Selamat membaca, jangan lupa meninggalkan jejak💓
Upacara pagi ini dimulai dengan matahari yang sangat terik memancarkan sinarnya. Para murid-murid di SMA Andromeda bahkan ada beberapa yang pingsan. Beberapa juga ada yang sengaja duduk untuk menghindari sinar matahari, namun tak sedikit juga yang dengan hikmat mengikuti upacara bendera itu. Seperti Lyra. Gadis itu terus menatap kedepan dan tidak mempedulikan beberapa murid yang ribut didekatnya. Lebih tepatnya karena Lyra berdiri dengan melamun.
Jika dilihat dari jauh, orang-orang akan mengira Lyra sangat memperhatikan jalannya upacara bendera. Padahal nyatanya tatapan Lyra kosong menghadap kedepan. Bahkan Lena yang berada dibelakang gadis itu selalu siap siaga, siapa tau saja Lyra akan tumbang karena terus mengosongkan pikirannya.
Setelah upacara selesai, Lena mengajak Lyra untuk kekantin sebentar guna membeli air namun Lyra langsung saja berjalan meninggalkannya.
Lena menghela nafas lesu. Ini merupakan hari pertama Lyra kembali bersekolah setelah absen empat hari. Selama Lyra absen, Lena juga terus mengirimkan pesan kepada Lyra untuk terus semangat. Bahkan Lena juga mengirimkan foto catatan dan tugasnya kepada Lyra agar sahabatnya itu tidak tertinggal.
Lena sangat mengerti kehilangan Leo membuat Lyra menjadi tidak bersemangat begitu. Namun Lena juga tidak mau melihat sahabatnya terus saja terkurung dalam kesedihannya.
***
Di jam istirahat, Lyra menelungsupkan wajahnya diantara lipatan tangannya yang berada diatas meja.
“Ra, kekantin yuk,” ajak Lena.
“Lo duluan aja, Len.”
Lena berdiri kemudian berdecak pinggang. “Mau sampai kapan sih lo gini terus? Lo pikir dengan kayak gini, Leo bakal seneng liat lo? Lo pikirin deh andai saja Leo tau kondisi lo kayak gini, gimana sedihnya dia? Gara-gara dia lo jadi murung, gara-gara dia lo jadi membatasi diri, gara-gara dia lo jadi gak nafsu makan. Kasihan Leo diatas sana kalau tau sahabatnya nyalahin dirinya terus,” gerutu Lena mengeluarkan unek-uneknya. Lyra menghela nafas kemudian mendongak melihat Lena.
“Lo juga pikirin kondisi lo. Kalau lo sampai sakit kasihan juga mama papa lo. Lo boleh sedih, tapi jangan sampai berlarut kayak gini. Sahabat gue dan Leo gak selemah ini.” Setelah mengatakan itu, Lena berlalu meninggalkan Lyra sendiri. Lena sengaja mengucapkan hal itu dan meninggalkan Lyra agar Lyra dapat mencerna ucapannya.
Lyra yang masih berada didalam kelas menunduk dan tersenyum getir. Gadis itu membenarkan ucapan Lena. Dia juga harus bangkit. Dia tidak mungkin terus-menerus menyalahkan keadaan seperti ini. Lagian Lyra juga harus menjaga Alhena dan Aster yang Leo percayakan pada dia.
“Gue emang marah sama lo Leo. Tapi sebagai perminta maafan gue dan sebagai ucapan terimakasih gue. Gue akan menjaga diri gue dan orang tua lo, maaf udah sempat benci lo,” ujar Lyra menatap langit diluar jendela kelasnya.
Tangan Lyra terulur mengusap kepalanya seraya memberi dirinya semangat. “Lo bisa, Ra,” ucap Lyra sambil tersenyum dan berdiri menyusul Lena dikantin.
Saat dikantin, Lyra melihat Lena yang sedang menyantap makanannya bersama Luan yang berada didepannya. Gadis itu melangkah mendekati mereka berdua.
“Weh, Ra. Sini-sini duduk,” ucap Luan mempersilahkan Lyra duduk disampingnya namun Lyra menggeleng dan memilih duduk disamping Lena.
Lena tersenyum melihat Lyra yang sudah mulai membuka diri lagi. “Lo udah pesen makan?” tanya Lena yang diangguki oleh Lyra.
Tidak lama setelah makanan yang dipesan Lyra datang, Aroon kakak kelasnya juga datang menghampiri mereka dan langsung mengambil tempat duduk disamping Luan sehingga berhadapan dengan Lyra.
“Yaelah kak, nonggol lagi lo,” ucap Luan. Jika saja Leo ada disini, pasti laki-laki itu juga akan sewot dengan kedatangan Aroon.
“Sirik aja lo,” sinis Aroon membalas tatapan sengit Luan.
“Mulai dah mulai, berantem dilapangan aja sana. Jangan disini,” sindir Lena pada kedua laki-laki dihadapannya itu.
Aroon mengabaikan Lena dan Luan kemudian fokus melihat Lyra yang nampak menikmati seblaknya. Lyra yang merasa diperhatikan menghentikan suapannya dan menatap Aroon dengan tanya.
Aroon yang menyadari tatapan Lyra hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya. “Sorry ya gue gak sempet datang di pemakaman sahabat lo,” ujar Aroon yang membuat Luan dan Lena langsung menatapnya.
Pasalnya Luan dan Lena sudah berusaha untuk tidak membahas Leo yang akan membuat Lyra kembali sedih, namun kakak kelasnya ini dengan entengnya langsung berbicara.
Lena melirik Lyra yang tersenyum kecil kepada Aroon dan kembali menyantap makanannya. “Kak Aroon ada keperluan apa kesini?” tanya Lena mencoba untuk tetap sopan.
“Emang gue dilarang kesini ya? Ada undang-undangnya?”
“Biarin aja Len, selagi gak makan ternak warga.” Tentunya yang berucap bukan Lyra, tapi Luan yang dengan santainya kembali menyendok kuah bakso kedalam mulutnya mengabaikan Aroon yang kini menatapnya penuh emosi.
***
Saat pulang sekolah, Luan menawarkan diri untuk mengantar Lyra pulang sekalian pergi kerumah baru Leo.
Dan disinilah mereka berada di pemakaman Leo dengan bunga mawar putih ditangannya.
“Bro. Gue datang lagi bareng Lyra. Makin cantik kan dia bro. Nyesel lo ga liat langsung,” celetuk Luan menyadarkan Lyra dari lamunannya. Lyra tertawa kecil mendengar ucapan sahabat Leo yang random itu.
Tangan Luan terulur memegang nisan Leo. “Lo tenang aja, gue bakal jagain mak lampir lo.”
Kalimat terakhir Luan kembali membuat Lyra menampilkan wajah sedih. Dia dulu tidak begitu menyukai saat Leo menyebutnya "Mak Lampir" namun sekarang, Lyra sangat rindu mendengar panggilan itu.
Luan berbalik menatap Lyra dan mempersilahkan Lyra berbicara depan makam Leo namun gadis itu menolak dengan menggelengkan kepalanya.“Ngambek kayaknya cewek lo, bro,” canda Luan kembali menatap nisan Leo. Lyra yang mendengar itu tentu saja langsung memukul lengan kanan Luan.
Mereka berdua menaburkan mawar putih diatas makam Leo, tidak lupa mengirimkan doa pada sahabatnya itu.
"Gue rindu, Leo."
💓💓
Banyak sider yaa wkwk gapapa deh. Baca senyamannya kalian.
Tapi ada bagusnya kalau kalian juga meninggalkan jejak dengan vote atau komen sebagai bentuk menghargai :)
See u next part <3
KAMU SEDANG MEMBACA
YUANFEN (END)
Ficção AdolescenteCerita ini mungkin terbilang "klasik" namun didalamnya penuh dengan banyak makna. Orang bilang, pertemanan antara laki-laki dan perempuan itu mustahil. Disinilah Lyra dan Leo yang terjebak dalam kisah umum persahabatan. Silahkan bergabung kedalam c...