tahan nafas juga kali.”

“Boongan inimah. Ga usah ini. Yang lain aja,” gerutu Leo kesal. Dahulu saat masih berada disekolah dasar, Leo pernah memainkan capit boneka dengan Lyra di pinggir jalan dan hasilnya sama seperti sekarang, boneka itu tidak pernah berhasil terambil. Menurut Leo mesin ini sudah di rancang memang untuk menjebak orang.

Leo dan Helen kini beralih bermain basket, mereka berebutan mengambil bola dan memasukkan ke keranjang guna mencetak skor. Saat Leo sedang asik, Helen mengeluarkan ponselnya kemudian mengambil foto Leo dari belakang dan memasukkannya ke instagram dengan simbol hati di pojok kanan fotonya.

Mereka berdua menghabiskan waktu di timezone hingga larut malam. Kini Leo dan Helen berada di tempat makan dekat timezone untuk mengisi perut. Saat sedang asik makan, Leo mendengar ponselnya berbunyi. Nama Mama Lyra terpampang disana, tanpa berpikir Leo langsung mengangkat telfon Miranda.

“Assalamualaikum, ma.”

Helen yang sedang makan hanya mengangkat alis melihat Leo menelpon.

“....”

“Oke, ma. Leo berangkat sekarang.” Leo mematikan telfonnya dan menatap Helen yang masih memakan makanannya.

“Mama kamu ya?” tanya Helen.

“Mamanya Lyra. Lyra lagi sakit, boleh kita pulang sekarang?”

Helen termenung sejenak kemudian mengiyakan ajakan Leo. Lagipula ini juga sudah larut malam dan dia sudah memakan makanannya walau belum habis. Tapi karena melihat raut cemas di wajah Leo, dia jadinya mengangguk saja.

Saat diatas motor, Helen memegang pinggang Leo erat. Laki-laki itu mengubah kecepatan motornya sudah tidak sepelan tadi.

Sesampainya mengantar Helen, laki-laki itu kembali melajukan motornya dengan kecepatan penuh menuju ke apotek. Di telfon tadi, Miranda meminta tolong pada Leo untuk membelikan Lyra obat demam. Katanya panas Lyra mencapai 38°. Itulah mengapa Leo sangat terburu-buru.

Sedangkan Helen yang melihat Leo pergi termenung di tempatnya. "Kenapa selalu Lyra?"

💓💓

Haloo apakabarr??? Gimana hari harinyaa?? Ga backburner seperti Helen kann?? Wkwk

Sehat-sehat korban backburner:)

Sampai ketemu lagi besokk. Yang cuma silent readers semoga harinya backburner terus deh😭🙏

YUANFEN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang